Dua wilayah menguntungkan, final seperti era Perserikatan
A
A
A
Sindonews.com - Pelatih Persib Bandung, Djadjang ‘Djanur’ Nurdjaman menyambut baik keputusan PSSI yang menetapkan Indonesia Super League (ISL) 2014 digelar dua wilayah. Menurutnya, keberadaan pertandingan final sebagai penentu gelar juara dalam sistem kompetisi ini, menambah daya tarik perhelatan liga musim depan.
Sejak awal, Persib memang tidak mempermasalahkan format kompetisi, apakah satu atau dibagi dua wilayah. Tim kebanggaan warga Bandung dan Jawa Barat ini mengaku siap menghadapi semua kebijakan PSSI, karena kedua opsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
''Format dua wilayah sebenarnya sudah kami prediksi jauh sebelum PSSI memutuskan. Jadi kami tidak masalah dengan kebijakan itu karena sudah menyiapkannya,” ucap Djanur.
Pelatih berdarah Sunda ini mengakui, format dua wilayah merupakan solusi terbaik mengingat jumlah peserta yang membengkak. Menurutnya, kompetisi-kompetisi sepak bola di negara lain pun tidak ada yang menembus nominal 22 tim.
Penggunaan sistem kandang-tandang hingga pertandingan final juga dianggap sebagai langkah positif. Saat format dua wilayah membuat jumlah pertandingan merosot drastis, sistem tersebut menjadikan jumlah laga yang dilakoni tiap tim kembali ke batas normal.
Musim depan, setiap tim akan melakoni dua puluh pertandingan selama fase grup. Empat tim teratas di klasemen tiap grup lolos ke babak delapan besar, untuk selanjutnya berebut tiket semi final dan babak final. Tim yang lolos hingga partai puncak, total akan melakoni 26 pertandingan. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan ISL musim lalu, dimana setiap peserta harus menjalani 34 pertandingan sepanjang kompetisi.
''Pemilihan format ini saya rasa cukup fair. Adanya home and away hingga final mungkin untuk menjaga jumlah pertandingan agar tetap ideal, tidak terlalu sedikit,” kata Djanur.
Keuntungan lain dai kompetisi dua wilayah, sebutnya, tim bisa menghemat energi agar tampil maksimal di setiap pertandingan. Hal ini mengingat laga tandang yang dilakoni tidak membutuhkan perjalanan terlalu jauh. Namun, Djanur menampik jika kompetisi musim depan akan lebih mudah dijalani.
''Lebih ringan atau lebih berat itu relatif. Tapi setidaknya kami tidak usah tandang ke Indonesia timur. Jujur saja laga tandang ke timur sangat melelahkan. Selain itu, faktor nonteknisnya sangat kuat. Tandang jauh baru akan terjadi jika bertemu tim timur selepas fase grup,” tutur mantan pelatih Pelita Jaya U21 ini.
Djanur berharap, kebijakan federasi terkait kompetisi musim depan membawa perubahan positif bagi persepakbolaan Tanah Air. Setidaknya, persaingan antartim akan lebih terbuka, terutama saat memasuki fase knock out.
''Secara keseluruhan sepertinya akan lebih ramai, soalnya ada babak final walaupun kandang-tandang. Jadi sedikit mengingatkan pada era Perserikatan,” pungkas Djanur.
Sejak awal, Persib memang tidak mempermasalahkan format kompetisi, apakah satu atau dibagi dua wilayah. Tim kebanggaan warga Bandung dan Jawa Barat ini mengaku siap menghadapi semua kebijakan PSSI, karena kedua opsi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
''Format dua wilayah sebenarnya sudah kami prediksi jauh sebelum PSSI memutuskan. Jadi kami tidak masalah dengan kebijakan itu karena sudah menyiapkannya,” ucap Djanur.
Pelatih berdarah Sunda ini mengakui, format dua wilayah merupakan solusi terbaik mengingat jumlah peserta yang membengkak. Menurutnya, kompetisi-kompetisi sepak bola di negara lain pun tidak ada yang menembus nominal 22 tim.
Penggunaan sistem kandang-tandang hingga pertandingan final juga dianggap sebagai langkah positif. Saat format dua wilayah membuat jumlah pertandingan merosot drastis, sistem tersebut menjadikan jumlah laga yang dilakoni tiap tim kembali ke batas normal.
Musim depan, setiap tim akan melakoni dua puluh pertandingan selama fase grup. Empat tim teratas di klasemen tiap grup lolos ke babak delapan besar, untuk selanjutnya berebut tiket semi final dan babak final. Tim yang lolos hingga partai puncak, total akan melakoni 26 pertandingan. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan ISL musim lalu, dimana setiap peserta harus menjalani 34 pertandingan sepanjang kompetisi.
''Pemilihan format ini saya rasa cukup fair. Adanya home and away hingga final mungkin untuk menjaga jumlah pertandingan agar tetap ideal, tidak terlalu sedikit,” kata Djanur.
Keuntungan lain dai kompetisi dua wilayah, sebutnya, tim bisa menghemat energi agar tampil maksimal di setiap pertandingan. Hal ini mengingat laga tandang yang dilakoni tidak membutuhkan perjalanan terlalu jauh. Namun, Djanur menampik jika kompetisi musim depan akan lebih mudah dijalani.
''Lebih ringan atau lebih berat itu relatif. Tapi setidaknya kami tidak usah tandang ke Indonesia timur. Jujur saja laga tandang ke timur sangat melelahkan. Selain itu, faktor nonteknisnya sangat kuat. Tandang jauh baru akan terjadi jika bertemu tim timur selepas fase grup,” tutur mantan pelatih Pelita Jaya U21 ini.
Djanur berharap, kebijakan federasi terkait kompetisi musim depan membawa perubahan positif bagi persepakbolaan Tanah Air. Setidaknya, persaingan antartim akan lebih terbuka, terutama saat memasuki fase knock out.
''Secara keseluruhan sepertinya akan lebih ramai, soalnya ada babak final walaupun kandang-tandang. Jadi sedikit mengingatkan pada era Perserikatan,” pungkas Djanur.
(aww)