Persepam cemas jadi korban nonteknis wilayah Timur
A
A
A
Sindonews.com - Persepam Madura United menjadi tim kontestan Indonesia Super League (ISL) yang paling vokal menyoroti pembagian dua wilayah kompetisi. Setelah sebelumnya Manajer Persepam Achsanul Qosasih kecewa timnya diletakkan di wilayah timur, kini giliran Pelatih Persepam Daniel Roekito angkat suara.
Daniel sangat mengkhawatirkan adanya praktik nonteknis di pertandingan wilayah timur. Alasannya, dibanding wilayah barat, bagian timur relatif kurang terpantau. Laga di Papua misalnya, jarang sekali yang ditayangkan langsung televisi sehingga potensi praktik non-teknis sangat besar.
Selama ini, dari sisi penyiaran, pertandingan di kompetisi reguler mayoritas dikuasai tim asal Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kkub Papua nyaris tidak mendapatkan siaran televisi karena jaraknya yang begitu jauh. Walau tidak bermaksud menuduh klub tertentu, Daniel sangat percaya potensi itu ada.
"Akan banyak pertandingan di wilayah timur yang tidak terpantau sehingga kemungkinan nonteknis sangat besar. Ini ancaman yang paling saya khawatirkan. Saya tidak berpikir negatif terhadap klub tertentu, tapi kita semua tidak bisa menutup mata," ujar pelatih dengan inisial DR ini.
Dia pun meminta PT Liga Indonesia sebagai operator ISL menurunkan perangkat pertandingan yang benar-benar profesional dan bisa dipercaya objektifitasnya. Dengan begutu tim-tim yang bertanding akan lebih tenang dan tidak terganggu kemungkinan praktik non-teknis.
"Ini hanya kekhawatiran awal saja. Saya tetap mencoba berpikir positif, semoga nanti semua pertandingan berjalan profesional di mana pun digelar. Operator liga harus memperhatikan faktor itu," imbuh Daniel. Apa yang dijabarkan pelatih asal Rembang itu memang masuk akal.
Kompetisi ISL belum sepenuhnya bersih dari kontroversi yang melibatkan perangkat pertandingan. Terlampau banyak keputusan-keputusan kontoversial sepanjang musim, terutama pada laga yang tidak terpantau publik atau tidak disiarkan langsung televisi nasional yang memegang hak siar.
Aspek politis yang masih mencampuri sepakbola juga disebut tantangan tersendiri bagi Daniel. Walau tidak membeberkan unsur positis seperti apa yang dikhawatirkan, dia hanya mengingatkan masih banyak aspek di luar bola yang mengancam profesionalisme kompetisi.
Ungkapan sang pelatih seakan melengkapi ketidakpuasan Persepam yang ditempatkan di wilayah timur. Tim berjuluk Sape Kerap melalui Achsanul Qosasih sebelumnya meminta masuk wilayah barat agar tidak ada gesekan dengan tim asal Kalimantan. Bertahun lalu warga Madura dan Kalimantan, khususnya Dayak, memang pernah mengalami sejarah kelam.
Daniel sangat mengkhawatirkan adanya praktik nonteknis di pertandingan wilayah timur. Alasannya, dibanding wilayah barat, bagian timur relatif kurang terpantau. Laga di Papua misalnya, jarang sekali yang ditayangkan langsung televisi sehingga potensi praktik non-teknis sangat besar.
Selama ini, dari sisi penyiaran, pertandingan di kompetisi reguler mayoritas dikuasai tim asal Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kkub Papua nyaris tidak mendapatkan siaran televisi karena jaraknya yang begitu jauh. Walau tidak bermaksud menuduh klub tertentu, Daniel sangat percaya potensi itu ada.
"Akan banyak pertandingan di wilayah timur yang tidak terpantau sehingga kemungkinan nonteknis sangat besar. Ini ancaman yang paling saya khawatirkan. Saya tidak berpikir negatif terhadap klub tertentu, tapi kita semua tidak bisa menutup mata," ujar pelatih dengan inisial DR ini.
Dia pun meminta PT Liga Indonesia sebagai operator ISL menurunkan perangkat pertandingan yang benar-benar profesional dan bisa dipercaya objektifitasnya. Dengan begutu tim-tim yang bertanding akan lebih tenang dan tidak terganggu kemungkinan praktik non-teknis.
"Ini hanya kekhawatiran awal saja. Saya tetap mencoba berpikir positif, semoga nanti semua pertandingan berjalan profesional di mana pun digelar. Operator liga harus memperhatikan faktor itu," imbuh Daniel. Apa yang dijabarkan pelatih asal Rembang itu memang masuk akal.
Kompetisi ISL belum sepenuhnya bersih dari kontroversi yang melibatkan perangkat pertandingan. Terlampau banyak keputusan-keputusan kontoversial sepanjang musim, terutama pada laga yang tidak terpantau publik atau tidak disiarkan langsung televisi nasional yang memegang hak siar.
Aspek politis yang masih mencampuri sepakbola juga disebut tantangan tersendiri bagi Daniel. Walau tidak membeberkan unsur positis seperti apa yang dikhawatirkan, dia hanya mengingatkan masih banyak aspek di luar bola yang mengancam profesionalisme kompetisi.
Ungkapan sang pelatih seakan melengkapi ketidakpuasan Persepam yang ditempatkan di wilayah timur. Tim berjuluk Sape Kerap melalui Achsanul Qosasih sebelumnya meminta masuk wilayah barat agar tidak ada gesekan dengan tim asal Kalimantan. Bertahun lalu warga Madura dan Kalimantan, khususnya Dayak, memang pernah mengalami sejarah kelam.
(aww)