Hayden: Peraturan MotoGP 2014 bikin bingung
A
A
A
Sindonews.com - Regulasi baru MotoGP 2014 terus mengundang polemik, pasalnya MotoGP tahun ini mempunyai dua kelas yaitu Kelas Terbuka dan Kelas Pabrikan, hal ini lah yang dikeluhkan semua pembalap dan tim balap termasuk Nicky Hayden.
Juara dunia MotoGP 2016 ini tergabung dengan Aspar-Honda di Open Class ini akan menggeber Honda RCV1000R.
“Saya lebih senang balap dengan sepeda motor dengan spesifikasi yang sama serta peraturan yang sama pula. Terus terang ini membingungkan” urai Hayden.
Hayden pun menyadari jika peraturan yang ada di MotoGP saat ini merespon kondisi ekonomi yang belum membaik. Dorna selaku penyelenggara MotoGP menggelar Open Class dengan harapan bisa menekan biaya.
Bahkan salah satu alasan besar Honda Racing Corporation (HRC) adalah harga ECU dan software Magnetti Marelli diklaim jauh lebih mahal ketimbang ECU dan software hasil pengembangan Honda sendiri.
Demi memangkas biaya tim dan menyeimbangkan daya saing para peserta, Dorna memang berencana untuk menerapkan penggunaan ECU (unit pengendali mesin dan sasis) mulai tahun 2014 atau bahkan lebih cepat. Perangkat ini dikembangkan oleh Magnet Marelli, sebuah perusahaan Italia yang sudah bekerja sama dengan Dorna.
“Itu saatnya kami harus keluar dari ajang balap MotoGP, karena tak ada lagi alasan besar untuk tinggal di sini. Sekarang regulasi sudah semakin ketat, tapi kebebasan menggunakan software ECU sendiri, kami masih punya kekuatan. Tapi jika dibatasi, rasanya tak masuk akal. Ini adalah hasil pemikiran bos-bos di Jepang juga, !” tegas Shuhei Nakamoto, Vice President HRC.
CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta. sendiri mencoba mendinginkan suasana dengan mengatakan bahwa soal penggunaan ECU akan dijadwalkan ulang ke tahun 2014. Soal ECU ini juga akan dibahas di sela-sela gelaran MotoGP Jepang, akhir pekan ini.
“Jujur saya mengatakan masih memiliki hubungan baik dengan Shuhei Nakamoto (petinggi Honda) dan menyadari itu akan dibicarakan,” ucap CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta.
"Saya yakin kami akan menemukan sebuah kesepakatan. Kami tak akan pernah melewati batasan kontrak. Namun, pabrikan juga harus memahami situasi ekonomi dan kebutuhan kami terkait tontonan yang kami buat dan kami jual ke seluruh dunia," tuturnya.
Juara dunia MotoGP 2016 ini tergabung dengan Aspar-Honda di Open Class ini akan menggeber Honda RCV1000R.
“Saya lebih senang balap dengan sepeda motor dengan spesifikasi yang sama serta peraturan yang sama pula. Terus terang ini membingungkan” urai Hayden.
Hayden pun menyadari jika peraturan yang ada di MotoGP saat ini merespon kondisi ekonomi yang belum membaik. Dorna selaku penyelenggara MotoGP menggelar Open Class dengan harapan bisa menekan biaya.
Bahkan salah satu alasan besar Honda Racing Corporation (HRC) adalah harga ECU dan software Magnetti Marelli diklaim jauh lebih mahal ketimbang ECU dan software hasil pengembangan Honda sendiri.
Demi memangkas biaya tim dan menyeimbangkan daya saing para peserta, Dorna memang berencana untuk menerapkan penggunaan ECU (unit pengendali mesin dan sasis) mulai tahun 2014 atau bahkan lebih cepat. Perangkat ini dikembangkan oleh Magnet Marelli, sebuah perusahaan Italia yang sudah bekerja sama dengan Dorna.
“Itu saatnya kami harus keluar dari ajang balap MotoGP, karena tak ada lagi alasan besar untuk tinggal di sini. Sekarang regulasi sudah semakin ketat, tapi kebebasan menggunakan software ECU sendiri, kami masih punya kekuatan. Tapi jika dibatasi, rasanya tak masuk akal. Ini adalah hasil pemikiran bos-bos di Jepang juga, !” tegas Shuhei Nakamoto, Vice President HRC.
CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta. sendiri mencoba mendinginkan suasana dengan mengatakan bahwa soal penggunaan ECU akan dijadwalkan ulang ke tahun 2014. Soal ECU ini juga akan dibahas di sela-sela gelaran MotoGP Jepang, akhir pekan ini.
“Jujur saya mengatakan masih memiliki hubungan baik dengan Shuhei Nakamoto (petinggi Honda) dan menyadari itu akan dibicarakan,” ucap CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta.
"Saya yakin kami akan menemukan sebuah kesepakatan. Kami tak akan pernah melewati batasan kontrak. Namun, pabrikan juga harus memahami situasi ekonomi dan kebutuhan kami terkait tontonan yang kami buat dan kami jual ke seluruh dunia," tuturnya.
(wbs)