Kuba: Antara Bisbol dan Sepak Bola

Minggu, 30 Maret 2014 - 06:45 WIB
Kuba: Antara Bisbol dan Sepak Bola
Kuba: Antara Bisbol dan Sepak Bola
A A A
Sindonews.com - TUR singkat timnas Indonesia di Spanyol mengagendakan tiga laga uji coba. Ada timnas Andorra, Kuba dan kontestan Primera Liga El Che. Laga uji coba pertama, Indonesia meraih kemenangan 1-0 atas Andorra. Gol tunggal Raphael Maitimo dari titik putih jadi kunci sukses pasukan Merah Putih.


Bukan Andorra atau El Che yang ingin dibicarakan. Tapi, Kuba. Ya negara Che Guevara itu memang belum memiliki tradisi kuat sepak bola. Olahraga resmi negara ini adalah bisbol. Olahraga yang sangat digemari Fidel Castro sejak muda. Kecintaan Castro ini membuat bisbol mendapat privilege dalam banyak hal.


Imbasnya, timnas bisbol Kuba meraih era keemasan dengan memenangkan medali perak dan emas di ajang Olimpiade. Sebagai “olahraga negara”, para pemain timnas bisbol mendapat fasilitas kelas I. Tempat latihan memadai, plus fasilitas mobil untuk para pemain.


Sementara sepak bola, layaknya anak tiri. Prestasi terbaiknya mencapai perempat final PialaDunia 1937. Penyebabnya adalah perlakuan berbeda kepada pemain sepak bola dan bisbol. Pemain timnas hanya mendapat uang saku USD8 per bulan. Kompetisi juga tidak bisa dibilang memadai. Kompetisi juga tidak berjalan seperti di banyak negara Benua Amerika lainnya.


"Lapangan kami buruk, tidak ada pelatih berkualitas. Tim harus menggunakan transportasi umum sementara pemain bisbol mendapatkan mobil," kata Yosef Borraya, penggemar sepak bola Kuba.


Ketidakadilan ini memunculkan pembrontakan dari pemain timnas. Banyak anggota skuad tim Leones del Caribekabur kabur dan meminta suaka di negara tetangga, terutama Amerika Serikat. Mereka kabur untuk mengadu peruntungan dan penghargaan lebih baik dibandingkan di negara asal.


Sebut saja Osvaldo Alonso mantan kapten timnas Kuba. Dia kabur ke Amerika Serikat dan sekarang bersama klub MLS Seatles Sounders. Osvaldo sendiri kemudian diangap sebagai penghianat dan tak pernah dianggap ada di sepak bola Kuba.


Tapi keberaniannya ternyata menjadi inspirasi banyak pemain lain lain seperti Odisnel Cooper, Maikel Chang, Heviel Cordoves dan beberapa pemain lain. Osvaldo yang menjadi pemain tengah di Seattle Sounders FC dianggap inspirasi besar oleh Cooper, Chang dan Cordoves.


"Para pelatih (timnas), pemerintah melarang kita bicara tentang Osvaldo. Mereka bahkan bahkan tidak mengakui dia masih hidup. Tapi, bagi kami dia adalah segalanya. Dia menunjukkan kepada kita bahwa impian kita bisa menjadi kenyataan," beber Cooper.


Nama terbaru yang meninggalkan timnas Kuba adalah Yosniel Mesa. Dia kabur dari pemusatan latihan saat timnas Kuba tampil Piala Emas Concacaf, Amerika Serikat. Mesa meninggalkan penginapan tim usai pertandingan melawan Meksiko, Kamis (9/6) lalu.


Mesa ingin mencari kesempatan menjadi pemain profesional karena keinginan tersebut tidak mungkin tercapai di negaranya. Pemain 30 tahun itu memanjat tangga darurat di penginapan timnya dan kabur dengan mobil yang dikendarai anggota keluarganya. Kondisi yang bukannya tidak disadari staf timnas.


Mantan Pelatih Timnas Kuba Reinhod Fanz mengakui pihaknya mengalami masalah seperti ini ketika bermain ke luar negeri. "Kami memiliki sistem keamanan untuk mencegah mereka membelot, tapi tidak bisa mengawasi pemain sampai ke kamar penginapan," ujar Fanz.
--
Di luar semua cerita itu, sepertinya hampir sulit menghadang virus sepak bola menyebar ke Kuba. Dalam beberapa tahun terakhir, mulai banyak anak kecil mulai secara terbuka memainkan olahraga yang digilai penduduk dunia. Di televisi penduduk Kuba juga bisa menikmati siaran Piala Dunia, Piala Eropa dan Primer Liga.


Imbasnya, tidak sulit menemukan anak kecil menggunakan kaos Lionell Messi. “Sekarang banyak orang yang beralih dari bisbol ke sepak bola,” kata Carlos, fans Barcelona yang juga supir taksi kepada CNN.


Semua euphoria tersebut menyembulkan optimisme bahwa sepak bola akan menghadirkan prestasi seperti yang diberikan bisbol dan tinju. Dengan catatan, perbaikan fasilitas latihan dan memberikan jaminan pada para sepak bola. " Jika kita tidak bisa Piala Dunia tahun ini masih ada 2018. Kita harus bermimpi," kata Antonio Garces Segura, wakil presiden Asosiasi Sepak Bola Kuba. (*)
(dka)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6078 seconds (0.1#10.140)