Deja Vu False 9 and Fall 9 Chelsea
A
A
A
Sindonews.com - Anda percaya kutukan dalam sepak bola? Jawabannya tentu subyektif. Saya sendiri lebih suka menyebutnya sebagai sebuah kebetulan dalam sepak bola. Meski, banyak argumen atau bukti bisa disodorkan sebagai pembenar adanya kutukan dalam sepak bola.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis, kutukan berasal dari kata ku-tuk. Jika ku-tuk memiliki arti doa atau kata-kata yangg dapat mengakibatkan kesusahan atau bencana kepada seseorang maka ku-tuk-an berarti sumpah (makian, nista), atau juga laknat (Tuhan).
Ringkasnya, dalam kata kutukan sebenarnya ada faktor ''pihak ketiga''. Baik itu individu yaitu orang yang mengeluarkan kata ku-tuk atau bahkan Tuhan sebagai pemilik kuasa yang kemudian dengan kuasanya mengutuk individu karena satu dan lain hal.
Sepak bola? Diakui atau tidak, sepak bola tidak selalu terkait persiapan teknis, taktis, psikologis saat dan sedang jalannya pertandingan. Tapi, juga ada ritual mistis. Tapi, saya kembali menyebut sebagai sebuah faktor kebetulan.
Termasuk ketika, Chelsea kalah 1-3 dari Paris Saint Germain (PSG) di leg I perempat final UEFA Champions League dini hari tadi WIB. Bukan kekalahannya yang kebetulan, tapi keputusan Chelsea menggunakan ''False 9'' seperti sebuah sinyal akan ada ''ku-tu-kan'' yang berulang.
Agak mengejutkan, di daftar starter Jose Mourinho mencadangkan Fernando Torres dan Demba Ba. Mantan arsitek Real Madrid ini memilih Andre Schurlle bekerja bersama Oscar, Eden Hazzard, Willian, berbuah petaka. Hazzard memang mencetak gol, tapi Chelsea kebobolan tiga gol begitu sangat mudah.
Satu gol Lavezzi, bunuh diri David Luiz dan Javier Pastore. Usaha memasukkan Fernando Torres pada menit ke-59 menggantikan Schurlle tidak membuahkan apa-apa. “Gol kedua adalah hasil bunuh diri pemain saya. Itu ketidakberuntungan. Gol ketiga konyol. Jika ada (Gary Cahill) mengatakan itu kecerobohan, saya bilang itu konyol," kata Mourinho.
Seperti deja vu, keruntuhan Chelsea di Parc des Princes, Prancis mengingatkan pada apa yang menimpa Roberto di Matteo. Ditunjuk menggantikan Andre Villa Boas, Matteo gagal menggunakan false 9 di Chelsea saat tampil di Liga Champions.
Mantan asisten Mourinho di Chelsea ini memakai False 9 saat bertandang ke markas Juventus. Menurunkan Juan Mata sebagai striker palsu dengan mengorbankan Torres, ternyata berbuah petaka. Mata yang memiliki kerativitas ditopang Oscar dan Hazzard.
Harapannya, Chelsea lebih bisa mengimbangi lini tengah Juventus di Juventus Stadium. Tapi, bukan kemenangan diraih, The Blues ambruk 0-3. Sepanjang pertandingan, Chelsea kehilangan kreativitas dan imajinasi permainan.
Panic decision memasukkan Victor Mosses menggantikan Azpilicueta dan menyuntikkan Fernando Torres pada menit ke-71 dengan menarik Obi Mikel tak berguna banyak. Sejarah kemudian mencatat, Di Matteo yang berhasil memberikan dua gelar termasuk memberikan gelar juara Liga Champions akhirnya dipecat.
Sebagai ganti, Rafael Benitez masuk dan memberikan gelar Europe League. Di luar strategi false 9, Chelsea juga dikenal dengan ''fall 9''. Chelsea bermasalah dengan pemain bernomor punggung 9. Sejak era Inggris beralih stabil dengan sistem Premier League (1992/1993), pemain nomor 9 di Chelsea hanya membuat sedikit atau bahkan tidak membuat dampak sama sekali.
Formasi Chelsea versus Paris Saint Germain era Jose Mourinho
Terbaru tentu saja Torres. Didatangkan dengan harga 50 juta pounds, Chelsea dianggap sebagai striker yang gagal beradaptasi di Chelsea. Siapapun pelatihnya, Torres tidak pernah tampil seproduktif di Atletico Madrid atau Liverpool.
Sebelum Torres, ada Tony Cascarino (1993/1994). Didatangkan dari Millwall , pemain ini hanya mencetak delapan gol dari 40 kali penampilan. Ada pula Martk Stein (1994/1996). Didatangkan Glenn Hoddle pada Oktober 1993 untuk label harga yang relatif besar pada saat itu , 1,6 juga pounds. Catatannya, 50 main, 21 gol Italiano Gianluca Vialli (1996/1999) yang didatangkan dari Juventus
justru lebih banyak terlibat debat dan berkelahi dengan Pelatih Ruud Gullit sehingga sering dimasukkan di bangku cadangan .
Pada 1999/2000 ada Chris Sutton Bagian dari ''SAS'' (Shearer And Sutton) yang memenangkan gelar bersama Blackburn Rovers pada 1994/1995, kemudian bergabung dengan Chelsea dalam besar £ 10 juta pounds ternyata hanya tinggal satu musim di Stamford Bridge. Dia tidak mampu berbuat apa-apa. 29 main, 1 gol
Di 2004/2005 lahir Mateja Kezman. Saat di PSV, Kezman mencetak 105 gol dalam 122 pertandingan dan sedang dibicarakan sebagai striker besar berikutnya di Eropa . Di bawah asuhan Mourinho , dia menghabiskan satu musim di sana dan gagal memberikan dampak. 25 main, 4 gol
Setelah Kezman Chelsea mendatangkan Hernan Crespo di 2005/2006. Meski tidak selalu nomor 9 di Chelsea, tapi saat mengenakan nomor tersebut selama satu musim, Crespo menjadi tidak produktif sehingga menghabiskan sebagian besar waktunya di bangku cadangan. Ada juga nama Khalid Boulharouz (2006/2007), Steve Sidwell (2007/2008), Franco Di Santo (2008/2009). Dan nama terakhir adalah Torres. (*)
Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis, kutukan berasal dari kata ku-tuk. Jika ku-tuk memiliki arti doa atau kata-kata yangg dapat mengakibatkan kesusahan atau bencana kepada seseorang maka ku-tuk-an berarti sumpah (makian, nista), atau juga laknat (Tuhan).
Ringkasnya, dalam kata kutukan sebenarnya ada faktor ''pihak ketiga''. Baik itu individu yaitu orang yang mengeluarkan kata ku-tuk atau bahkan Tuhan sebagai pemilik kuasa yang kemudian dengan kuasanya mengutuk individu karena satu dan lain hal.
Sepak bola? Diakui atau tidak, sepak bola tidak selalu terkait persiapan teknis, taktis, psikologis saat dan sedang jalannya pertandingan. Tapi, juga ada ritual mistis. Tapi, saya kembali menyebut sebagai sebuah faktor kebetulan.
Termasuk ketika, Chelsea kalah 1-3 dari Paris Saint Germain (PSG) di leg I perempat final UEFA Champions League dini hari tadi WIB. Bukan kekalahannya yang kebetulan, tapi keputusan Chelsea menggunakan ''False 9'' seperti sebuah sinyal akan ada ''ku-tu-kan'' yang berulang.
Agak mengejutkan, di daftar starter Jose Mourinho mencadangkan Fernando Torres dan Demba Ba. Mantan arsitek Real Madrid ini memilih Andre Schurlle bekerja bersama Oscar, Eden Hazzard, Willian, berbuah petaka. Hazzard memang mencetak gol, tapi Chelsea kebobolan tiga gol begitu sangat mudah.
Satu gol Lavezzi, bunuh diri David Luiz dan Javier Pastore. Usaha memasukkan Fernando Torres pada menit ke-59 menggantikan Schurlle tidak membuahkan apa-apa. “Gol kedua adalah hasil bunuh diri pemain saya. Itu ketidakberuntungan. Gol ketiga konyol. Jika ada (Gary Cahill) mengatakan itu kecerobohan, saya bilang itu konyol," kata Mourinho.
Seperti deja vu, keruntuhan Chelsea di Parc des Princes, Prancis mengingatkan pada apa yang menimpa Roberto di Matteo. Ditunjuk menggantikan Andre Villa Boas, Matteo gagal menggunakan false 9 di Chelsea saat tampil di Liga Champions.
Mantan asisten Mourinho di Chelsea ini memakai False 9 saat bertandang ke markas Juventus. Menurunkan Juan Mata sebagai striker palsu dengan mengorbankan Torres, ternyata berbuah petaka. Mata yang memiliki kerativitas ditopang Oscar dan Hazzard.
Harapannya, Chelsea lebih bisa mengimbangi lini tengah Juventus di Juventus Stadium. Tapi, bukan kemenangan diraih, The Blues ambruk 0-3. Sepanjang pertandingan, Chelsea kehilangan kreativitas dan imajinasi permainan.
Panic decision memasukkan Victor Mosses menggantikan Azpilicueta dan menyuntikkan Fernando Torres pada menit ke-71 dengan menarik Obi Mikel tak berguna banyak. Sejarah kemudian mencatat, Di Matteo yang berhasil memberikan dua gelar termasuk memberikan gelar juara Liga Champions akhirnya dipecat.
Sebagai ganti, Rafael Benitez masuk dan memberikan gelar Europe League. Di luar strategi false 9, Chelsea juga dikenal dengan ''fall 9''. Chelsea bermasalah dengan pemain bernomor punggung 9. Sejak era Inggris beralih stabil dengan sistem Premier League (1992/1993), pemain nomor 9 di Chelsea hanya membuat sedikit atau bahkan tidak membuat dampak sama sekali.
Formasi Chelsea versus Paris Saint Germain era Jose Mourinho
Terbaru tentu saja Torres. Didatangkan dengan harga 50 juta pounds, Chelsea dianggap sebagai striker yang gagal beradaptasi di Chelsea. Siapapun pelatihnya, Torres tidak pernah tampil seproduktif di Atletico Madrid atau Liverpool.
Sebelum Torres, ada Tony Cascarino (1993/1994). Didatangkan dari Millwall , pemain ini hanya mencetak delapan gol dari 40 kali penampilan. Ada pula Martk Stein (1994/1996). Didatangkan Glenn Hoddle pada Oktober 1993 untuk label harga yang relatif besar pada saat itu , 1,6 juga pounds. Catatannya, 50 main, 21 gol Italiano Gianluca Vialli (1996/1999) yang didatangkan dari Juventus
justru lebih banyak terlibat debat dan berkelahi dengan Pelatih Ruud Gullit sehingga sering dimasukkan di bangku cadangan .
Pada 1999/2000 ada Chris Sutton Bagian dari ''SAS'' (Shearer And Sutton) yang memenangkan gelar bersama Blackburn Rovers pada 1994/1995, kemudian bergabung dengan Chelsea dalam besar £ 10 juta pounds ternyata hanya tinggal satu musim di Stamford Bridge. Dia tidak mampu berbuat apa-apa. 29 main, 1 gol
Di 2004/2005 lahir Mateja Kezman. Saat di PSV, Kezman mencetak 105 gol dalam 122 pertandingan dan sedang dibicarakan sebagai striker besar berikutnya di Eropa . Di bawah asuhan Mourinho , dia menghabiskan satu musim di sana dan gagal memberikan dampak. 25 main, 4 gol
Setelah Kezman Chelsea mendatangkan Hernan Crespo di 2005/2006. Meski tidak selalu nomor 9 di Chelsea, tapi saat mengenakan nomor tersebut selama satu musim, Crespo menjadi tidak produktif sehingga menghabiskan sebagian besar waktunya di bangku cadangan. Ada juga nama Khalid Boulharouz (2006/2007), Steve Sidwell (2007/2008), Franco Di Santo (2008/2009). Dan nama terakhir adalah Torres. (*)
(aww)