Suporter Persipur dilarang ke Jatidiri
A
A
A
Sindonews.com - Duel PSIS versus Persipur Purwodadi tidak hanya menjadi ajang pertemuan sarat gengsi. Pertarungan klasik tim tetangga ini sekaligus menjadi pertemuan sarat emosi suporter, utamanya adalah Snex dan Panser Biru.
Hal ini dipicu lantaran pada 6 Mei 2013 lalu sempat bentrok dengan warga Godong Kabupaten Grobogan. Bentrokan terjadi lantaran suporter PSIS melakukan penjarahan terhadap sejumlah warung dan melakukan pelemparan batu di rumah warga, usai menyaksikan pertandingan Persipur Purwodadi menjamu PSIS di Stadion Krida Bakti Purwodadi pada Kompetisi Divisi Utama 2012/2013.
Akibat insiden itu, sejumlah sepeda motor dibakar dan suporter PSIS mengalami luka-luka karena juga dibalas lemparan batu oleh warga. Kejadian itu telah berlalu. Kini, PSIS kembali bertemu dengan rival tetangganya itu lagi, masih di kompetisi yang sama dengan musim lalu.
Tensi panas dikhawatirkan masih terpendam di benak para suporter. Khawatir dengan kondisi itu, sejumlah perwakilan suporter Persipur, baik itu Spink maupun Garis Keras, Sabtu (12/4) lalu dengan dijembatani manajemen PSIS melakukan pertemuan, untuk mengindari terjadinya kerusuhan suporter di Stadioan Jatidiri.
Baik Spink dan Garis Keras meminta jaminan agar mereka merasa aman dan nyaman saat menyaksikan pertandingan kesebelasannya. Namun sayangnya, suporter Persipur tetap tidak diizinkan untuk memberikan dukungan tim kebanggannya tampil lantaran tidak mendapatkan izin dari kepolisian dengan alasan keamanan.
Ketua Panitia Pelaksana Puji Anto mengatakan, Kapolrestabes Semarang tidak mengizinkan suporter Persipur Purwodadi datang ke Stadion Jatidiri dengan alasan keamanan. Kepolisian tidak mau mengambil risiko, apalagi ini masih dalam masa pemilu.
“Saya sudah sampaikan hal ini kepada manajer Persipur, agar bisa ditindaklanjuti kepada suporter Spink,” ungkap Puji Anto.
Menurut Puji, sebenarnya kerusuhan yang terjadi antara Panser Biru dan Snex di Godong tidak terkait langsung dengan suporter Persipur, tapi dengan warga setempat. Namun diakuinya tidak menutup kemungkinan suporter masih memendam kekecewaan karena dirugikan dalam kerusuhan tersebut.
“Cuma imbasnya masih terasa bagi teman-teman yang motornya hilang, kan masih membekas. Polisi akan mengamankan di daerah-daerah perbatasan agar tidak ada yang masuk, kalau ketahuan menyelinap, malah mesakke,” tuturnya.
Pihaknya sangat mendukung dengan kebijakan kepolisian yang tidak membolehkan suporter Persipur datang ke stadion karena semata-mata agar pertandingan berjalan kondusif.
“Kami harap teman-teman lebih dewasa, supaya ke depan bisa lebih baik dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Puji.
Hal ini dipicu lantaran pada 6 Mei 2013 lalu sempat bentrok dengan warga Godong Kabupaten Grobogan. Bentrokan terjadi lantaran suporter PSIS melakukan penjarahan terhadap sejumlah warung dan melakukan pelemparan batu di rumah warga, usai menyaksikan pertandingan Persipur Purwodadi menjamu PSIS di Stadion Krida Bakti Purwodadi pada Kompetisi Divisi Utama 2012/2013.
Akibat insiden itu, sejumlah sepeda motor dibakar dan suporter PSIS mengalami luka-luka karena juga dibalas lemparan batu oleh warga. Kejadian itu telah berlalu. Kini, PSIS kembali bertemu dengan rival tetangganya itu lagi, masih di kompetisi yang sama dengan musim lalu.
Tensi panas dikhawatirkan masih terpendam di benak para suporter. Khawatir dengan kondisi itu, sejumlah perwakilan suporter Persipur, baik itu Spink maupun Garis Keras, Sabtu (12/4) lalu dengan dijembatani manajemen PSIS melakukan pertemuan, untuk mengindari terjadinya kerusuhan suporter di Stadioan Jatidiri.
Baik Spink dan Garis Keras meminta jaminan agar mereka merasa aman dan nyaman saat menyaksikan pertandingan kesebelasannya. Namun sayangnya, suporter Persipur tetap tidak diizinkan untuk memberikan dukungan tim kebanggannya tampil lantaran tidak mendapatkan izin dari kepolisian dengan alasan keamanan.
Ketua Panitia Pelaksana Puji Anto mengatakan, Kapolrestabes Semarang tidak mengizinkan suporter Persipur Purwodadi datang ke Stadion Jatidiri dengan alasan keamanan. Kepolisian tidak mau mengambil risiko, apalagi ini masih dalam masa pemilu.
“Saya sudah sampaikan hal ini kepada manajer Persipur, agar bisa ditindaklanjuti kepada suporter Spink,” ungkap Puji Anto.
Menurut Puji, sebenarnya kerusuhan yang terjadi antara Panser Biru dan Snex di Godong tidak terkait langsung dengan suporter Persipur, tapi dengan warga setempat. Namun diakuinya tidak menutup kemungkinan suporter masih memendam kekecewaan karena dirugikan dalam kerusuhan tersebut.
“Cuma imbasnya masih terasa bagi teman-teman yang motornya hilang, kan masih membekas. Polisi akan mengamankan di daerah-daerah perbatasan agar tidak ada yang masuk, kalau ketahuan menyelinap, malah mesakke,” tuturnya.
Pihaknya sangat mendukung dengan kebijakan kepolisian yang tidak membolehkan suporter Persipur datang ke stadion karena semata-mata agar pertandingan berjalan kondusif.
“Kami harap teman-teman lebih dewasa, supaya ke depan bisa lebih baik dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Puji.
(wbs)