Mimpi Buruk Laskar Kalinyamat

Selasa, 27 Mei 2014 - 16:14 WIB
Mimpi Buruk Laskar Kalinyamat
Mimpi Buruk Laskar Kalinyamat
A A A
JEPARA - Mungkin hanya keajaiban yang bisa menolong Persijap Jepara. Jelang laga kontra Semen Padang pada Jumat (30/5), dan Persik Kediri pada 4 juni mendatang, dana tim Kota Ukir itu kian menipis. Usai laga menghadapi Persija Jakarta Senin (25/5), tim Persijap masih berada di salah satu hotel di Jakarta.

Belum jelas, apakah tim akan berangkat ke Stadion Haji Agus Salim Padang Sumatera Barat atau tidak, padahal pertandingan dihelat kurang tiga hari lagi.

Di awal-awal musim, Persijap mendapatkan dana talangan dari investor Rp3 miliar. Dana itu sudah termasuk untuk kebutuhan belanja pemain dan operasional tim. Tapi sayang, dalam perjalanannya tidak mulus. Dari sepuluh kali pertandingan di putaran pertama, pemain baru mendapatkan gaji setengah bulan, selama tiga bulan bergabung dengan klub.

Tak heran, ketika sembilan pemain memutuskan untuk hengkang. Terakhir pemain yang pergi adalah Anam Syahrul, Ahmad Nufiandani ke PSIS Semarang dan Murwanto ke Persiku Kudus, serta penyerang asal Papua Cornelis Kaimu.

Sebenarnya sumber dana bisa didapatkan dari tiket penonton. Tapi, rupanya target ini pun meleset, Pendapatan tiket dari satu pertandingan kandang ke pertandingan kandang berikutnya jeblok, karena penontonnya minim, akibat selalu kalah di Stadion Gelora Bumi Kartini (SGBK). Persijap hanya menang sekali kontra Persik Kediri 1 : 0.

Laskar Kalinyamat pernah mendapatkan pendapatan terbesar saat pertandingan perdana kontra Persib Bandung sekitar Rp200 juta lebih. Setelah itu mengalami penurunan. Dalam laga menghadapi Persik Kediri, hanya mampu untuk mendapatkan 140 juta.

Dalam setiap kali pertandingan, paling tidak manajemen mengeluarkan anggaran Rp70 juta, dialokasikan untuk pengamanan, catering, panitia pelaksana dan operasional. Imbasnya, usai laga kedua, di putaran kedua, keuangan Persijap makin kronis. Pengurus pun belum bisa memastikan apakah akan ke berangkat ke Padang.

“Kita belum tahu. Masih cari (dana) ke sana kemari,” kata Manajer Keuangan Persijap H Maryanto, saat dihubungi, kemarin.

Jika Persijap tidak bisa mengikuti sisa delapan pertandingan putaran kedua, akibatnya tim akan terdegradasi Divisi I, atau turun dua kasta. Sebenarnya investor, akan memberikan dana talangan kepada Persijap hingga Rp5 miliar. Namun karena manajemen keuangan tim dinilai buruk, akhirnya tambahan modal Rp2 miliar distop.

Komisaris PT Jepara Raya Multitama (JRM), Johar Lin Eng sangat prihatin dengan kondisi Persijap yang kian mengenaskan. Akibat keterbatasan SDM, pengelolaan Persijap jadi amburadul.
“Saya sudah layangkan somasi terhitung sekal Senin (26/5) selama 10 hari supaya MB (Muhammad Basalamah, mantan CEO dan Direktur Utama) harus menyampaikan pertanggungjawaban,” kata Johar.

Menurut Johar, pengelolaan keuangan Persijap selama ini tidak transparan. Dana yang sudah masuk, sangat sulit dimintai pertanggung jawabannya. Anggaran yang masuk sangat protektif, tapi untuk yang keluar justru minta-minta. Bahkan, dirinya sudah menugaskan orang kepercayaannya, Eko Wahyudi, untuk meminta laporan pengelolaan tim, namun terus dipingpong oleh manajemen.

“Makanya sekarang Eko saya tarik dan tidak ikut cawe-cawe lagi. Jadi dana Rp2 miliar tidak jadi kami berikan, karena pengelolaannya tidak transparan, dan memproteksi dari intervensi saya, ya sudah,” ucapnya.

Ketua Umum Asprov PSSI Jateng itu mengaku malu terhadap Bank Jateng, salah satu sponsor. Karena ternyata, kontrak Persijap dengan Bank Jateng ini sampai Juni 2014. Jadi tidak per musim, tapi menggunakan hitungan tahun kalender.

“Tapi saat pertandingan perdana Persijap, logo Bank Jateng tidak ada di jersey. Dulu Raja Isa (mantan pelatih) sudah saya tegur,” katanya.

Johar mengatakan, jika Persijap dikelola dengan transparan, tentunya tidak sampai seperti ini. Perlu ada keterbukaan, dan ini bisa menjadi pelajaran dan bahan intropeksi bagi tim yang lain.
Kuasa hukum Johar, Agung Utoyo menuturkan, somasi dilayangkan karena Said Basalamah mengklaim punya 80 % saham Persijap. Tapi ternyata, di akta PT JRM, pria asal Malaysia itu tidak memiliki saham sama sekali.

“Ya harus mengembalikan dana Rp3 miliar. Kalau tidak, akan dilaporkan ke polisi,” kata Agung.
Basalamah saat dikonfirmasi mengaku belum menerima surat somasi. “Belum ada. Cuma beliau pernah email ke saya awal bulan ini, jika tidak ada yang ambil alih saham, yang dikucurkan beliau tidak jadi 80 %, tapi 60 %,” tuturnya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6670 seconds (0.1#10.140)