Sepak Bola Dalam Balutan Teknologi

Sabtu, 07 Juni 2014 - 19:28 WIB
Sepak Bola Dalam Balutan Teknologi
Sepak Bola Dalam Balutan Teknologi
A A A
RIO DE JANEIRO - Piala Dunia terus berjalan melintasi waktu. Perubahan demi perubahan membawa dunia sepak bola ke arah yang demikian luar biasa kompleks. Tidak bisa lagi membandingkan Piala Dunia di era Pele dan Maradona, dengan Piala Dunia 2014 di Brasil yang digelar sebentar lagi.

Piala Dunia di era Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo sejatinya jauh lebih 'rumit' dan para pemain yang terlibat tak bisa dipisahkan dari sentuhan teknologi. Keterlibatan teknologi yang dimaksud di sini berhubungan dengan manajemen pemain. Perubahan yang tidak dirasakan langsung penikmat sepak bola.
Tentu saja berbeda dengan perkembangan dunia broadcast. Dunia broadcast atau penyiaran mungkin gampang dirasakan. Liga-liga Eropa atau turnamen sekelas Piala Dunia bisa dinikmati di seantero dunia, bahkan dengan gratis di ruang keluarga. Kualitas gambar siaran juga sudah memukau dengan dukungan puluhan kamera di stadion.

Bagaimana dengan teknologi lainnya? Mari kita lihat. Pada era sebelum teknologi semaju sekarang, rutinitas pemain cenderung sederhana. Yang mereka lakukan hanya berlari, berlari dan berlari. Bermain di lapangan, duduk di ruang ganti (kadang diselingi dengan merokok), minum bir, pulang, kemudian tidur. Ritme itu akan terus berulang.

Sedangkan yang dilakukan pemain modern sekarang; berlari di atas treadmill, kadang berlari di dalam air, ditancapi ratusan sensor di tubuhnya dengan kegunaan berbeda-beda, mandi air es secara terkontrol, jacuzzi, makan dengan perhitungan nutrisi yang seimbang, hingga memakai sensor untuk memantau pergerakan pemain.

Memang, semua dukungan teknologi di atas tidak lantas menjadi seorang pemain menjadi manusia super, karena semuanya tetap kembali pada bakat dan kondisi fisik bawaan pemain. Namun dengan dukungan teknologi tersebut pemain bisa menjaga dan memantau kondisinya agar tetap stabil dan prima di lapangan.

Dicomot dari livemint.com, banyak pemain yang tampil di Piala Dunia 2014 Brasil sudah merasakan perkembangan teknologi modern. Salah satu contoh sepatu keluaran Nike Mercurial FIFA World Cup 2014 yang dilengkapi carbon-fiber, berguna mendukung akselerasi pemain.

-Kostum Pintar
Kostum alias jersey menjadi salah satu sasaran pengembangan teknologi. MiCoach's Elite adalah produk keluaran Adidas dengan dipasangi sensor dan GPS yang bisa membaca tekanan jantung, jarak, kecepatan dan akselerasi. Data kemudian disimpan dalam sebuah memori kecil yang memiliki kekuatan baterai selama delapan jam. Setelah latihan selesai, memory tersebut di-charge dan data pun bisa diketahui. Klub Inggris Chelsea sudah memakai teknologi ini, demikian juga beberapa klub Major League Soccer, Amerika Serikat.

-Sepatu Cerdas
Sepatu sepak bola sekarang tidak sekadar bergigi, tapi juga tak luput dari polesan teknologi. Nike Mercurial FIFA World Cup 2014 mengklaim sebagai 'sepatu tercepat di dunia'. Sepatu ini memiliki lempengan karbon-fiber di dasarnya. Itu berguna untuk menambah cengkeraman, sehingga mendukung akselerasi yang lebih cepat setelah mengubah arah berlari. Selain itu ada kabel khusus di bagian atas sepatu yang memberikan dukungan lebih baik sesuai bentuk kaki.

-Elektroda
Telah banyak klub yang memakai elektroda khusus sebagai sensor yang ditempatkan di posisi strategi pada tubuh pemain. Kamera khusus yang diberi dukungan infra merah mampu merekam pergerakan pemain. Data dari sensor bisa memahami pergerakan anggota tubuh bahkan tekanan. Keuntungannya, kesalahan teknis dalam tubuh akan mudah terdeteksi. Perusahaan alat olahraga juga juga bisa memakai data dari sensor itu sebagai rujukan dalam mendesain atau menciptakan kostum maupun sepatu.

-Kecepatan
Hampir seluruh klub atau tim sepakbola memakai treadmill dan pengayuh untuk meningkatkan kecepatan pemain. Beberapa klub kaya bahkan memiliki perlengkapan lebih canggih, seperti 'baju zirah' atau terowongan angin. Itu berguna untuk melatih pemain untuk berlari melawan tekanan sekaligus membangun kecepatan. Logikanya, jika pemain berlatih lari dengan beban maka dia akan bergerak lebih ringan jika tidak menggunakan beban. Sebagian klub juga menggunakan parasut yang dipasang di bagian belakang pemain ketika berlari.

-Ruangan Khusus
Beberapa klub telah memiliki ruangan dengan suhu terkontrol untuk mengendalikan kondisi badan pemain. Hyperbaric Chambers, baru pertama di dunia, memungkinkan pemain untuk bernafas dalam tekanan udara (oksigen) tinggi. Ini akan memberikan tekanan yang lebih baik kepada tubuh, sehingga bisa mempercepat proses recovery pemain. Ada juga Altitude Chambers yang melatih pemain bernafas dalam oksigen tipis, biasanya ditemui saat bermain di dataran tinggi. Tim biasanya menggunakan alat ini untuk persiapan pertandingan away ke daerah dengan tekanan udara berbeda.

-Sensor dan Google Glass
Klub Bundesliga Hoffenheim mungkin adalah salah satu klub yang mengoptimalkan pemakaian teknologi dalam sepak bola. Memakai teknologi sensor, bisa menganalisa secara langsung performa pemain. Sensor tahan air dan tahan benturan dipasang di bola dan tubuh pemain, untuk menangkap dan menganalisa data. Alat ini dibuat Fraunhofer Institute for Integrated Circuits IIS, Jerman. Teknologi lain yang terlibat di sepak bola adalah Crytek's CryEngine dan Google Glass. CryEngine bisa mendeteksi segala kejadian di lapangan, misalnya berapa lama pemain menguasai bola, dari mana melakukan dribble, atau berapa lama pemain melepaskan tembakan. Sedangkan Google Glass berguna mendapatkan data kecepatan pemain di lapangan secara langsung tanpa penggunaan layar tambahan.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9376 seconds (0.1#10.140)