Nomor 10 Bunuh Nomor 9?

Rabu, 09 Juli 2014 - 09:13 WIB
Nomor 10 Bunuh Nomor 9?
Nomor 10 Bunuh Nomor 9?
A A A
Masa sulit untuk nomor 9. Ketika sepakbola memasuki perubahan sistem, salah satu elemen terpaksa menjadi korban. Ya, nomor 9 alias striker murni kini sekadar menjadi bayang-bayang, pemain yang 'ada' tapi lebih sering 'tidak ada'. Piala Dunia 2014 Brasil bisa menjadi parameternya.

Mari lihat deretan top score teratas di Brasil. James Rodriguez memimpin dengan enam gol. Ada Lionel Messi, Neymar dan Thomas Muller yang menabung empat gol. Di bawahnya, ada Karim benzema, Robin van Persie, Arjen Robben, Xherdan Shaqiri, serta Ener Valencia dengan tiga golnya.

Berapa jumlah striker murni di sana? Hanya ada tiga. Robin van Persie, Ener Valencia dan Karim Benzema. Selebihnya adalah pemain tengah yang di antaranya pemain bernomor punggung 10 atau seorang playmaker. Itu sudah menunjukkan pemain di posisi mana yang menjadi penentu langkah timnya di Brasil.

Mencuatnya pemain bernomor punggung 10, secara langsung 'membunuh' keberadaan nomor 9 di timnya. Kecemerlangan Lionel Messi meredupkan kualitas seorang Gonzalo Higuain. Perbedaannya sangat mencolok ketika Higuain baru menceploskan satu gol dan satu assist dalam lima laga. Brasil malah lebih parah.

Keberadaan Neymar sebagai pemakai nomor 10, menghabisi posisi Fred sebagai target man. Fred yang seharusnya menjadi tumpuan utama di depan, tak kunjung mencetak gol dan hanya 90 kali menyentuh bola di empat laga awal Piala Dunia. Dari Kolombia, striker Jackson Martinez juga harus merelakan pamornya diredupkan James Rodriguez.

Banyak teori yang melatari hilangnya striker murni di Brasil dan terganti aksi para playmaker. Eks pemain Inggris Robbie Fowler dan Alan Shearer menyatakan, situasi itu disebabkan pendekatan berbeda dari sisi strategi. “Era 'striker tradisional' sudah lewat. Sekarang tim tidak lagi melayani dua striker di depan,” kata Shearer dalam kolomnya di BBC.

“Tim sepakbola, terutama di Piala Dunia Brasil, tidak menganggap striker sebagai pencetak gol utama. Bisa dilihat bagaimana sulitnya Fred, Higuain, dan striker lainnya mendapatkan bola karena mereka memang jarang dilayani. Pemain seperti playmaker atau winger memiliki peran lebih besar dalam hal mencetak gol,” lanjut Shearer.

Pelatih Arsenal Arsene Wenger memiliki teori lain. Dia menyatakan dominasi pemain tengah atau playmaker disebabkan 'produksi' striker yang terus menyusut. “Eropa terus mempreduksi pemain dengan talenta fantastis. Tapi kalau dilihat lebih dekat, jarang sekali muncul striker top. Sangat sedikit,” kata pelatih asal Prancis ini.

“Mari kita lihat bursa transfer semusim lalu. Radamel Falcao ke Monaco, Edinson Cavani ke PSG, Gonzalo Higuain ke Napoli, dan Luis Suarez menjadi rebutan. Hamir semua striker di level tertinggi berasal dari Amerika Selatan. Saya tidak tahu pasti apakah itu konsekuensi dari cara kita melatih atau gaya hidup,” urai Wenger.

Situasi seperti itu akhirnya memberikan jalan kepada nomor 10 untuk menjadi solusi efektif dalam tim. Playmaker yang dalam sejarah sepak bola memiliki kebebasan mutlak atau 'bermain di mana dia suka' memiliki posisi lebih fleksibel dibanding striker tunggal yang serba terbatas.

Ketika striker murni atau nomor 9 berputar-putar di sekitar kotak pinalti lawan, seorang playmaker mobilitasnya lebih dari itu. Bisa bergerak ke pinggir, mengambil bola dari lini belakang, melepas tendangan, serta paham benar posisi pertahanan lawan di depannya, adalah keuntungan yang dimiliki seorang nomor 10.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6597 seconds (0.1#10.140)