Vieira Anggap Presiden Baru FIGC Kontroversial
A
A
A
ROMA - Terpilihnya Carlo Tavecchio sebagai presiden baru Federasi Sepak bola Italia (FIGC) menuai kecaman, salah satunya datang dari Patrick Vieira. Manager pengembangan skuat muda Manchester City itu menganggap bahwa hasil voting yang memenangkan pria berusia 71 tahun itu sangat kontroversial.
Komentar yang diucapkan Vieira bukan tanpa alasan. Tavecchio, kata Vieira, diduga telah melakukan tindakan rasisme terhadap pemain Afrika awal bulan ini. Dalam pidatonya, dia menyatakan bahwa pemain tersebut hanya modal makan pisang sebelum menandatangani kontrak profesional dengan tim top Serie A.
Pernyataan rasis Tavecchio muncul ketika dia ingin membawa Italia agar menerapkan peraturan persyaratan ketat terhadap pemanfaatan jasa para pemain non-Uni Eropa. Tavecchio ingin mengikuti langkah yang diterapkan otoritas sepak bola Inggris, dimana sepak bola Inggris benar-benar melakukan identifikasi atas setiap pemain non-Uni Eropa yang ingin merumput di Liga Inggris.
Kendati demikian, Vieira tetap menganggap pertandingan Serie A sudah dipastikan masih akan terus berurusan dengan permasalahan rasisme setelah Tavecchio resmi terpilih sebagai presiden baru menggantikan Giancarlo Abete.
"Saya tidak percaya Tavecchio terpilih sebagai presiden baru FIGC. Dan, itu sangat disayangkan," kata Vieira dikutip Mirror, Rabu (13/8).
Vieira, yang pernah bermain di Serie A bersama Juventus, InterMilan, dan AC Milan itu yakin terpilihnya Tavecchio sebagai orang yang berkuasa pada sepak bola Italia seolah mengirimkan pesan yang salah dalam memerangi diskriminasi atau permasalahan rasisme.
"Saya benar-benar tak menyangka bahwa Tavecchio telah terpilih sebagai presiden FIGC setelah komentar yang dia buat. Bagi saya penunjukkannya akan menimbulkan banyak kontroversi bahwa otoritas sepak bola Italia belum mampu memecahkan masalah diskriminasi (rasisme) atau mereka justru tak ingin melawan masalah ini. Saya bukan hanya sekedar berbicara, karena saya sudah bermain di sana selama bertahun-tahun. Dan, saya melihat begitu banyak masalah diskriminasi di sana. Keputusan ini sudah dibuat, tapi saya pikir mereka harus melihat bagaimana memecahkan permasalahan rasisme di Italia," tutup mantan gelandang bertahan Arsenal.
Komentar yang diucapkan Vieira bukan tanpa alasan. Tavecchio, kata Vieira, diduga telah melakukan tindakan rasisme terhadap pemain Afrika awal bulan ini. Dalam pidatonya, dia menyatakan bahwa pemain tersebut hanya modal makan pisang sebelum menandatangani kontrak profesional dengan tim top Serie A.
Pernyataan rasis Tavecchio muncul ketika dia ingin membawa Italia agar menerapkan peraturan persyaratan ketat terhadap pemanfaatan jasa para pemain non-Uni Eropa. Tavecchio ingin mengikuti langkah yang diterapkan otoritas sepak bola Inggris, dimana sepak bola Inggris benar-benar melakukan identifikasi atas setiap pemain non-Uni Eropa yang ingin merumput di Liga Inggris.
Kendati demikian, Vieira tetap menganggap pertandingan Serie A sudah dipastikan masih akan terus berurusan dengan permasalahan rasisme setelah Tavecchio resmi terpilih sebagai presiden baru menggantikan Giancarlo Abete.
"Saya tidak percaya Tavecchio terpilih sebagai presiden baru FIGC. Dan, itu sangat disayangkan," kata Vieira dikutip Mirror, Rabu (13/8).
Vieira, yang pernah bermain di Serie A bersama Juventus, InterMilan, dan AC Milan itu yakin terpilihnya Tavecchio sebagai orang yang berkuasa pada sepak bola Italia seolah mengirimkan pesan yang salah dalam memerangi diskriminasi atau permasalahan rasisme.
"Saya benar-benar tak menyangka bahwa Tavecchio telah terpilih sebagai presiden FIGC setelah komentar yang dia buat. Bagi saya penunjukkannya akan menimbulkan banyak kontroversi bahwa otoritas sepak bola Italia belum mampu memecahkan masalah diskriminasi (rasisme) atau mereka justru tak ingin melawan masalah ini. Saya bukan hanya sekedar berbicara, karena saya sudah bermain di sana selama bertahun-tahun. Dan, saya melihat begitu banyak masalah diskriminasi di sana. Keputusan ini sudah dibuat, tapi saya pikir mereka harus melihat bagaimana memecahkan permasalahan rasisme di Italia," tutup mantan gelandang bertahan Arsenal.
(bbk)