Jasad di Malang, Hati di Lamongan

Jum'at, 12 September 2014 - 15:21 WIB
Jasad di Malang, Hati di Lamongan
Jasad di Malang, Hati di Lamongan
A A A
MALANG - Bagi sejumlah pemain, mantan klub sekadar masa lalu yang dengan mudah dilupakan setelah bergabung klub baru. Tapi ada pemain yang tetap menaruh respek mendalam terhadap bekas klubnya, salah satunya Gustavo Lopez.

Playmaker milik Arema Cronus ini masih terikat secara emosional dengan Persela Lamongan, klub yang membesarkan namanya di sepak bola Indonesia. Segala hal tentang Persela masih sangat menarik bagi pemain Argentina ini.

Maklum, Persela adalah tim yang pertama kali memercayai kemampuan Gustavo di Indonesia. Pemain kelahiran 28 tahun lalu ini dua periode bersama Laskar Joko Tingkir, yakni pada musim 2006-2007, kemudian balik lagi pada 2011-2012 sebelum ke Arema pada 2013-2014.

Musim ini Gustavo bakal menjalani momen mengesankan. Dia akan menghadapi mantan klubnya di babak delapan besar Indonesia Super League (ISL). Kebetulan Arema dan Persela bakal berada satu grup di babak tersebut.

"Saya jelas tak akan melupakan Persela Lamongan. Menarik sekali bermain melawan mereka di babak delapan besar. Secara emosional saya masih ada ikatan dengan Persela, tapi fokus saya sudah jelas untuk Arema sepenuhnya," ujar pemilik nama lengkap Gustavo Fabian Lopez.

Hengkang ke Arema merupakan langkah besar bagi pemain kelahiran Isidro Cassanova, Argentina. Dia menjadi sosok yang lebih dikenal di sepak bola Indonesia dan berpeluang mendapatkan trofi bersama Singo Edan musim ini.

Perhatian Gustavo terhadap Persela masih bisa dirasakan ketika dia berceloteh di akun Twitter-nya. Terakhir ketika Laskar Joko Tingkir mengalahkan Persipura Jayapura 2-0 di Lamongan lalu, dia juga tak lupa memberikan selamat.

Salah satu playmaker terbaik di ISL tersebut juga masih menjalin persahabatan dengan mantan rekan setimnya di Lamongan. Salah satunya Roman Golian yang cukup akrab dan masih sering bertemu di luar lapangan.

"Saya masih berkomunikasi atau kadang bertemu dengan teman-teman di Persela. Itu normal karena kami sudah menjadi teman baik," ujar Gustavo. Respek terhadap mantan klub seperti ini tak banyak dijumpai di Indonesia.

Kebanyakan pemain malu untuk mengakui kecintaan terhadap mantan klub, atau khawatir dituding tidak loyal dengan klub barunya. Padahal urusan emosional dan fokus karir dalam koridor profesionalisme adalah dua unsur yang sama sekali berbeda.

Di Arema sendiri terdapat beberapa pemain yang tak menutupi respeknya terhadap bekas klub. Misalnya Cristian Gonzales yang pernah merasakan episode manis di Persik Kediri, atau Beto Goncalves yang tak bisa melupakan Persijap Jepara.

Beto belum lama ini juga mengaku tak pernah bisa melupakan Persijap Jepara. Tim yang memercayai kemampuannya walau sempat mengalami cedera parah. Dia pun tetap merasa berhutang terhadap mantan klubnya yang terdegradasi itu.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7490 seconds (0.1#10.140)