Musim Terburuk Sang Kapten
A
A
A
MADURA - Musim kompetisi 2014 ternyata menjadi musim terburuk bagi Zaenal Arif, striker senior Persepam Madura United. Dia harus menghadapi situasi yang sangat tidak diinginkannya, yakni timnya terdegradasi dan cedera yang tak kunjung pulih.
Situasi tersebut jelas menjadi momen paling tidak diinginkan kapten Persepam tersebut. Berharap bisa membawa timnya lebih baik pada musim keduanya di Madura, ternyata kenyataan berbicara lain. Pemain kelahiran Garut ini bahkan tak sampai menuntaskan putaran pertama.
Ketika Persepam menghadapi Mitra Kukar, lututnya cedera parah dan membuatnya absen hingga akhir putaran dua. Penyesalan karena tak bisa bermain di sisa kompetisi, dilengkapi dengan fakta bahwa tim Sape Kerap finish di urutan 10 atau di zona degradasi.
"Ini musim yang paling buruk bagi saya. Saat saya tak bisa maksimal memberikan segalanya untuk Persepam, tim harus berakhir di zona degradasi. Saya menyesal tidak bisa membantu Persepam ke peringkat lebih baik musim ini," urai eks striker tim nasional ini.
Bahkan mungkin situasi bakal jauh lebih buruk lagi. Cedera yang tak kunjung sembuh bisa saja mengakhiri karirnya di lapangan hijau. Itu bukan sebuah pilihan mustahil mengingat berbagai cara telah ditempuh untuk menyembuhkan cedera namun belum juga pulih total.
Sempat diperkirakan pemain berusia 33 tahun ini kembali dari cedera pada Agustus lalu atau seusai rekat kompetisi ISL. Tapi perkiraan itu meleset karena kondisi lututnya belum mendukung dia untuk berlatih normal, apalagi untuk diturunkan di pertandingan resmi.
"Saya sebenarnya kerasan di Persepam dan orang-orang di sini seperti keluarga sendiri. Tapi saya harus membuat keputusan jika cedera ini tak kunjung pulih. Keinginan saya sih tetap bisa bermain musim depan. Lihat saja bagaimana perkembangannya," lanjut Arif.
Kendati usianya sudah tidak muda, kakak kandung striker tim nasional U-23 Yandi Sofyan ini menjalani karir yang bagus di Gelora Bangkalan. Dia selalu menjadi pemain reguler bahkan dipercaya menjadi kapten tim, baik di era kepelatihan Daniel Roekito maupun Arcan Iurie.
Selain masih memiliki skill yang layak untuk kompetisi level satu, staminanya juga masih sangat memadai untuk seorang striker. Tak mengherankan saat kehilangan dia, Persepam tak memiliki sosok pemimpin di lapangan dan pencetak gol alternatif selain Silvio Escobar.
Sosoknya yang ramah juga sangat disukai supporter Persepam. Tak sedikit yang sempat memprediksi Persepam bakal dalam masalah ketika kehilangan pemain berpostur 177 cm itu. Ternyata prediksi itu ada benarnya jika melihat posisi Persepam di akhir musim
Situasi tersebut jelas menjadi momen paling tidak diinginkan kapten Persepam tersebut. Berharap bisa membawa timnya lebih baik pada musim keduanya di Madura, ternyata kenyataan berbicara lain. Pemain kelahiran Garut ini bahkan tak sampai menuntaskan putaran pertama.
Ketika Persepam menghadapi Mitra Kukar, lututnya cedera parah dan membuatnya absen hingga akhir putaran dua. Penyesalan karena tak bisa bermain di sisa kompetisi, dilengkapi dengan fakta bahwa tim Sape Kerap finish di urutan 10 atau di zona degradasi.
"Ini musim yang paling buruk bagi saya. Saat saya tak bisa maksimal memberikan segalanya untuk Persepam, tim harus berakhir di zona degradasi. Saya menyesal tidak bisa membantu Persepam ke peringkat lebih baik musim ini," urai eks striker tim nasional ini.
Bahkan mungkin situasi bakal jauh lebih buruk lagi. Cedera yang tak kunjung sembuh bisa saja mengakhiri karirnya di lapangan hijau. Itu bukan sebuah pilihan mustahil mengingat berbagai cara telah ditempuh untuk menyembuhkan cedera namun belum juga pulih total.
Sempat diperkirakan pemain berusia 33 tahun ini kembali dari cedera pada Agustus lalu atau seusai rekat kompetisi ISL. Tapi perkiraan itu meleset karena kondisi lututnya belum mendukung dia untuk berlatih normal, apalagi untuk diturunkan di pertandingan resmi.
"Saya sebenarnya kerasan di Persepam dan orang-orang di sini seperti keluarga sendiri. Tapi saya harus membuat keputusan jika cedera ini tak kunjung pulih. Keinginan saya sih tetap bisa bermain musim depan. Lihat saja bagaimana perkembangannya," lanjut Arif.
Kendati usianya sudah tidak muda, kakak kandung striker tim nasional U-23 Yandi Sofyan ini menjalani karir yang bagus di Gelora Bangkalan. Dia selalu menjadi pemain reguler bahkan dipercaya menjadi kapten tim, baik di era kepelatihan Daniel Roekito maupun Arcan Iurie.
Selain masih memiliki skill yang layak untuk kompetisi level satu, staminanya juga masih sangat memadai untuk seorang striker. Tak mengherankan saat kehilangan dia, Persepam tak memiliki sosok pemimpin di lapangan dan pencetak gol alternatif selain Silvio Escobar.
Sosoknya yang ramah juga sangat disukai supporter Persepam. Tak sedikit yang sempat memprediksi Persepam bakal dalam masalah ketika kehilangan pemain berpostur 177 cm itu. Ternyata prediksi itu ada benarnya jika melihat posisi Persepam di akhir musim
(wbs)