Rekor Promosi Tim Jawa Timur Terhenti
A
A
A
SURABAYA - Rekor promosi tim Jawa Timur ke Indonesia Super League (ISL) akhirnya terhenti. Tidak ada satu pun tim Divisi Utama dari Jawa Timur yang naik level untuk musim 2015 nanti.
Padahal saat kompetisi digelar, Jawa Timur menyumbang tim dalam jumlah besar yakni hingga 14 tim. Sayang semuanya rontok dan bahkan tak satu pun yang lolos ke babak delapan besar. Di fase enam belas besar pun hanya menyisakan tiga tim saja.
Persinga Ngawi, Persewangi Banyuwangi, serta Persebo Bondowoso, sempat mencicipi babak 16 Besar. Tapi keberadaan mereka sekadar menjadi bulan-bulanan kontestan lain. Persinga hanya meraih enam angka dari enam laga dan bercokol di posisi ketiga Grup M.
Sedangkan Persebo yang berada satu grup dengan Persinga justru lebih buruk. Persebo menjadi juru kunci grup dengan sebiji poin. Persewangi bernasib sama dengan Persebo setelah menjadi juru kunci di Grup L. Prediksi media ini menjadi kenyataan bahwa tim Divisi Utama hanya besar di kuantitas tanpa didukung kualitas.
Namun, jika melihat semua tim Jawa Timur yang berlaga di level ini, tidak ada kultur bagus yang melatari mereka. Tim-tim yang bertanding miskin pengalaman di sepak bola level atas. Bahkan sebagian besar mengalami kesulitan finansial.
"Tampaknya selain manajemen, kultur juga memengaruhi. Selama ini Jawa Timur diwakili wilayah-wilayah tertentu jika bicara sepak bola level satu. Kota yang memiliki kultur sepak bola kuat hanyalah Malang, Kediri, Lamongan, Gresik dan Surabaya," kata Hadi Santoso, pengamat sepak bola dari
Surabaya.
Selain kota-kota tersebut di atas, gairah pengelolaan sepak bola masih sangat rendah baik dukungan dana maupun supporter. Paling parah contohnya Persenga Nganjuk yang tak mampu menyelesaikan Divisi Utama dan akhirnya didegradasi ke kompetisi amatir.
Dengan demikian tidak ada tim baru dari Jawa Timur yang berlaga di ISL musim depan. Dalam empat musim terakhir selalu ada tim promosi. Persibo Bojonegoro dan Deltras Sidoarjo (2010-2011), Persegres Gresik United (2011-2012), Persepam Madura United (2012-2013), serta Persik Kediri dan Persebaya (2014).
Padahal saat kompetisi digelar, Jawa Timur menyumbang tim dalam jumlah besar yakni hingga 14 tim. Sayang semuanya rontok dan bahkan tak satu pun yang lolos ke babak delapan besar. Di fase enam belas besar pun hanya menyisakan tiga tim saja.
Persinga Ngawi, Persewangi Banyuwangi, serta Persebo Bondowoso, sempat mencicipi babak 16 Besar. Tapi keberadaan mereka sekadar menjadi bulan-bulanan kontestan lain. Persinga hanya meraih enam angka dari enam laga dan bercokol di posisi ketiga Grup M.
Sedangkan Persebo yang berada satu grup dengan Persinga justru lebih buruk. Persebo menjadi juru kunci grup dengan sebiji poin. Persewangi bernasib sama dengan Persebo setelah menjadi juru kunci di Grup L. Prediksi media ini menjadi kenyataan bahwa tim Divisi Utama hanya besar di kuantitas tanpa didukung kualitas.
Namun, jika melihat semua tim Jawa Timur yang berlaga di level ini, tidak ada kultur bagus yang melatari mereka. Tim-tim yang bertanding miskin pengalaman di sepak bola level atas. Bahkan sebagian besar mengalami kesulitan finansial.
"Tampaknya selain manajemen, kultur juga memengaruhi. Selama ini Jawa Timur diwakili wilayah-wilayah tertentu jika bicara sepak bola level satu. Kota yang memiliki kultur sepak bola kuat hanyalah Malang, Kediri, Lamongan, Gresik dan Surabaya," kata Hadi Santoso, pengamat sepak bola dari
Surabaya.
Selain kota-kota tersebut di atas, gairah pengelolaan sepak bola masih sangat rendah baik dukungan dana maupun supporter. Paling parah contohnya Persenga Nganjuk yang tak mampu menyelesaikan Divisi Utama dan akhirnya didegradasi ke kompetisi amatir.
Dengan demikian tidak ada tim baru dari Jawa Timur yang berlaga di ISL musim depan. Dalam empat musim terakhir selalu ada tim promosi. Persibo Bojonegoro dan Deltras Sidoarjo (2010-2011), Persegres Gresik United (2011-2012), Persepam Madura United (2012-2013), serta Persik Kediri dan Persebaya (2014).
(aww)