Sepp Blatter Ditelanjangi Anggota FIFA
A
A
A
ZURICH - Sepp Blatter kembali mengumumkan keinginannya untuk kembali menjabat sebagai presiden FIFA untuk kelima kalinya, sejak terpilih pertama pada tahun 1998. Namun niatnya kali ini sepertinya tak mungkin berjalan mulus, pasalnya pencalonan dirinya menuai kritikan bahkan mereka tak segan-segan menelanjangi (mepermalukan dirinya) soal bukti-bukti korupsi Blatter.
Petinggi FIFA yang juga sebagai salah satu anggota FIFA Independent Governance Committee, Michael Hershman, yang mengatakan keberadaan Blatter akan terus menggerus kepercayaan publik terhadap FIFA.
"Saya tak yakin FIFA akan memiliki kredibilitas di masa depan jika belum ada perubahan kepemimpinan," ujar Hershman seperti dilansir ESPN.
Menurut Hershman, yang juga merupakan founder organisasi anti korupsi internasional, tidak ada yang akan berubah sampai orang yang mendapatkan keuntungan dikejar.
"Ada banyak pandangan sinis soal FIFA dan sayangnya itu memang patut diberikan. Tapi, saya lebih melihatnya sebagai rasa marah daripada sikap sinis," lanjutnya.
Kasus terakhir yang memojokkan Blatter adalah tuduhan korupsi yang terjadi dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Sayang, sang presiden menutup rapat hasil investigasi tersebut.
"Saya ingin melihat FIFA merilis laporan dugaan korupsi itu. Karena tanpa hasil investigasi, FIFA akan terus mendapat tekanan dari media hingga penanam saham," ungkap Hershman.
"Para petinggi sudah meminta laporan itu dikeluarkan. Tapi, Blatter hanya menyebut tak ada yang perlu dilaporkan. Menurut saya sangat aneh. Jadi Itulah kenapa harus ada pemeriksaan di dalam FIFA," pungkasnya.
Petinggi FIFA yang juga sebagai salah satu anggota FIFA Independent Governance Committee, Michael Hershman, yang mengatakan keberadaan Blatter akan terus menggerus kepercayaan publik terhadap FIFA.
"Saya tak yakin FIFA akan memiliki kredibilitas di masa depan jika belum ada perubahan kepemimpinan," ujar Hershman seperti dilansir ESPN.
Menurut Hershman, yang juga merupakan founder organisasi anti korupsi internasional, tidak ada yang akan berubah sampai orang yang mendapatkan keuntungan dikejar.
"Ada banyak pandangan sinis soal FIFA dan sayangnya itu memang patut diberikan. Tapi, saya lebih melihatnya sebagai rasa marah daripada sikap sinis," lanjutnya.
Kasus terakhir yang memojokkan Blatter adalah tuduhan korupsi yang terjadi dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Sayang, sang presiden menutup rapat hasil investigasi tersebut.
"Saya ingin melihat FIFA merilis laporan dugaan korupsi itu. Karena tanpa hasil investigasi, FIFA akan terus mendapat tekanan dari media hingga penanam saham," ungkap Hershman.
"Para petinggi sudah meminta laporan itu dikeluarkan. Tapi, Blatter hanya menyebut tak ada yang perlu dilaporkan. Menurut saya sangat aneh. Jadi Itulah kenapa harus ada pemeriksaan di dalam FIFA," pungkasnya.
(wbs)