Manajemen Sriwijaya FC Bantah Blacklist Pemain
A
A
A
PALEMBANG - Manajemen Sriwijaya FC akhirnya menarik pernyataan kerasnya terkait pemberlakuan blacklist terhadap pemain yang telah terlibat aksi mogok bermain pada kompetisi Indonesia Super League (ISL) edisi 2013 lalu.
Target tinggi yang dibebankan kepada pelatih Benny “Bendol” Dollo musim depan, yakni membawa Laskar Wong Kito kembali menjadi yang terbaik dikancah sepakbola tanah air, ditenggarai menjadi alasannya.
Hal itu diungkapkan Asisten Manajer SFC, Muchendi Mahzareki. Menurut putra sulung wakil gubernur Sumatera Selatan ini, pihaknya siap mengakomodir semua keinginan pelatih untuk dalam mendatangkan pemain berkualitas ke Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring.
Termasuk pemain yang turut melakukan aksi mogok bermain kala SFC menghadapi Mitra Kukar dan Persisam. Sehingga manajemen klub terpaksa harus menurunkan sebagian besar pemain SFC U-21 pada laga itu.
“Tidak ada pemain yang di blacklist, termasuk yang ikut dalam aksi mogok musim 2013 lalu. Kalau memang pelatih menginginkan, kita siap melakukan negosiasi dan mendatangkan mereka,”ungkapnya.
Akan tetapi, walaupun Endi, sapaan akrab Muchendi Mahzareki, telah mengisyaratkan pihaknya tidak akan memperpanjang lagi masalah itu dan mempersilahkan pelatih membawa kembali pemain yang sebelumnya telah di blacklist, namun bukan berarti SFC bisa dengan mudah mendapatkan tanda tangan pemain yang bersangkutan.
Sebab pemain juga pastinya tidak bisa begitu saja melupakan semua yang telah terjadi, meskipun di iming-imingi oleh gaji tinggi, kecuali apabila manajemen klub secara jantan mau mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Kejadian seperti ini seharusnya bisa dijadikan pelajaran berharga bagi manajemen SFC, bahwa didalam sepakbola tidak ada lawan abadi. Sehingga, semua pihak yang ada didalam jajaran manajemen bisa berfikir lebih matang sebelum mengeluarkan statement keras, terutama soal pemberian blacklist terhadap pemain.
Apalagi apa yang dilakukan pemain kala itu merupakan upaya terakhir mereka agar manajemen klub bisa segera membayarkan hak mereka berupa gaji, yang tidak kunjung diberikan kepastian dan telah menunggak selama tiga bulan.
Meskipun disisi lain, pemberlakuan blacklist dilakukan manajemen klub karena mereka merasa kesal atas sikap pemain yang dinilai tidak professional dan bahkan terindikasi ditunggangi oleh pihak lain yang sengaja ingin merusak nama SFC dimata masyarakat.
“Yang pasti kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikan keinginan pelatih, agar apa yang ditergetkan musim depan bisa tercapai,”lanjut anggota DPRD Sumsel periode 2014-2019 termuda ini.
Terpisah, Presiden SFC, Dodi Reza Alex mengharapkan, siapapun pemain yang akan direkrut oleh pelatih nanti, harus memiliki prilaku yang baik didalam dan luar lapangan serta loyal terhadap tim.
“Loyalitas itu penting, tanpa itu bagaimana tim kita bisa menyatukan visi dan misi untuk mengembalikan SFC kembali disegani dan merengkuh juara ISL musim depan,”tegasnya.
Target tinggi yang dibebankan kepada pelatih Benny “Bendol” Dollo musim depan, yakni membawa Laskar Wong Kito kembali menjadi yang terbaik dikancah sepakbola tanah air, ditenggarai menjadi alasannya.
Hal itu diungkapkan Asisten Manajer SFC, Muchendi Mahzareki. Menurut putra sulung wakil gubernur Sumatera Selatan ini, pihaknya siap mengakomodir semua keinginan pelatih untuk dalam mendatangkan pemain berkualitas ke Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring.
Termasuk pemain yang turut melakukan aksi mogok bermain kala SFC menghadapi Mitra Kukar dan Persisam. Sehingga manajemen klub terpaksa harus menurunkan sebagian besar pemain SFC U-21 pada laga itu.
“Tidak ada pemain yang di blacklist, termasuk yang ikut dalam aksi mogok musim 2013 lalu. Kalau memang pelatih menginginkan, kita siap melakukan negosiasi dan mendatangkan mereka,”ungkapnya.
Akan tetapi, walaupun Endi, sapaan akrab Muchendi Mahzareki, telah mengisyaratkan pihaknya tidak akan memperpanjang lagi masalah itu dan mempersilahkan pelatih membawa kembali pemain yang sebelumnya telah di blacklist, namun bukan berarti SFC bisa dengan mudah mendapatkan tanda tangan pemain yang bersangkutan.
Sebab pemain juga pastinya tidak bisa begitu saja melupakan semua yang telah terjadi, meskipun di iming-imingi oleh gaji tinggi, kecuali apabila manajemen klub secara jantan mau mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Kejadian seperti ini seharusnya bisa dijadikan pelajaran berharga bagi manajemen SFC, bahwa didalam sepakbola tidak ada lawan abadi. Sehingga, semua pihak yang ada didalam jajaran manajemen bisa berfikir lebih matang sebelum mengeluarkan statement keras, terutama soal pemberian blacklist terhadap pemain.
Apalagi apa yang dilakukan pemain kala itu merupakan upaya terakhir mereka agar manajemen klub bisa segera membayarkan hak mereka berupa gaji, yang tidak kunjung diberikan kepastian dan telah menunggak selama tiga bulan.
Meskipun disisi lain, pemberlakuan blacklist dilakukan manajemen klub karena mereka merasa kesal atas sikap pemain yang dinilai tidak professional dan bahkan terindikasi ditunggangi oleh pihak lain yang sengaja ingin merusak nama SFC dimata masyarakat.
“Yang pasti kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikan keinginan pelatih, agar apa yang ditergetkan musim depan bisa tercapai,”lanjut anggota DPRD Sumsel periode 2014-2019 termuda ini.
Terpisah, Presiden SFC, Dodi Reza Alex mengharapkan, siapapun pemain yang akan direkrut oleh pelatih nanti, harus memiliki prilaku yang baik didalam dan luar lapangan serta loyal terhadap tim.
“Loyalitas itu penting, tanpa itu bagaimana tim kita bisa menyatukan visi dan misi untuk mengembalikan SFC kembali disegani dan merengkuh juara ISL musim depan,”tegasnya.
(wbs)