Surabaya Lebih Percaya Pemain Muda

Rabu, 29 Oktober 2014 - 19:03 WIB
Surabaya Lebih Percaya Pemain Muda
Surabaya Lebih Percaya Pemain Muda
A A A
SURABAYA - Indonesia Super League (ISL) 2014 bakal menuntaskan babak delapan besar atau memasuki tahap akhir kompetisi. Hingga fase ini, kompetisi ISL 2014 ternyata kurang bersahabat untuk para pemain muda. Sangat sedikit nama baru yang mencuat musim ini.

Dikalkulasi dari kesempatan bermain, hanya Persebaya Surabaya yang paling sering menurunkan pemain muda. Ada Fandi Eko Utomo, Alvin Tuasalamony, Manahati Lestusen, Novri Setyawan, hingga Subo Seto dan Zaenal Haq. Namun sebagian besar dari mereka bukan nama baru.

Artinya sejumlah pemain yang di antaranya tergabung tim nasional U-23 tersebut tidak tumbuh bersama klub, tapi dicomot ketika kemampuannya sudah jadi. Sedangkan pemain seperti Subo Seto dan Zaenal Haq baru terpakai ketika Persebaya diterpa badai cedera.

Tapi itu sudah cukup lumayan, karena di tim lain lebih parah alias nyaris tak ada generasi anyar yang meyakinkan. Sama sekali tidak ada nama baru yang benar-benar menonjol dan layak disebut sebagai bintang masa depan.

Arema Cronus yang selama ini getol mengoleksi pemain muda, nyatanya juga dikalahkan oleh ambisi. Target tinggi tim berjuluk Singo Edan membuat pelatih Suharno harus memilih pemain senior dan jarang memberikan kesempatan pada pemain muda.

Sebelumnya diperkirakan pemain belia macam Irsyad Maulana dan Gilang Ginarsa menapaki tahap baru musim ini. Ternyata mereka nyaris tak terdengar karena kalah bersaing dengan aset tim yang sudah mapan dalam hal pengalaman maupun skill.

Beralih ke Lamongan, Persela yang musim lalu sempat mengorbitkan Fandi Eko Utomo dan Eky Taufik, musim ini malah tak memperkenalkan wajah baru. Komposisi tim asuhan Eduard Tjong semuanya senior, dengan pemain reguler termuda Bijahil Chalwa yang berusia 24 tahun.

Pemandangan yang sama juga terlihat di Persegres Gresik United, Persepam Madura United dan Persik Kediri. Persegres hanya diwakili David Faristian (24 tahun) sebagai pemain muda yang kerap masuk tim utama. Di Persepam hanya ada Rossy Noprihanis (23 tahun).

Sementara di Persik Kediri, pemain muda yang bermain reguler adalah full back Syaiful Indra Cahya (22 tahun) dan kiper Tedi Heri (23 tahun). Dua pemain ini mewakili generasi muda di tengah tim Macan Putih yang dipadati pemain-pemain veteran.

Persaingan di kompetisi musim ini disebut menjadi salah satu sebab sulitnya memercayai pemain muda yang minim pengalaman. Hampir tiap tim disibukkan targetnya sendiri-sendiri, ada yang bernafsu juara dan ada pula yang menghindari degradasi.

"Dengan target tinggi, seorang pelatih harus memilih pemain yang paling siap di setiap pertandingan. Kadang harus diakui pemain muda memiliki masalah dalam menghadapi tekanan. Sedangkan seorang pemain harus siap dalam segala aspek," kata Pelatih Arema Suharno beberapa waktu lalu.

"Itu yang kemudian membuat pelatih menilai mereka belum siap. Karena bagaimana pun performa seorang pemain bisa memengaruhi performa tim secara umum. Saya rasa pemain muda akan memiliki kesempatan tersendiri secara bertahap," imbuh eks pelatih Deltras Sidoarjo dan Persiwa Wamena ini.

Hal serupa juga pernah dihadapi Persik Kediri yang sepanjang musim harus berjuang agar tak terdegadasi. Tekanan dan harapan agar tidak sampai kembali ke Divisi Utama, membuat Persik masih percaya pada kekuatan pemain veterannya karena alasan pengalaman.

Asisten Pelatih Persik Musikan sempat mengatakan dirinya tidak memiliki banyak kesempatan untuk memberikan jam terbang untuk pemain muda selain Syaiful Indra Cahya dan Tedi Heri. Target Persik untuk tidak terdegradasi membutuhkan pemain dengan kualitas dan mental mumpuni.

"Saya rasa adanya Syaiful (Indra Cahya) dan Tedi (Heri) cukup mewakili generasi muda Persik. Sebenarnya ada beberapa pemain lagi dari tim U-21, namun tentu jam bermain mereka sangat minim dan tekanan di ISL terlalu berat," jelas Musikan
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7430 seconds (0.1#10.140)