Tiga Jurus Pilihan Singo Edan
A
A
A
PALEMBANG - Arema Cronus adalah satu-satunya tim paling eksperimental dalam menurunkan taktik di babak delapan besar lalu. Dalam enam pertandingan, Suharno menurunkan tiga skema berbeda dengan hasil berbeda pula.
Menghadapi Persib Bandung, menjadi pertanyaan besar strategi mana yang bakal diturunkan Singo Edan. Tentunya taktik disesuaikan dengan gaya permainan lawan, yakni mengantisipasi kelebihan dan mengekploitasi kekurangan Persib.
Arema jelas masih merahasiakan strategi bagaimana yang akan digunakan menghadapi Maung Bandung. Selama persiapan jelang semifinal, Suharno mengaku masih terus melihat bagaimana kesiapan timnya dalam mencerna strategi yang bakal dipilih.
"Persib memiliki karakter menyerang, demikian pula Arema. Kami harus cermat dalam memilih strategi, karena kedua kubu tentunya juga tidak ingin gampang ditebak. Insya Allah Arema memiliki strategi yang jitu," demikian kata Suharno.
Arema mempunyai tiga opsi dalam menurunkan formasi di awal pertandingan, sebagai pondasi awal dalam menyusun strategi. Apa saja formasi yang selama ini dipakai Singo Edan?
-Formasi 4-3-3
Ini adalah formasi yang paling sering dipakai Arema Cronus sejak ditangani Suharno. Memakai tiga striker dengan target man Cristian Gonzales. Lini tengah ditempati satu playmaker (Gustavo Lopez), box to box midfielder (Ahmad Bustomi) serta gelandang bertahan murni (Juan Revi atau Gede Sukadana). Belakangan strategi ini lebih sering dipakai di Stadion Kanjuruhan atau pertandingan kandang saja. Hasilnya masih cukup fenomenal karena Arema selama delapan besar selalu menang dengan formasi ini, yakni mengalahkan Semen Padang 2-1, Persipura Jayapura 3-0 dan Persela Lamongan 4-0. Sektor sayap yang ditempati Samsul Arif dan Beto Goncalves bisa dioptimalkan dengan sangat baik.
-Formasi 3-5-2
Arema dua kali memakai skema ini sebagai starter di laga away delapan besar lawan Persela Lamongan dan Persipura Jayapura. Hasilnya kurang memuaskan karena formasi ini membuat pertahanan Arema selalu bocor. Formasi ini memindahkan posisi Benny Wahyudi dan Johan Alfarizie sebagai wing back, sementara tiga pemain di pertahanan adalah Purwaka Yudhi, Thierry Gathuessi dan Victor Igbonefo. Daya pressure Arema agak berkurang dengan formasi ini karena hanya mengandalkan umpan crossiny Benny dan Alfarizie. Saat keduanya tidak maksimal, lini depan lebih berat dalam mencari bola. Kesimpulannya formasi ini masih membuat tim Singo Edan labil dan sangat mengkhawatirkan jika dipakai kontra Persib.
-Formasi 4-3-1-2
Ini dimensi baru formasi yang dicoba Suharno dan diturunkan pada laga terakhir delapan besar kontra Semen Padang yang berakhir 2-2. Perbedaan peran paling mencolok adalah Gustavo Lopez yang berdiri di belakang dua striker. Dia lebih bebas berkreasi serta menyuplai bola untuk dua striker di depannya. Dipakainya tiga gelandang di belakang Gustavo sebenarnya bertujuan memperkuat tembok pertahanan. Tapi melihat proses laga di Padang, pertahanan Arema terlihat masih gamang. Alih-alih ingin membendung gempuran lawan, nyatanya bek Arema mendapat masalah besar dengan kecepatan penyerang Semen Padang. Melihat peluang yang diperoleh Kabau Sirah saat itu, pertahanan Arema tak sepenuhnya lebih tebal walau dari aspek serangan masih cukup memberikan banyak ancaman untuk lawan.
Menghadapi Persib Bandung, menjadi pertanyaan besar strategi mana yang bakal diturunkan Singo Edan. Tentunya taktik disesuaikan dengan gaya permainan lawan, yakni mengantisipasi kelebihan dan mengekploitasi kekurangan Persib.
Arema jelas masih merahasiakan strategi bagaimana yang akan digunakan menghadapi Maung Bandung. Selama persiapan jelang semifinal, Suharno mengaku masih terus melihat bagaimana kesiapan timnya dalam mencerna strategi yang bakal dipilih.
"Persib memiliki karakter menyerang, demikian pula Arema. Kami harus cermat dalam memilih strategi, karena kedua kubu tentunya juga tidak ingin gampang ditebak. Insya Allah Arema memiliki strategi yang jitu," demikian kata Suharno.
Arema mempunyai tiga opsi dalam menurunkan formasi di awal pertandingan, sebagai pondasi awal dalam menyusun strategi. Apa saja formasi yang selama ini dipakai Singo Edan?
-Formasi 4-3-3
Ini adalah formasi yang paling sering dipakai Arema Cronus sejak ditangani Suharno. Memakai tiga striker dengan target man Cristian Gonzales. Lini tengah ditempati satu playmaker (Gustavo Lopez), box to box midfielder (Ahmad Bustomi) serta gelandang bertahan murni (Juan Revi atau Gede Sukadana). Belakangan strategi ini lebih sering dipakai di Stadion Kanjuruhan atau pertandingan kandang saja. Hasilnya masih cukup fenomenal karena Arema selama delapan besar selalu menang dengan formasi ini, yakni mengalahkan Semen Padang 2-1, Persipura Jayapura 3-0 dan Persela Lamongan 4-0. Sektor sayap yang ditempati Samsul Arif dan Beto Goncalves bisa dioptimalkan dengan sangat baik.
-Formasi 3-5-2
Arema dua kali memakai skema ini sebagai starter di laga away delapan besar lawan Persela Lamongan dan Persipura Jayapura. Hasilnya kurang memuaskan karena formasi ini membuat pertahanan Arema selalu bocor. Formasi ini memindahkan posisi Benny Wahyudi dan Johan Alfarizie sebagai wing back, sementara tiga pemain di pertahanan adalah Purwaka Yudhi, Thierry Gathuessi dan Victor Igbonefo. Daya pressure Arema agak berkurang dengan formasi ini karena hanya mengandalkan umpan crossiny Benny dan Alfarizie. Saat keduanya tidak maksimal, lini depan lebih berat dalam mencari bola. Kesimpulannya formasi ini masih membuat tim Singo Edan labil dan sangat mengkhawatirkan jika dipakai kontra Persib.
-Formasi 4-3-1-2
Ini dimensi baru formasi yang dicoba Suharno dan diturunkan pada laga terakhir delapan besar kontra Semen Padang yang berakhir 2-2. Perbedaan peran paling mencolok adalah Gustavo Lopez yang berdiri di belakang dua striker. Dia lebih bebas berkreasi serta menyuplai bola untuk dua striker di depannya. Dipakainya tiga gelandang di belakang Gustavo sebenarnya bertujuan memperkuat tembok pertahanan. Tapi melihat proses laga di Padang, pertahanan Arema terlihat masih gamang. Alih-alih ingin membendung gempuran lawan, nyatanya bek Arema mendapat masalah besar dengan kecepatan penyerang Semen Padang. Melihat peluang yang diperoleh Kabau Sirah saat itu, pertahanan Arema tak sepenuhnya lebih tebal walau dari aspek serangan masih cukup memberikan banyak ancaman untuk lawan.
(wbs)