Dosa Arema di Bumi Sriwijaya

Rabu, 05 November 2014 - 14:58 WIB
Dosa Arema di Bumi Sriwijaya
Dosa Arema di Bumi Sriwijaya
A A A
PALEMBANG - Perjalanan meyakinkan Arema Cronus di Indonesia Super League (ISL) berakhir tragis. Di laga semifinal yang seharusnya bisa dimenangkan, Singo Edan justru takluk dari Persib Bandung dengan skor yang mengejutkan, 3-1.
Bermain dengan kepercayaan diri tinggi pada awal laga, Arema di fase berikutnya terus menurun. Tak hanya dipengaruhi grafik performa Persib yang terus menanjak, Arema juga melakukan kesalahan terburuk dalam kompetisi musim ini.

Mental, strategi, serta pengambilan keputusan, semuanya tidak layak dilakukan dalam laga krusial menghadapi tim selevel Maung Bandung. Ada beberapa 'dosa' Arema yang sangat kentara menjadi sumber bencana di Bumi Sriwijaya.

'Dosa' yang tak hanya dilakukan pemain di lapangan, tapi juga keputusan pelatih dalam menerapkan strategi. Intinya Arema tidak pantas menang dengan performa yang mereka tunjukkan malam itu. Apa saja 'dosa' Singo Edan?

Strategi Spekulatif
Suharno dan Joko Susilo kali ini menerima efek fatal dari eksperimen formasi. Arema turun dengan 4-3-1-2 yang terlihat aman dari gempuran Persib di babak pertama dan awal paruh kedua. Tapi di rentang waktu itu Arema menghadapi Persib yang bermain dengan standar terendah permainan mereka selama ini. Arema kemudian menghadapi konsekuensi pemain terlalu lelah karena Gustavo Lopez dan Ahmad Bustomi harus naik turun. Thierry Gahtuessi pun drop karena harus menutup peran winger. Jika ditarik ke belakang, formasi ini baru diperkenalkan sebagai starter saat menghadapi Semen Padang dan Arema saat itu sebenarnya sudah meragukan. Sangat berisiko memakai formasi yang sifatnya masih spekulatif. Arema memang memegang kendali permainan dan bisa lebih dulu mencetak gol, tapi tidak benar-benar membunuh lawannya. Saat Arema mengubah skema dengan menurunkan Ahmad Bustomi, situasi sudah terlanjur sulit dan performa pemain tak lagi sempurna. Formasi aman ini juga sekilas menunjukkan Singo Edan sudah takut terlebih dulu menghadapi agresivitas Persib Bandung.

Pergantian Pemain Terburuk
Tim kesayangan Aremania seperti sengaja memberikan jalan Persib Bandung ke final. Itu jika melihat bagaimana staf pelatih Arema menarik tiga pemain terbaiknya di babak kedua, yakni Gustavo Lopez, Ahmad Bustomi dan Thierry Gathuessi. Sebuah keputusan bunuh diri dan ini tidak pernah terjadi sepanjang musim, tapi justru dilakukan di partai semifinal. Melakukan pergantian pemain terbaik saat baru unggul satu bola di partai krusial adalah sebuah 'dosa' yang harus ditanggung pahit oleh Arema. Secara strategi, Suharno kalah telak dibanding Djadjang Nurjaman. Saat tensi Arema mulai menurun, justru Persib memasukkan pemain seperti Hariono dan Atep yang menjadi kunci bagi menanjaknya performa mereka. Sulit dipahami bagaimana bisa Arema menarik tiga pemain terbaik sebelum kemenangan benar-benar aman di tangan. Justru pemain yang selama ini menjadi serep malah bertahan hingga laga berakhir, yakni Hendro Siswanto. Dimasukkannya Benny Wahyudi menggantikan Thierry Gathuessi tak memberikan efek. Lini tengah pun akhirnya dipenuhi tiga pemain bertahan setelah Bustomi dan Gustavo ditarik.

Bukan Mental Juara
Arema Cronus belum memiliki mental yang memadai untuk berlaga di partai puncak ISL musim ini. Melihat pemain merespons laga di Stadion Jakabaring, tim ini bukan petarung sejati untuk partai menentukan. Pertama adalah keburu merasa menang ketika hanya unggul satu gol. Arema mulai menarik skuad terbaiknya dan cenderung bermain aman di 20 menit akhir babak kedua. Mereka terkejut dan baru panik setelah Vladimir Vujovic menyamakan skor di menit akhir babak kedua. Keterkejutan yang akhirnya berpengaruh besar pada fokus tim. Kedua adalah lalai di menit-menit krusial. Gol Vujovic terjadi saat Arema keburu merasa menang, sedangkan gol Atep sesaat setelah kick off perpanjangan waktu membuktikan Victor Igbonefo dkk tidak langsung siap dan antisipatif di menit-menit kritis. Arema sudah sering kecolongan di menit-menit akhir dan rupanya tak menjadi pelajaran. Arema lupa bahwa Persib bukanlah tim ayam sayur yang menyerah setelah tertinggal satu bola. Plus, blunder konyol Alfarizie yang memberikan gol ketika untuk Persib, semakin menerjemahkan bagaimana mental Singo Edan.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8647 seconds (0.1#10.140)
pixels