Sepakbola Berbasis Pendidikan dan Budaya
A
A
A
BANDUNG - Untuk melanjutkan kepemimpinan Asosiasi Provinsi (Asprov) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa Barat yang tengah kosong, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi daftarkan diri menjadi calon Ketua Umum Asprov PSSI Jabar, Kamis (6/11). Dirinya siap menjadi Ketua Umum Asprov PSSI Jabar yang kini ditinggalkan Rahmat Yassin (Bupati Bogor) setelah tersandung kasus hukum.
Menurutnya, sudah saatnya dunia sepakbola Indonesia membangun peradaban sepakbola yang unggul dengan pendidikan dan kurikulum yang jelas. Lebih jauh lagi memiliki ideologinya yang berdasarkan kultur wilayah Indonesia untuk melahirkan prestasi.
Dedi berharap semuanya berjalan tanpa friksi dan kompetisi politik. Lembaga olahraga seperti PSSI Jabar bukan lembaga politik yang dalam memilih pimpinannya harus dilakukan melalui tahapan-tahapan politis.
Selama ini, lanjutnya, dunia sepakbola di Indonesia khsusnya di Jabar terfokus pada aspek kompetitif. Filosofi dasar dan pendidikan serta kultur bola tak terlihat, sehingga prestasi yang diraih akan instan terus menerus.
Untuk itu, Dedi menuturkan, jika terpilih menjadi Ketua Asprov PSSI Jabar, ia berkomitmen untuk memfokuskan diri pada upaya membangun sistem sepakbola sepakbola menjadi sistem pendidikan. Sistem itu akan berlangsung regulasinya secara terus menerus. Ia menargetkan satu kabupaten memiliki satu kelas sepakbola dan dikelola pemerintah. Misalnya ada satu SMP yang satu kelasnya hanya mempelajari sepakbola.
Jadi nantinya jika dirinya terpilih akan membuat Memorandum Of Understanding (MoU) dengan Pemprov Jabar dalam hal ini Dinas Pendidikan atau Disorda untuk membuat satu kelas olahraga disetiap Kabupaten yang ada di Jabar.
“Yang dimulai dari sekolah sepakbola di Purwakarta yang hari ini anak-anaknya pergi ke Brazil. Itu kan hasil pendidikan.kemudian saya sebagai Bupati berbicara kepada Indra Sjafri untuk bersedia menjadi konsultan sepakbola di Jabar,”katanya setelah mendaftarkan diri di Kantor Asprov PSSI Jabar, Bandung.
Untuk itu menurut Dedi sudah saatnya meninggalkan budaya sepakbola yang instan, kultur sepakbola yang hanya mengejar kemenangan itu harus segera diubah, kedepan tidak boleh adalagi jual beli pemain asing. Kita masih menyimpan banyak pemain berkualitas.
Selain berbasis pendidikan,sepakbola Jabar juga akan dibawa untuk berbasis kultur atau kebudayaan. Tidak masuk lagi dalam wilayah formalisme kompetisi yang terjadi seperti sekarang ini. “Di negara lain seperti di China, kenapa olahraganya maju karena sejak kecil focus menggeluti satu cabang olahraga saja. Jadi nantinya di kelas itu hanya mempelajari sepakbola dan bahasa Inggris,”ujarnya.
Ia optimistis program yang akan dilakukannya akan merubah prestasi olahraga sepakbola Jabar menjadi lebih baik lagi. “Sudah ada yang dukung, tapi belum ada konsilidasi. Kalau saya santai saja, karena ini bukan kompetisi politik,”pungkasnya.
Menurutnya, sudah saatnya dunia sepakbola Indonesia membangun peradaban sepakbola yang unggul dengan pendidikan dan kurikulum yang jelas. Lebih jauh lagi memiliki ideologinya yang berdasarkan kultur wilayah Indonesia untuk melahirkan prestasi.
Dedi berharap semuanya berjalan tanpa friksi dan kompetisi politik. Lembaga olahraga seperti PSSI Jabar bukan lembaga politik yang dalam memilih pimpinannya harus dilakukan melalui tahapan-tahapan politis.
Selama ini, lanjutnya, dunia sepakbola di Indonesia khsusnya di Jabar terfokus pada aspek kompetitif. Filosofi dasar dan pendidikan serta kultur bola tak terlihat, sehingga prestasi yang diraih akan instan terus menerus.
Untuk itu, Dedi menuturkan, jika terpilih menjadi Ketua Asprov PSSI Jabar, ia berkomitmen untuk memfokuskan diri pada upaya membangun sistem sepakbola sepakbola menjadi sistem pendidikan. Sistem itu akan berlangsung regulasinya secara terus menerus. Ia menargetkan satu kabupaten memiliki satu kelas sepakbola dan dikelola pemerintah. Misalnya ada satu SMP yang satu kelasnya hanya mempelajari sepakbola.
Jadi nantinya jika dirinya terpilih akan membuat Memorandum Of Understanding (MoU) dengan Pemprov Jabar dalam hal ini Dinas Pendidikan atau Disorda untuk membuat satu kelas olahraga disetiap Kabupaten yang ada di Jabar.
“Yang dimulai dari sekolah sepakbola di Purwakarta yang hari ini anak-anaknya pergi ke Brazil. Itu kan hasil pendidikan.kemudian saya sebagai Bupati berbicara kepada Indra Sjafri untuk bersedia menjadi konsultan sepakbola di Jabar,”katanya setelah mendaftarkan diri di Kantor Asprov PSSI Jabar, Bandung.
Untuk itu menurut Dedi sudah saatnya meninggalkan budaya sepakbola yang instan, kultur sepakbola yang hanya mengejar kemenangan itu harus segera diubah, kedepan tidak boleh adalagi jual beli pemain asing. Kita masih menyimpan banyak pemain berkualitas.
Selain berbasis pendidikan,sepakbola Jabar juga akan dibawa untuk berbasis kultur atau kebudayaan. Tidak masuk lagi dalam wilayah formalisme kompetisi yang terjadi seperti sekarang ini. “Di negara lain seperti di China, kenapa olahraganya maju karena sejak kecil focus menggeluti satu cabang olahraga saja. Jadi nantinya di kelas itu hanya mempelajari sepakbola dan bahasa Inggris,”ujarnya.
Ia optimistis program yang akan dilakukannya akan merubah prestasi olahraga sepakbola Jabar menjadi lebih baik lagi. “Sudah ada yang dukung, tapi belum ada konsilidasi. Kalau saya santai saja, karena ini bukan kompetisi politik,”pungkasnya.
(bbk)