Cara Djanur Bikin Persib Juara
A
A
A
BANDUNG - Indonesia Super League (ISL) musim 2012/2013 jadi panggung pertama Djadjang 'Djanur' Nurdjaman sebagai pelatih kepala Persib Bandung. Gelar juara ISL pun tak diraih.
Tapi cerita itu berbeda, gelar juara ISL musim 2013/2014 jadi milik Djanur dan Persib. Apa kunci sukses 'Maung Bandung'?
Berkaca dari pengalaman melatih Persib di musim pertama, Djanur mencoba melakukan berbagai perbaikan di musim keduanya.
"Musim kedua saya melakukan pembenahan, mulai dari merekrut beberapa pemain baru walaupun tidak banyak, sampai menjaga kondusivitas tim," kata Djanur, Minggu (9/11/2014).
Diakuinya, kondusivitas di tubuh tim jadi perhatian. Sebab tim yang tidak kondusif bisa berujung pada kegagalan. Dari awal hingga akhir musim, kondusivitas itulah yang kemudian benar-benar 'haram' untuk diganggu.
Selain itu, latihan demi latihan jadi santapan rutin pemain Persib. Penerapan taktik hingga memupuk kebersamaan tim dilakukan secara terus-menerus.
"Selama perjalanan, tentu ada suka dan duka di sini. Tapi tentu lebih banyak dibanding duka. Duka itu ketika kalah," ucap Djanur dengan santai.
Kekuatan Persib pun cukup memuaskan musim ini. Alhasil, gelar juara mampu diraih setelah menumbangkan Persipura Jayapura di laga final.
Semua tim yang pernah berhadapan dengan Persib di musim ini pun pernah dikalahkan baik saat laga kandang, tandang, maupun kandang-tandang.
"Dari semua tim yang kita hadapi cuma Semen Padang yang tidak bisa kita kalahkan," tuturnya.
Sebaliknya, tim-tim kuat tersungkur saat berhadapan dengan Persib, termasuk saat babak delapan besar dan semifinal.
"Semua tim elit sudah dihadapi. Persebaya, Arema, Mitra Kukar, Persipura, semuanya sudah kita hadapi dan kalahkan kecuali Semen Padang. Jadi wajar kalau tahun ini (juara) karena konsistensi klub saat ini cukup bagus dan layak jadi juara," jelas Djanur.
----------
Tapi cerita itu berbeda, gelar juara ISL musim 2013/2014 jadi milik Djanur dan Persib. Apa kunci sukses 'Maung Bandung'?
Berkaca dari pengalaman melatih Persib di musim pertama, Djanur mencoba melakukan berbagai perbaikan di musim keduanya.
"Musim kedua saya melakukan pembenahan, mulai dari merekrut beberapa pemain baru walaupun tidak banyak, sampai menjaga kondusivitas tim," kata Djanur, Minggu (9/11/2014).
Diakuinya, kondusivitas di tubuh tim jadi perhatian. Sebab tim yang tidak kondusif bisa berujung pada kegagalan. Dari awal hingga akhir musim, kondusivitas itulah yang kemudian benar-benar 'haram' untuk diganggu.
Selain itu, latihan demi latihan jadi santapan rutin pemain Persib. Penerapan taktik hingga memupuk kebersamaan tim dilakukan secara terus-menerus.
"Selama perjalanan, tentu ada suka dan duka di sini. Tapi tentu lebih banyak dibanding duka. Duka itu ketika kalah," ucap Djanur dengan santai.
Kekuatan Persib pun cukup memuaskan musim ini. Alhasil, gelar juara mampu diraih setelah menumbangkan Persipura Jayapura di laga final.
Semua tim yang pernah berhadapan dengan Persib di musim ini pun pernah dikalahkan baik saat laga kandang, tandang, maupun kandang-tandang.
"Dari semua tim yang kita hadapi cuma Semen Padang yang tidak bisa kita kalahkan," tuturnya.
Sebaliknya, tim-tim kuat tersungkur saat berhadapan dengan Persib, termasuk saat babak delapan besar dan semifinal.
"Semua tim elit sudah dihadapi. Persebaya, Arema, Mitra Kukar, Persipura, semuanya sudah kita hadapi dan kalahkan kecuali Semen Padang. Jadi wajar kalau tahun ini (juara) karena konsistensi klub saat ini cukup bagus dan layak jadi juara," jelas Djanur.
----------
(wbs)