Blake Griffin Bisa Dipenjara Enam Bulan
A
A
A
LOS ANGELES - Performa buruk LA Clippers di Kompetisi NBA musim ini kemungkinan terus berlanjut. Pemicunya disebabkan sang bintang Blake Griffin tersandung masalah hukum setelah terlibat perkelahian di kelab malam di Las Vegas, Amerika Serikat (AS), bulan lalu.
Griffin diduga terlibat perkelahian dengan sesama pengujung kelab malam tersebut. Berdasarkan keterangan saksi, forwardClippers itu melakukan tindakan tersebut karena jengkel wajahnya terkena cahaya kamera. Griffin bahkan terlihat melakukan pemukulan menggunakan kamera.
Griffin memang belum terbukti bersalah dalam kasus tersebut. Akan tetapi, pebasket berusia 25 tahun itu akan menjalani sidang di Las Vegas, 8 Desember mendatang. Mantan pemenang kontes slam dunk NBA itu dikabarkan terancam hukuman penjara hingga enam bulan dan denda senilai USD1.000 atau senilai Rp12.200.000 (kurs USD1=Rp12.200).
Pelatih Clippers Doc Rivers sempat memberikan dukungan kepada anak didiknya tersebut, apalagi Rivers mengenal dengan baik kepribadian Griffin. ”Dia (Griffin) adalah anak yang baik. Dia merupakan figur teladan, baik di dalam maupun luar lapangan,” kata Rivers, dilansir Reuters. ”Saya tak bisa berkata banyak mengenai masalah ini. Saya hanya percaya kasus itu akan segera selesai dan kami bisa bangkit secepatnya,” tuturnya.
Keinginan Rivers bisa dimaklumi karena Clippers tengah terpuruk dalam persaingan NBA Wilayah Barat. Mereka memulai start buruk setelah menuai rekor kemenangan 4-3 yang membuat Clippers bercokol di posisi 10 besar Wilayah Barat. Karena itu, Rivers berharap pemainnya bisa melupakan masalah yang tengah dialami Griffin.
Pelatih berusia 53 tahun itu tak ingin masalah satu pemainnya akan berdampak luas terhadap penampilan Clippers ke depannya. ”Kami masih berada pada awal musim. Namun, tak menutup kemungkinan kami terus terpeleset jika memikirkan masalah tersebut,” ujar mantan pelatih Boston Celtics tersebut.
Sementara Griffin akan berusaha kooperatif saat menjalani sidang nanti. Dia optimistis tak akan mendapatkan hukuman sebesar prediksi awal karena dirinya merasa tak bersalah dalam kasus tersebut. Pebasket kelahiran Oklahoma City, Oklahoma, AS, 16 Maret 1989, itu hanya berusaha melakukan pembelaan haknya saat itu. ”Tak ada maksud melakukan tindakan brutal itu. Saya hanya ingin menjaga privasi saya saat berada di tempat tersebut,” ungkapnya, dikutip Los Angeles Times.
Edi yuli
Griffin diduga terlibat perkelahian dengan sesama pengujung kelab malam tersebut. Berdasarkan keterangan saksi, forwardClippers itu melakukan tindakan tersebut karena jengkel wajahnya terkena cahaya kamera. Griffin bahkan terlihat melakukan pemukulan menggunakan kamera.
Griffin memang belum terbukti bersalah dalam kasus tersebut. Akan tetapi, pebasket berusia 25 tahun itu akan menjalani sidang di Las Vegas, 8 Desember mendatang. Mantan pemenang kontes slam dunk NBA itu dikabarkan terancam hukuman penjara hingga enam bulan dan denda senilai USD1.000 atau senilai Rp12.200.000 (kurs USD1=Rp12.200).
Pelatih Clippers Doc Rivers sempat memberikan dukungan kepada anak didiknya tersebut, apalagi Rivers mengenal dengan baik kepribadian Griffin. ”Dia (Griffin) adalah anak yang baik. Dia merupakan figur teladan, baik di dalam maupun luar lapangan,” kata Rivers, dilansir Reuters. ”Saya tak bisa berkata banyak mengenai masalah ini. Saya hanya percaya kasus itu akan segera selesai dan kami bisa bangkit secepatnya,” tuturnya.
Keinginan Rivers bisa dimaklumi karena Clippers tengah terpuruk dalam persaingan NBA Wilayah Barat. Mereka memulai start buruk setelah menuai rekor kemenangan 4-3 yang membuat Clippers bercokol di posisi 10 besar Wilayah Barat. Karena itu, Rivers berharap pemainnya bisa melupakan masalah yang tengah dialami Griffin.
Pelatih berusia 53 tahun itu tak ingin masalah satu pemainnya akan berdampak luas terhadap penampilan Clippers ke depannya. ”Kami masih berada pada awal musim. Namun, tak menutup kemungkinan kami terus terpeleset jika memikirkan masalah tersebut,” ujar mantan pelatih Boston Celtics tersebut.
Sementara Griffin akan berusaha kooperatif saat menjalani sidang nanti. Dia optimistis tak akan mendapatkan hukuman sebesar prediksi awal karena dirinya merasa tak bersalah dalam kasus tersebut. Pebasket kelahiran Oklahoma City, Oklahoma, AS, 16 Maret 1989, itu hanya berusaha melakukan pembelaan haknya saat itu. ”Tak ada maksud melakukan tindakan brutal itu. Saya hanya ingin menjaga privasi saya saat berada di tempat tersebut,” ungkapnya, dikutip Los Angeles Times.
Edi yuli
(bbg)