Djanur: Pergi ke Pelita Sangat Menguntungkan
A
A
A
BANDUNG - Perjalanan Djadjang Nurdjaman sebagai pelatih tidak berjalan mulus. Ia harus melewati berbagai fase hingga akhirnya mampu membawa Persib Bandung menjuarai Indonesia Super League (ISL) musim 2014.
Sebagai pemain, pria yang akrab disapa Djanur mencuat namanya di era 1980-an. Ia sempat memperkuat Sari Bumi Raya Bandung (1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), Mercu Buana Medan (1982-1985), dan tentu saja Persib.
Bersama Persib, Djanur sempat menjuarai Kompetisi Perserikatan sebagai pemain pada 1986, 1989/1990, dan 1993/1994. Ia lalu menjadi asisten pelatih Indra Thohir dan membawa Persib juara pada Liga Indonesia I musim 1994/1995. Karirnya bertahan di Persib hingga 1996.
Djanur lalu sempat mencicipi karir kepelatihan bersama Persib Junior. Ia pun kembali dipercaya menjadi asisten pelatih Persib pada musim 2006. Saat itu pelatih kepala Persib dipegang Arcan Iurie.
Pria kelahiran 30 Oktober 1964 itu pun sempat hijrah ke Pelita Jaya. "Pergi ke Pelita sangat menguntungkan buat saya. Di sana paling berpengaruh terhadap karir kepelatihan saya," kata Djanur, Jumat (14/11/2014).
Bagaimana tidak menguntungkan, ia sempat jadi asisten beberapa pelatih top mulai dari Fandi Ahmad, Rahmad Darmawan, hingga Misha Radovic. "Saya belajar (menjadi pelatih) dari orang-orang itu," ungkapnya.
Bagi Djanur, mereka pelatih yang memiliki berbagai kelebihan masing-masing. Kelebihan itulah yang kemudian ia serap.Kombinasi gaya melatih Fandi, RD, dan Misha pun dicerna dengan baik.
Bersama Pelita Jaya, Djanur punya momen yang sulit dilupakan. Sebab ia sempat menjadi caretaker menggantikan Fandi Ahmad saat kompetisi ISL saat itu belum selesai.
"Yang paling manis tapi awalnya membuat tegang ketika saya jadi caretaker di Pelita Jaya meneruskan Fandi pada 2011," tutur Djanur.
Saat itu, Pelita Jaya menyisakan beberapa laga sisa. Kondisi saat itu pun cukup berat karena Pelita Jaya berada diambang degradasi. Tapi Djanur mampu membawa Pelita Jaya lolos dari degradasi setelah melwati fase playoff melawan Persiram Raja Ampat.
"Itu yang paling mendebarkan karena saya malu kalau jadi caretaker kalau tim jadi degradasi. Tapi alhamdulillah saya bisa menyelamatkan Pelita," paparnya.
Kebersamaan empat tahun Djanur bersama Pelita Jaya pun harus berakhir. Ia memilih pulang kampung ke Persib pada 2012 dan menjabat sebagai pelatih kepala.
Hasil 'berguru' di Pelita Jaya pun akhirnya diterapkan Djanur di skuad 'Maung Bandung'. Musim pertamanya, Djanur mampu mengantar Persib ke posisi empat klasemen ISL. Dan musim keduanya, Persib tampil sebagai juara!
Sebagai pemain, pria yang akrab disapa Djanur mencuat namanya di era 1980-an. Ia sempat memperkuat Sari Bumi Raya Bandung (1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), Mercu Buana Medan (1982-1985), dan tentu saja Persib.
Bersama Persib, Djanur sempat menjuarai Kompetisi Perserikatan sebagai pemain pada 1986, 1989/1990, dan 1993/1994. Ia lalu menjadi asisten pelatih Indra Thohir dan membawa Persib juara pada Liga Indonesia I musim 1994/1995. Karirnya bertahan di Persib hingga 1996.
Djanur lalu sempat mencicipi karir kepelatihan bersama Persib Junior. Ia pun kembali dipercaya menjadi asisten pelatih Persib pada musim 2006. Saat itu pelatih kepala Persib dipegang Arcan Iurie.
Pria kelahiran 30 Oktober 1964 itu pun sempat hijrah ke Pelita Jaya. "Pergi ke Pelita sangat menguntungkan buat saya. Di sana paling berpengaruh terhadap karir kepelatihan saya," kata Djanur, Jumat (14/11/2014).
Bagaimana tidak menguntungkan, ia sempat jadi asisten beberapa pelatih top mulai dari Fandi Ahmad, Rahmad Darmawan, hingga Misha Radovic. "Saya belajar (menjadi pelatih) dari orang-orang itu," ungkapnya.
Bagi Djanur, mereka pelatih yang memiliki berbagai kelebihan masing-masing. Kelebihan itulah yang kemudian ia serap.Kombinasi gaya melatih Fandi, RD, dan Misha pun dicerna dengan baik.
Bersama Pelita Jaya, Djanur punya momen yang sulit dilupakan. Sebab ia sempat menjadi caretaker menggantikan Fandi Ahmad saat kompetisi ISL saat itu belum selesai.
"Yang paling manis tapi awalnya membuat tegang ketika saya jadi caretaker di Pelita Jaya meneruskan Fandi pada 2011," tutur Djanur.
Saat itu, Pelita Jaya menyisakan beberapa laga sisa. Kondisi saat itu pun cukup berat karena Pelita Jaya berada diambang degradasi. Tapi Djanur mampu membawa Pelita Jaya lolos dari degradasi setelah melwati fase playoff melawan Persiram Raja Ampat.
"Itu yang paling mendebarkan karena saya malu kalau jadi caretaker kalau tim jadi degradasi. Tapi alhamdulillah saya bisa menyelamatkan Pelita," paparnya.
Kebersamaan empat tahun Djanur bersama Pelita Jaya pun harus berakhir. Ia memilih pulang kampung ke Persib pada 2012 dan menjabat sebagai pelatih kepala.
Hasil 'berguru' di Pelita Jaya pun akhirnya diterapkan Djanur di skuad 'Maung Bandung'. Musim pertamanya, Djanur mampu mengantar Persib ke posisi empat klasemen ISL. Dan musim keduanya, Persib tampil sebagai juara!
(wbs)