Hebatnya Suporter Persijap Jepara
A
A
A
JEPARA - Sebagai tim yang cukup tua di Jawa Tengah, didirikan pada 1954, Persijap Jepara memiliki pendukung yang sangat banyak. Ini merupakan potensi emas untuk mendapatkan tambahan pemasukan bagi pengelola dalam mengarungi kompetisi Divisi Utama 2015 mendatang. Dengan syarat, penampilan Persijap musim depan konsisten.
Menurut Manajer Operasional Persijap H Maryanto, pendukung setia Laskar Kalinyamat cukup besar. Namun, dengan jumlah pendukung yang besar itu belum bisa membuat kebutuhan tim dalam mengarungi kompetisi sangat tercukupi. Sebab tidak semua pertandingan yang digelar di kandang musim ini mendapatkan hasil besar.
“Persijap membukukan pendapatan terbesar hingga Rp100 juta saat menjamu Arema Cronus. Lainnya bervariasi, ada yang hanya Rp30 juta, Rp60 juta hingga Rp70 juta,” ungkap Maryanto, kemarin.
Dia menuturkan, tidak setiap pertandingan manajemen mendapatkan keuntungan. Sebab, biaya operasional penyelenggaraan pertandingan bisa mencapai Rp70 juta, untuk membayar keamanan, katering dan panitia pelaksana.
“Tapi kalau penonton mendukung benar, kalau mencukupi belum,” tegasnya.
Pihaknya berharap musim depan Persijap tetap berhome base di Jepara. Disamping penontonnya yang sangat fanatik, Stadion Gelora Bumi Kartini (SGBK) Jepara sudah tidak diragukan lagi akan lolos verifikasi Divisi Utama karena selama ini sudah digunakan untuk kompetisi Indonesia Super League (ISL).
“Kalau soal jika nanti ada investor yang akan membawa Persijap keluar, itu bukan kewenangan saya untuk bicara. Yang berhak bicara dari pemilik saham mayoritas, H Tafrichan,” terangnya.
Musim ini tim Kota Ukir tertatih-tatih dalam mengarungi kompetisi karena pendapatan dari sektor tiket terus merosot, seiring dengan prestasi Evaldo Silva dkk yang terjun bebas. Akibat dengan materi seadanya dan permainan yang kurang konsisten, membuat satu-satunya tim asal Jateng yang berkompetisi di Indonesia Super League (ISL), sebelum akhirnya degradasi ke Divisi Utama itu makin ditinggalkan penonton.
Mantan CEO PT Jepara Raya Multitama, perusahaan pengelola Persijap Jepara M Said Basalamah berpendapat, jika dibandingkan dengan suporter Persib Bandung maupun Arema Cronus, loyalitas pendukung Persijap masih perlu banyak belajar.
“Kalau di Malang ataupun di Bandung, setiap pertandingan bisa membukukan pendapatan sekitar Rp800 juta. Tapi kalau di Jepara, jika tim sering mengalami kekakalahan pendukungnya semakin sepi,” ujarnya.
Ketua Umum Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati) H Saadi mengaku beberapa waktu lalu sudah dihubungi oleh H Tafrichan, dan menjanjikan akan dipertemukan seseorang, yang akan menanyakan tentang suporter di Jepara. Dia menduga orang tersebut adalah calon investor.
“Tapi sampai sekarang belum terealisasi. Banaspati siap memberikan dukungan kepada Persijap meski musim depan meski main di Divisi Utama,” katanya.
Menurut Manajer Operasional Persijap H Maryanto, pendukung setia Laskar Kalinyamat cukup besar. Namun, dengan jumlah pendukung yang besar itu belum bisa membuat kebutuhan tim dalam mengarungi kompetisi sangat tercukupi. Sebab tidak semua pertandingan yang digelar di kandang musim ini mendapatkan hasil besar.
“Persijap membukukan pendapatan terbesar hingga Rp100 juta saat menjamu Arema Cronus. Lainnya bervariasi, ada yang hanya Rp30 juta, Rp60 juta hingga Rp70 juta,” ungkap Maryanto, kemarin.
Dia menuturkan, tidak setiap pertandingan manajemen mendapatkan keuntungan. Sebab, biaya operasional penyelenggaraan pertandingan bisa mencapai Rp70 juta, untuk membayar keamanan, katering dan panitia pelaksana.
“Tapi kalau penonton mendukung benar, kalau mencukupi belum,” tegasnya.
Pihaknya berharap musim depan Persijap tetap berhome base di Jepara. Disamping penontonnya yang sangat fanatik, Stadion Gelora Bumi Kartini (SGBK) Jepara sudah tidak diragukan lagi akan lolos verifikasi Divisi Utama karena selama ini sudah digunakan untuk kompetisi Indonesia Super League (ISL).
“Kalau soal jika nanti ada investor yang akan membawa Persijap keluar, itu bukan kewenangan saya untuk bicara. Yang berhak bicara dari pemilik saham mayoritas, H Tafrichan,” terangnya.
Musim ini tim Kota Ukir tertatih-tatih dalam mengarungi kompetisi karena pendapatan dari sektor tiket terus merosot, seiring dengan prestasi Evaldo Silva dkk yang terjun bebas. Akibat dengan materi seadanya dan permainan yang kurang konsisten, membuat satu-satunya tim asal Jateng yang berkompetisi di Indonesia Super League (ISL), sebelum akhirnya degradasi ke Divisi Utama itu makin ditinggalkan penonton.
Mantan CEO PT Jepara Raya Multitama, perusahaan pengelola Persijap Jepara M Said Basalamah berpendapat, jika dibandingkan dengan suporter Persib Bandung maupun Arema Cronus, loyalitas pendukung Persijap masih perlu banyak belajar.
“Kalau di Malang ataupun di Bandung, setiap pertandingan bisa membukukan pendapatan sekitar Rp800 juta. Tapi kalau di Jepara, jika tim sering mengalami kekakalahan pendukungnya semakin sepi,” ujarnya.
Ketua Umum Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati) H Saadi mengaku beberapa waktu lalu sudah dihubungi oleh H Tafrichan, dan menjanjikan akan dipertemukan seseorang, yang akan menanyakan tentang suporter di Jepara. Dia menduga orang tersebut adalah calon investor.
“Tapi sampai sekarang belum terealisasi. Banaspati siap memberikan dukungan kepada Persijap meski musim depan meski main di Divisi Utama,” katanya.
(wbs)