Kritik dan Prestasi Rossi
A
A
A
TAVALLIA - Sebagian orang merasa terganggu dengan kritikan seseorang , tapi tidak bagi Valentino Rossi. Juara dunia sembilan kali itu malah merasa beruntung ketika penampilannya terus diperhatikan selama menjalani ajang balap kuda besi.
Popularitas Rossi terbilang cepat sejak dia memutuskan untuk menekuni olah raga balap motor ini. Dia hanya membutuhkan waktu empat tahun untuk mengangkat mahkota juara di kelas 125cc pada 1997 dan 250cc (1999).
Setelah meraih kesuksesan di dua kelas tersebut, pembalap berkebangsaan Italia ini akhirnya berhasil membuat tim Repsol Honda kepincut untuk meminangnya. Tepat pada 2000 tim pabrikan Jepang itu pun akhirnya resmi memboyong pemilik nomor 46.
Selang satu tahun kemudian, Rossi sukses menggondol trofi juara di kelas utama. Bahkan keberhasilan itu berlangsung hingga dua musim berturut-turut. Sayang, prestasi itu tidak membuatnya bahagia. Sebab ada banyak kritikus yang terus memberikan penilaian buruk terhadapnya.
Mereka sering mengatakan bahwa jika Rossi masih berada di Honda, maka dia akan seterusnya menjuarai ajang MotoGP. Sejak itulah dia memutuskan hijrah ke tim Yamaha pada 2004.
"Itu jelas mengganggu saya. Motor Honda adalah mesin tercepat dari tim manapun, dan saya telah merayakan lebih dari sepuluh tahun yang lalu dengan banyak keberhasilan. Pada saat itu, semua mengatakan 'Ah, Rossi menang karena ia duduk di Honda'," kata Rossi kepada Speedweek, Selasa (18/11).
"Saya harus berterima kasih kepada para kritikus ini. Berkat mereka, saya beralih ke Yamaha dan mampu menunjukkan kemampuan saya. Sehingga saya bisa menang pada sepeda motor lain."
Popularitas Rossi terbilang cepat sejak dia memutuskan untuk menekuni olah raga balap motor ini. Dia hanya membutuhkan waktu empat tahun untuk mengangkat mahkota juara di kelas 125cc pada 1997 dan 250cc (1999).
Setelah meraih kesuksesan di dua kelas tersebut, pembalap berkebangsaan Italia ini akhirnya berhasil membuat tim Repsol Honda kepincut untuk meminangnya. Tepat pada 2000 tim pabrikan Jepang itu pun akhirnya resmi memboyong pemilik nomor 46.
Selang satu tahun kemudian, Rossi sukses menggondol trofi juara di kelas utama. Bahkan keberhasilan itu berlangsung hingga dua musim berturut-turut. Sayang, prestasi itu tidak membuatnya bahagia. Sebab ada banyak kritikus yang terus memberikan penilaian buruk terhadapnya.
Mereka sering mengatakan bahwa jika Rossi masih berada di Honda, maka dia akan seterusnya menjuarai ajang MotoGP. Sejak itulah dia memutuskan hijrah ke tim Yamaha pada 2004.
"Itu jelas mengganggu saya. Motor Honda adalah mesin tercepat dari tim manapun, dan saya telah merayakan lebih dari sepuluh tahun yang lalu dengan banyak keberhasilan. Pada saat itu, semua mengatakan 'Ah, Rossi menang karena ia duduk di Honda'," kata Rossi kepada Speedweek, Selasa (18/11).
"Saya harus berterima kasih kepada para kritikus ini. Berkat mereka, saya beralih ke Yamaha dan mampu menunjukkan kemampuan saya. Sehingga saya bisa menang pada sepeda motor lain."
(wbs)