Jangan Salahkan PSSI

Senin, 01 Desember 2014 - 17:18 WIB
Jangan Salahkan PSSI
Jangan Salahkan PSSI
A A A
JAKARTA - Seluruh publik sepak bola Indonesia pastinnya merasa kecewa saat melihat Tim Nasional Indonesia tidak bisa berbuat banyak kala diturunkan dalam turnamen paling bergengsi antar negara se Asia Tenggara -Piala AFF 2014- yang berlangsung di Hanoi, Vietnam. Bahkan emosi sebagian besar pecinta sepak bola nasional sempat pecah saat Filipina berhasil merontokan sejarah pertemuan dengan Indonesia dan menyarangkan empat gol tanpa balas ke gawang Kurnia Meiga.

Meski akhirnya semangat bangsa sempat kembali membara kala Evan Dimas menjadi sosok utama dalam laga terakhir penyisihan Grup A, namun semua toh sia-sia karena Indonesia nyatanya tak mungkin bisa lolos ke babak selanjutnya.

Hal inipun membuat banyak suporter fanatik Indonesia yang geram menunjuk PSSI sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas buruknya performa yang ditampilkan Timnas Indonesia. Bahkan Imam Nahrawi yang baru sebulan dilantik menjadi Menteri, ikut-ikutan menyuarakan kekesalannya lewat media sosial seraya meminta PSSI untuk melakukan evaluasi terkait penurunan kualitas yang terjadi pada Timnas.

Namun, dalam penulusuran yang dilakukan redaksi sindonews.com, terkuaklah sebuah fakta kalau ternyata PSSI tidak bisa begitu saja disalahkan atas penurunan performa yang dialami Tim Nasional. Pasalnya, pemerintah yang ternyata juga memiliki tanggung jawab besar untuk melakukan pembinaan dan pembibitan para calon pemain muda, nyatanya justru lepas tangan dan seakan tutup mata.

Melalui sebuah lembaga bernama Dinas Pemuda dan Olah Raga (DISPORA), pemerintah harusnya bisa berkordinasi dengan para Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI untuk memutar kompetisi usia 10 hingga 15 tahun, yang nantinya diharapkan bisa dimanfaatkan oleh klub-klub profesional dalam meregenerasi skuat utama mereka.

Namun kenyataan dilapangan justru sama sekali berbeda. Salah satu mantan Pengurus Cabang PSSI wilayah Kota Bekasi, E. Lexius Malaw membebarkan kalau selama ini pemerintah sama sekali tidak memiliki peran nyata dalam pembinaan pemain usia muda. Pria yang akrab disapa Bang Yos ini bahkan mengaku sedih, karena selama dirinya menjadi bagian dari Pengcab PSSI belum pernah sekalipun pemerintah turun tangan dalam membantu proses pembinaan.

Menurutnya, dibentuknya Pengcab PSSI sendiri sebenarnya dimaksudkan untuk bisa mensinergikan usaha pembinaan usia pemuda yang dilakukan oleh PSSI dan pemerintah. Namun entah kenapa, pemerintah nyatanya selama ini hanya menutup mata dan justru menyalahkan PSSI saat Timnas Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa kala berlaga di level turnamen antar negara.

Berikut kutipan wawancara yang dilakukan redaksi sindonews.com dengan mantan Pengurus Cabang PSSI Kota Bekasi, E. Lexius Malaw.

Saat ini PSSI dianggap telah gagal melakukan pembinaan para pemain usia muda, yang muaranya membuat Timnas mengalami penurunan kualitas. Bagaimana tanggapan Bang Yoss mengenai hal ini?

Kita jangan sepenuhnya menyalahkan PSSI, karena dalam urusan pembinaan pemerintah juga punya tanggung jawab besar. Mereka memiliki lembaga-lembaga seperti Dispora yang memang tugasnya melakukan pembinaan. Tapi selama saya jadi pengurus pengcab, pemerintah sama sekali tidak pernah melakukan apa-apa dalam menyukseskan pembinaan usia muda.

Bukankah PSSI adalah lembaga independent yang tidak bisa bekerja sama dengan pemerintah?

Memang Independent, dan harus tetap independent, tapi itu di level profesional. Dalam urusan pembinaan, PSSI memberikan ruang seluas-luasnya bagi pemerintah untuk ikut bekerja sama.

Tapi toh selama ini pemerintah sama sekali tidak melakukan apa-apa.

Selama ini Dispora disetiap wilayah bisa dikatakan rutin menggelar turnamen olah raga, apakah itu bukan bentuk dari pembinaan?

Salah besar. Turnamen yang digelar pemerintah itu paling hanya memberikan kesempatan para pemain untuk melakoni tiga sampai empat pertandingan, kalau mereka lolos ke babak selanjutnya, itu berarti mereka bisa bermain lagi, tapi kalau tidak ya berhenti sampai disitu, lagi pula even seperti itu kan tahunan, lalu kita mau mengharapkan pemain seperti apa dengan bermain tiga kali dalam setahun.

Yang kita butuhkan adalah bentuk kompetisi penuh. Dengan begitu, semua tim memiliki kesempatan bermain terus-menerus selama setahun, dengan begitu barulah kita bisa memiliki bibit-bibit pemain yang bisa diharapkan di masa depan.

Karena kalau hal ini berjalan, klub-klub profesional tidak lagi kesulitan mencari para calon pemain. Mereka tinggal mengirimkan tim untuk memantau calon-calon pemain muda di setiap kompetisi usia muda.

Sekarang begini, PSSI bisa saja menggulirkan kompetisi U16 atau U17, tapi yang main siapa? kan harus ada yang main. Nah dari pembinaan usia muda inilah harusnya pemain-pemain itu bisa didapatkan.

Apakah Bang Yoss yakin kalau selama ini pemerintah tidak memberikan andil dalam pembinaan?

Kalau ada andil pemerintah, pastinya sepak bola sudah bagus. Paling tidak pemerintah harusnya bisa mengarahkan para pengusaha untuk sepenuhnya menggunakan dana CSR (Corporate Social Responsibility) mereka bagi pembinaan usia muda. Hal itu kan seharusnya mudah bagi pemerintah, tapi toh buktinya selama ini tidak dilakukan.

Lalu bagaimana caranya menurut Bang Yos agar Indonesia bisa menjalankan proses pembinaan dengan benar?

Tentunya proses pembinaan itu tidak bisa dilakukan sendirian. Kalau pemerintah ingin melihat Tim Nasional yang membawa nama Indonesia bisa berbuat banyak di level dunia, maka pemerintah harus juga buka mata dalam urusan pembinaan usia muda. Saya rasa kalau hanya menyalahkan tentu sangat mudah, tapi apakah pemerintah mau turun tangan untuk membenahi kualitas sepak bola Indonesia lewat pembinaan usia muda? itu justru saya sangsikan.

Dengan kenyataan diatas, rasanya kurang tepat bila kita sepenuhnya membebani PSSI atas penurunan kualitas sepak bola nasional, karena pada kenyataannya, pemerintah yang jelas-jelas memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan, justru dengan sengaja menutup mata dan enggan untuk melakukan apa-apa. Semoga saja mulai sekarang semua pihak termasuk pemerintah mau membuka mata dalam urusan pembinaan usia muda agar Indonesia memiliki sebuah tim yang bisa dibanggakan di level dunia.
(rus)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0871 seconds (0.1#10.140)