LIA Siapkan Volunter Dukung Asian Games 2018
A
A
A
JAKARTA - LIA siap menurunkan volunter sebagai bentuk dukungan terhadap penyelenggaraan Asian Games 2018 yang digelar di empat kota di Indonesia: Jakarta, Bandung, Tangerang, dan Palembang.
Lembaga pendidikan ini memiliki tenaga-tenaga profesional di bidang bahasa asing yang tentunya sangat dibutuhkan dalam menyukseskan ajang multievent Asia itu. “Asian Games 2018 adalah kehormatan bangsa. Jadi, tidak ada kata lain bahwa event itu harus sukses. Karena itu, kami siap mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di LIA untuk mendukung pelaksanaan ajang multievent itu,” ujar Ketua Yayasan LIA Hendardji Soepandji, saat penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Yayasan LIA dengan Komite Olahraga Indonesia (KOI) di Auditorium LIA Pangadegan, Jakarta, Selasa (16/12).
Menurut Hendardji, saat ini lembaga yang dipimpinnya memiliki 70.000 siswa yang mengambil pendidikan bahasa di 70 gerai LIA di 18 provinsi di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Palembang yang akan menjadi tuan rumah ajang multievent empat tahunan tersebut.
Mereka yang rata-rata berusia 20-40 tahun merupakan tenaga terampil di bidang bahasa sehingga bisa membantu kesuksesan Asian Games, terutama dengan menjadi laison officer (LO), volunterdelegasi, dan workforce yang bertugas di lapangan pertandingan. Apalagi, siswa-siswa LIA, termasuk mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) TBA LIA menguasai empat bahasa, yakni Inggris, Mandarin, Jepang, dan Arab.
Tentunya, skills bahasa seperti itu sangat dibutuhkan untuk event itu. Terlebih, para atlet dari 45 negara yang akan berpartisipasi dalam ajang tersebut rata-rata menggunakan empat bahasa tersebut, plus Rusia yang biasanya digunakan para atlet dari negara pecahan Uni Soviet, seperti Kazakhstan dan Uzbekistan.
“Soal kebutuhan jumlah volunter, akan diatur dalam perjanjian kerja sama yang lebih teknis. Yang jelas, kami memiliki tenaga-tenaga terampil yang siap membantu demi kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018,” tandas Hendardji. Di sisi lain, Ketua KOI Rita Subowo sangat mengapresiasi dukungan LIA untuk Asian Games 2018. Menurut dia, dalam menggelar event yang mempertandingkan 36 cabang olahraga, 28 cabang Olimpiade, 8 cabang nonolimpiade, dan diikuti sekitar 12.000- 15.000 atlet, tentu dibutuhkan banyak relawan.
Karena itu, pihaknya merasa sangat terbantu dengan dukungan LIA yang memang memiliki sumber daya manusia yang andal di bidang bahasa asing. “Event ini butuh minimal 20.000 volunter. Karena itu, kami merasa sangat terhormat dengan dukungan yang diberikan LIA untuk kesuksesan Asian Games 2018. Kami yakin LIA akan mampu melakukannya karena memiliki tenaga-tenaga terampil,” ujar Rita.
Menurut Rita, kerja sama yang dibangun dengan LIA untuk kesuksesan Asian Games 2018 memang lebih fokus terhadap pemberdayaan tenaga-tenaga terampil yang dimiliki LIA. Menurut dia, LIA akan diberikan kewenangan dalam proses rekrutmen volunter, sedangkan KOI menggelar pelatihanpelatihannya. Sebab, untuk menjadi relawan harus memiliki kualifikasi khusus.
Selain penguasaan bahasa asing, para calon volunter harus paham dengan kebutuhan di lapangan, termasuk mengenal venue yang dipergunakan pada ajang multievent itu. Bahkan, fashion juga menjadi salah satu kriteria yang diterapkan KOI untuk merekrut para volunter. “Mereka akan menjalani pelatihan khusus yang telah kami siapkan. Untuk proses rekrut mennya akan dilakukan oleh LIA,” ujar Rita.
M ridwan
Lembaga pendidikan ini memiliki tenaga-tenaga profesional di bidang bahasa asing yang tentunya sangat dibutuhkan dalam menyukseskan ajang multievent Asia itu. “Asian Games 2018 adalah kehormatan bangsa. Jadi, tidak ada kata lain bahwa event itu harus sukses. Karena itu, kami siap mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di LIA untuk mendukung pelaksanaan ajang multievent itu,” ujar Ketua Yayasan LIA Hendardji Soepandji, saat penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Yayasan LIA dengan Komite Olahraga Indonesia (KOI) di Auditorium LIA Pangadegan, Jakarta, Selasa (16/12).
Menurut Hendardji, saat ini lembaga yang dipimpinnya memiliki 70.000 siswa yang mengambil pendidikan bahasa di 70 gerai LIA di 18 provinsi di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Palembang yang akan menjadi tuan rumah ajang multievent empat tahunan tersebut.
Mereka yang rata-rata berusia 20-40 tahun merupakan tenaga terampil di bidang bahasa sehingga bisa membantu kesuksesan Asian Games, terutama dengan menjadi laison officer (LO), volunterdelegasi, dan workforce yang bertugas di lapangan pertandingan. Apalagi, siswa-siswa LIA, termasuk mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) TBA LIA menguasai empat bahasa, yakni Inggris, Mandarin, Jepang, dan Arab.
Tentunya, skills bahasa seperti itu sangat dibutuhkan untuk event itu. Terlebih, para atlet dari 45 negara yang akan berpartisipasi dalam ajang tersebut rata-rata menggunakan empat bahasa tersebut, plus Rusia yang biasanya digunakan para atlet dari negara pecahan Uni Soviet, seperti Kazakhstan dan Uzbekistan.
“Soal kebutuhan jumlah volunter, akan diatur dalam perjanjian kerja sama yang lebih teknis. Yang jelas, kami memiliki tenaga-tenaga terampil yang siap membantu demi kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018,” tandas Hendardji. Di sisi lain, Ketua KOI Rita Subowo sangat mengapresiasi dukungan LIA untuk Asian Games 2018. Menurut dia, dalam menggelar event yang mempertandingkan 36 cabang olahraga, 28 cabang Olimpiade, 8 cabang nonolimpiade, dan diikuti sekitar 12.000- 15.000 atlet, tentu dibutuhkan banyak relawan.
Karena itu, pihaknya merasa sangat terbantu dengan dukungan LIA yang memang memiliki sumber daya manusia yang andal di bidang bahasa asing. “Event ini butuh minimal 20.000 volunter. Karena itu, kami merasa sangat terhormat dengan dukungan yang diberikan LIA untuk kesuksesan Asian Games 2018. Kami yakin LIA akan mampu melakukannya karena memiliki tenaga-tenaga terampil,” ujar Rita.
Menurut Rita, kerja sama yang dibangun dengan LIA untuk kesuksesan Asian Games 2018 memang lebih fokus terhadap pemberdayaan tenaga-tenaga terampil yang dimiliki LIA. Menurut dia, LIA akan diberikan kewenangan dalam proses rekrutmen volunter, sedangkan KOI menggelar pelatihanpelatihannya. Sebab, untuk menjadi relawan harus memiliki kualifikasi khusus.
Selain penguasaan bahasa asing, para calon volunter harus paham dengan kebutuhan di lapangan, termasuk mengenal venue yang dipergunakan pada ajang multievent itu. Bahkan, fashion juga menjadi salah satu kriteria yang diterapkan KOI untuk merekrut para volunter. “Mereka akan menjalani pelatihan khusus yang telah kami siapkan. Untuk proses rekrut mennya akan dilakukan oleh LIA,” ujar Rita.
M ridwan
(ars)