Akankah Prestasi Bulu Tangkis Indonesia Terpuruk ?
A
A
A
JAKARTA - Sederet prestasi berhasil ditorehkan pebulu tangkis Nasional di tahun 2014. Namun lemari koleksi trofi juara Piala Thomas dan Uber hingga saat ini belum berhasil disumbangkan oleh para pemain Indonesia.
Tradisi juara di event bergengsi seperti Piala Thomas dan Uber seakan semakin menjauh dari pikiran pebulu tangkis Indonesia. Hal itu terbukti ketika Tommy Sugiarto dkk kembali gagal membawa trofi juara ke Ibu Pertiwi pada 2014 lalu.
Sejak Piala Thomas digelar pada 1948 dan Uber, 1959, Indonesia tercatat sudah mengoleksi 13 trofi juara dan lima kali runner up. Terakhir kali, atlet tepok bulu Nasional merebut juara pada 2002. Artinya, sudah 12 tahun Indonesia puasa gelar di ajang dua tahunan tersebut.
Bisa dikatakan, sejak pergantian Ketua Umum PP PBSI Joko Santoso kepada Gita Wirjawan pada 2012, belum ada perubahan yang terjadi secara signifikan. Jika dilihat permasalahan yang ada saat ini adalah masalah regenerasi. Mungkin banyak kalangan menilai itu tidak terlalu berdampak, namun bila hal itu dibiarkan terus menerus, bukan tidak mungkin prestasi cabang olah raga ini bakal merosot.
Berdasarkan hal itulah mengapa Indonesia hingga saat ini belum mampu melahirkan sejumlah pebulu tangkis berbakat. Sebab perkembangan cabor ini cenderung lebih sering mengandalkan sektor ganda putra dan campuran, yang digawangi oleh Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di setiap turnamen bergengsi.
Lain halnya dengan Spanyol. Negara yang lebih populer dengan olah raga sepak bola ternyata mampu melahirkan atlet berbakat di cabor bulu tangkis, dan dia adalah Carolina Marin. Pebulu tangkis berusia 21 tersebut dengan sekejap membuka mata dunia bahwa olahraga bulu tangkis bukan hanya didominasi pemain Asia saja, Eropa pun bisa mencetak sejarah di Kejuaraan Dunia Bulutangkis di Copenhagen, Denmark, Agustus lalu.
Tidak hanya Spanyol, India pun punya atlet berbakat dan dia bernama Saina Nehwal. Pebulu tangkis cantik di sektor tunggal putri ini mampu menorehkan prestasi membanggakan bagi negaranya, yakni di Piala Uber dengan menggondol medali perunggu.
Semoga di awal tahun 2015, prestasi bulu tangkis Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Jangan sampai masalah kecil bisa mengganjal langkah Gita dalam membenahi cabor ini. Seperti halnya yang pernah dirasakan Joko Santoso sewaktu menjabat sebagai Ketum PBSI periode 2008-2012, dimana kegagalan atlet pelatnas merebut juara di Piala Thomas dan Uber membuatnya kehilangan popularitas di kalangan pecinta bulu tangkis Tanah Air.
Tradisi juara di event bergengsi seperti Piala Thomas dan Uber seakan semakin menjauh dari pikiran pebulu tangkis Indonesia. Hal itu terbukti ketika Tommy Sugiarto dkk kembali gagal membawa trofi juara ke Ibu Pertiwi pada 2014 lalu.
Sejak Piala Thomas digelar pada 1948 dan Uber, 1959, Indonesia tercatat sudah mengoleksi 13 trofi juara dan lima kali runner up. Terakhir kali, atlet tepok bulu Nasional merebut juara pada 2002. Artinya, sudah 12 tahun Indonesia puasa gelar di ajang dua tahunan tersebut.
Bisa dikatakan, sejak pergantian Ketua Umum PP PBSI Joko Santoso kepada Gita Wirjawan pada 2012, belum ada perubahan yang terjadi secara signifikan. Jika dilihat permasalahan yang ada saat ini adalah masalah regenerasi. Mungkin banyak kalangan menilai itu tidak terlalu berdampak, namun bila hal itu dibiarkan terus menerus, bukan tidak mungkin prestasi cabang olah raga ini bakal merosot.
Berdasarkan hal itulah mengapa Indonesia hingga saat ini belum mampu melahirkan sejumlah pebulu tangkis berbakat. Sebab perkembangan cabor ini cenderung lebih sering mengandalkan sektor ganda putra dan campuran, yang digawangi oleh Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di setiap turnamen bergengsi.
Lain halnya dengan Spanyol. Negara yang lebih populer dengan olah raga sepak bola ternyata mampu melahirkan atlet berbakat di cabor bulu tangkis, dan dia adalah Carolina Marin. Pebulu tangkis berusia 21 tersebut dengan sekejap membuka mata dunia bahwa olahraga bulu tangkis bukan hanya didominasi pemain Asia saja, Eropa pun bisa mencetak sejarah di Kejuaraan Dunia Bulutangkis di Copenhagen, Denmark, Agustus lalu.
Tidak hanya Spanyol, India pun punya atlet berbakat dan dia bernama Saina Nehwal. Pebulu tangkis cantik di sektor tunggal putri ini mampu menorehkan prestasi membanggakan bagi negaranya, yakni di Piala Uber dengan menggondol medali perunggu.
Semoga di awal tahun 2015, prestasi bulu tangkis Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Jangan sampai masalah kecil bisa mengganjal langkah Gita dalam membenahi cabor ini. Seperti halnya yang pernah dirasakan Joko Santoso sewaktu menjabat sebagai Ketum PBSI periode 2008-2012, dimana kegagalan atlet pelatnas merebut juara di Piala Thomas dan Uber membuatnya kehilangan popularitas di kalangan pecinta bulu tangkis Tanah Air.
(bbk)