Hadapi Spanyol, Les Bleus dipastikan full team
A
A
A
Sindonews.com - Prancis dipastikan tampil full team kala meladeni juara bertahan Spanyol di Donbass Arena, dini hari nanti. Samir Nasri dan Frank Ribery pulih tepat waktu dan dipastikan turun. Nasri dan Ribery bakal kembali dipersiapkan untuk menghidupkan serangan timnya.
Keduanya pun mengaku tak gentar dengan kumpulan bintang Spanyol. Ribery mengungkapkan kesiapannya untuk beradu kemampuan menguasai lapangan tengah. Bagi Ribery, hasil imbang yang dituai Spanyol saat menghadapi Italia merupakan sedikit gambaran bahwa permainan tiki taka Spanyol dapat dihentikan.
“Spanyol dan Italia sama-sama sulit untuk dilawan, dan menurut pendapat saya, Italia lebih sulit dikalahkan karena saat bermain melawan mereka, tembok pertahanan Italia berbaris dengan 5 pemain belakang dan 3 gelandang bertahan. Spanyol tak memiliki karakter bertahan seperti itu,” ungkap gelandang Bayern Muenchen itu bersemangat.
Seperti seiya sekata dengan Ribery, Nasri pun mengaku tak silau dengan nama besar Spanyol. “Saya tidak berpikir Spanyol adalah favorit turnamen, malah Jerman yang mengesankan saya. Spanyol ingin bermain sepak bola, tetapi Prancis selalu melakukan permainan dengan baik saat melawan Spanyol di turnamen besar. Kami mungkin mendapatkan lebih banyak keunggulan atas Spanyol,” ujar bintang Manchester City, dilansir Goal.
Ungkapan Nasri ada benarnya. Catatan rekor sejarah pertemuan kedua negara di turnamen besar (Piala Eropa dan Piala Dunia) membuktikan bahwa Prancis lebih mendominasi.
Dari 30 kali pertemuan keduanya, Spanyol berhasil memenangkan 13 laga sedang Prancis hanya unggul 11 kali. Hanya, 13 kemenangan itu dipetik La Furia Roja, julukan bagi Spanyol saat pertandingan persahabatan, sedangkan Les Blues, julukan Prancis selalu unggul di turnamen.
Selain itu, terhentinya rekor 23 kali tak terkalahkan Prancis yang dibumbui kabar soal retaknya suasana ruang ganti pemain, menurut Nasri, adalah anekdot belaka. Pemuda berusia 23 tahun itu malah bersyukur karena kekalahan 0-2 dari Swedia itu memberikan pelajaran berharga pada segenap punggawa Les Tricolores, julukan lain Prancis.
Nasri menegaskan, kualifikasi untuk perempat final memberi mereka kepercayaan diri dan mereka akan mencoba untuk menyebabkan suatu gangguan. “Rekor tidak terkalahkan adalah anekdot, ini harus berakhir. Anda tidak dapat tak terkalahkan selamanya, dan itu lebih baik bahwa hal itu terjadi dalam pertandingan kala kami memenuhi syarat pula,” tandas Nasri.
Sementara itu, untuk menepis segala wacana yang dimunculkan media massa tentang skuad Prancis yang tercerai berai, Asisten Pelatih Alain Boghossian mengadakan jumpa pers. Hal ini dilakukan tangan kanan Laurent Blanc karena yang dirugikan oleh isu ini adalah warga Prancis yang setia memberikan dukungan.
“Ada pertengkaran, yah, katakanlah pertengkaran, tapi itu normal dalam ruang ganti. Ini akan lebih buruk jika tidak ada yang terjadi. Ini seperti sebuah pasangan. Jika Anda menyapu masalah di bawah karpet, di beberapa titik, dia akan meledak,” pungkas Boghossian menjawab pertanyaan wartawan soal isu pertengkaran saat jumpa pers.
Keduanya pun mengaku tak gentar dengan kumpulan bintang Spanyol. Ribery mengungkapkan kesiapannya untuk beradu kemampuan menguasai lapangan tengah. Bagi Ribery, hasil imbang yang dituai Spanyol saat menghadapi Italia merupakan sedikit gambaran bahwa permainan tiki taka Spanyol dapat dihentikan.
“Spanyol dan Italia sama-sama sulit untuk dilawan, dan menurut pendapat saya, Italia lebih sulit dikalahkan karena saat bermain melawan mereka, tembok pertahanan Italia berbaris dengan 5 pemain belakang dan 3 gelandang bertahan. Spanyol tak memiliki karakter bertahan seperti itu,” ungkap gelandang Bayern Muenchen itu bersemangat.
Seperti seiya sekata dengan Ribery, Nasri pun mengaku tak silau dengan nama besar Spanyol. “Saya tidak berpikir Spanyol adalah favorit turnamen, malah Jerman yang mengesankan saya. Spanyol ingin bermain sepak bola, tetapi Prancis selalu melakukan permainan dengan baik saat melawan Spanyol di turnamen besar. Kami mungkin mendapatkan lebih banyak keunggulan atas Spanyol,” ujar bintang Manchester City, dilansir Goal.
Ungkapan Nasri ada benarnya. Catatan rekor sejarah pertemuan kedua negara di turnamen besar (Piala Eropa dan Piala Dunia) membuktikan bahwa Prancis lebih mendominasi.
Dari 30 kali pertemuan keduanya, Spanyol berhasil memenangkan 13 laga sedang Prancis hanya unggul 11 kali. Hanya, 13 kemenangan itu dipetik La Furia Roja, julukan bagi Spanyol saat pertandingan persahabatan, sedangkan Les Blues, julukan Prancis selalu unggul di turnamen.
Selain itu, terhentinya rekor 23 kali tak terkalahkan Prancis yang dibumbui kabar soal retaknya suasana ruang ganti pemain, menurut Nasri, adalah anekdot belaka. Pemuda berusia 23 tahun itu malah bersyukur karena kekalahan 0-2 dari Swedia itu memberikan pelajaran berharga pada segenap punggawa Les Tricolores, julukan lain Prancis.
Nasri menegaskan, kualifikasi untuk perempat final memberi mereka kepercayaan diri dan mereka akan mencoba untuk menyebabkan suatu gangguan. “Rekor tidak terkalahkan adalah anekdot, ini harus berakhir. Anda tidak dapat tak terkalahkan selamanya, dan itu lebih baik bahwa hal itu terjadi dalam pertandingan kala kami memenuhi syarat pula,” tandas Nasri.
Sementara itu, untuk menepis segala wacana yang dimunculkan media massa tentang skuad Prancis yang tercerai berai, Asisten Pelatih Alain Boghossian mengadakan jumpa pers. Hal ini dilakukan tangan kanan Laurent Blanc karena yang dirugikan oleh isu ini adalah warga Prancis yang setia memberikan dukungan.
“Ada pertengkaran, yah, katakanlah pertengkaran, tapi itu normal dalam ruang ganti. Ini akan lebih buruk jika tidak ada yang terjadi. Ini seperti sebuah pasangan. Jika Anda menyapu masalah di bawah karpet, di beberapa titik, dia akan meledak,” pungkas Boghossian menjawab pertanyaan wartawan soal isu pertengkaran saat jumpa pers.
(akr)