Mourinho, Sang Master Mind dari Portugal

Sabtu, 14 Februari 2015 - 07:00 WIB
Mourinho, Sang Master Mind dari Portugal
Mourinho, Sang Master Mind dari Portugal
A A A
LONDON - Semua pecinta sepak bola di seluruh dunia tentunya akan setuju bila Jose Mario dos Santos Mourinho FĂ©lix atau yang lebih dikenal dengan Jose Mourinho, disebut sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia yang ada saat ini. Bagaimana tidak, meski baru enam klub selama karir kepelatihannya, namun Mou telah berhasil menggondol gelar juara di empat negara berbeda (Portugal, Italia, Inggris, dan Spanyol).

Bukan itu saja, saat mendapat kesempatan menukangi Inter Milan, Mou berhasil membawa klub Biru Hitam menjadi tim Italia pertama yang berhasil memborong gelar Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions Eropa secara bersamaan dalam semusim. Raihannya ini bahkan membuat Mou dianugerahi gelar pelatih terbaik dunia oleh FIFA di tahun 2010.

Namun yang membuat nama Mou terkenal di seantero dunia bukan hanya soal pencapaiannya. Kepribadiannya yang kontroversial seakan menjadi bumbu sempurna bagi Mou untuk membuat mata pecinta sepak bola di seluruh dunia tetap tertuju padanya. Dan yang utama, kemampuannya dalam memainkan psikologis lawan-lawannya, membuat ia layak untuk disebut sebagai lawan yang paling berbahaya.

Semua pasti masih ingat bagaimana Mou membantu Inter Milan memenangkan trofi Liga champions Eropa di tahun 2010. Kala itu, Mourinho untuk pertama kalinya memperkenalkan taktik parkir bus kepada dunia. Berhadapan dengan Barcelona yang pada musim itu dianggap sedang mendominasi dunia dengan pola ''Tiki-Taka'', Mou memilih untuk menempatkan sembilan pemain di wilayah pertahanannya. Hasilnya, Barcelona yang terus menekan sejak menit awal harus rela gagal memenuhi mimpi mereka menjadi klub pertama yang bisa meraih dua gelar Liga Champions Eropa dalam dua musim berturut-turut, lantaran satu gol Samuel Eto'o yang tidak lain adalah mantan striker andalan mereka.

Keberhasilan Mou tersebut pun langsung dimanfaatkan Real Madrid untuk memboyongnya ke tanah Spanyol guna memutus dominasi Barcelona yang kala itu di arsiteki Pep Guardiola. Namun Mou justru membuat kejutan lain. Bukannya memutus dominasi Barca, Mou justru membuat el Real yang kala itu dipenuhi pemain bintang tak berdaya saat berhadapan dengan Barcelona dan harus takluk dengan lima gol tanpa balas.

Hal ini jelas membuat semua mata pecinta sepak bola di seluruh dunia tertuju padanya. Namun tak ada satupun yang menyadarinya, kalau hal ini ternyata dilakukan Mou untuk menciptakan skuat terbaik di dunia.

Andy Barton yang merupakan seorang ahli ''Mental Performance'' mengatakan, ''Jika anda membuat diri anda menjadi korban dalam sebuah situasi dan setelahnya menunjukkan kalau anda memiliki loyalitas, maka anda akan menciptakan sebuah ikatan yang sangat kuat,'' ungkap Barton seperti dilansir world soccer talk.

''Dan jika anda berhasil menciptakan sebuah musuh bersama, maka anda akan membuat tim anda untuk mendukung setiap tujuan yang anda tuju,'' sambungnya.

Bahkan, seakan membenarkan pernyataan Barton, Dave Readle yang merupakan ahli psikologis yang juga bekerja pada tim balap sepeda Inggris mengatakan, kalau Mou sering dengan sengaja membuat timnya jelas-jelas merupakan tim unggulan, bermain dengan mentalitas tim papan bawah yang tak kenal menyerah saat harus berhadapan dengan klub-klub raksasa.

''Dia (Mourinho) memperhitungkan setiap perkataannya. Meskipun ia memiliki tim terbaik, tapi terkadang ia suka membuat timmnya memiliki mentalitas tim underdog,'' ungkap Readle.

Hasilnya tentu semua sudah tahu. Mourinho sukses membuat perseteruan antara Real Madrid dan Barcelona terus membara. Ia bahkan berhasil memainkan emosi para penggawa Barcelona dan membuat mereka seakan kehilangan konsentrasi saat berada di lapangan dan merusak indahnya pola ''Tiki-Taka'' yang dalam beberapa tahun sempat mendominasi dunia.

Dan saat diberi kesempatan menukangi Chelsea untuk kedua kalinya, Mou pun kembali memainkan perannya sebagai ''Master Mind''. Namun hebatnya, kali ini bukan hanya tim-tim lawan yang diserangnya. Mou bahkan meningkatkan level permainan psikologisnya dengan membuat para wasit Liga Primer Inggris salah tingkah saat berada di dalam lapangan.

Saat bermain imbang 1-1 di markas Southampton, Mou dengan lantang berbicara kepada media perihal kekecewaannya dengan keputusan wasit di lapangan yang terlihat dengan sengaja tidak memberikan hadiah penalti pada Chelsea saat Cesc Fabregas dijatuhkan di kotak penalti lawan.

Tidak berhenti sampai di situ. Menurut Mou, perlakuan tidak adil wasit kepada para pemain Chelsea disulut oleh kampanye terselubung yang dilakukan oleh pelatih-pelatih tim lawan yang selalu mengatakan kalau para penggawa The Blues sering melakukan diving dan terlalu banyak beradegan drama di dalam lapangan. Komentar Mou tersebut sontak membuat FA menjatuhkan sanksi kepadanya berupa denda sebesar 25 ribu pounds atau setara dengan Rp500 juta.

Namun denda tersebut tentunya sama sekali tidak bisa mengahapus aksi ''Cuci Otak'' Mou terhadap semua pecinta sepak bola di seluruh dunia. Buktinya, dalam sekejap mata semua media di seluruh dunia langsung menyoroti kinerja wasit saat memimpin laga yang dilakoni Chelsea. Dan Dave Readle pun menganggap kalau aksi Mou tersebut telah sukses membuat semua wasit Liga Primer Inggris berada di bawah tekanan saat harus memimpin laga yang dilakoni Chelsea.

''Pada level ini, Mou lebih menguasai permainan psikologis dibanding pelatih lainnya. Dia adalah seorang master,'' ungkap Dave Readle seperti dilansir The Times.

''Hanya seorang diri, Mourinho bisa mengubahpandangan media dan fans untuk tertuju pada wasit. Ini adalah hal yang sangat cerdik, sangat cerdas,'' tambahnya.

''Mereka adalah manusia, mereka pasti akan merasakan tekanan. Sekarang semua keputusan yang mereka buat saat memimpin laga yang dimainkan Chelsea akan mendapat perhatian lebih dari milyaran orang. Mereka bahkan akan meragukan keputusan mereka sendiri, karena sejak saat itu mereka telah berfikir kalau semua mata tertuju pada mereka,'' tambahnya lagi.

Hasilnya, Mou pun berhasil membuat Branislav Ivanovic melenggang tanpa sedikitpun mendapatkan sanksi dari wasit usai mencekik dan menanduk pemain Everton pada laga yang berlangsung tengah pekan kemarin, Kamis (12/2/15).

Deretan realita di atas, jelas membuktikan kalau Mourinho bukan hanya mahir dalam taktikal, namun ia juga seorang ''Maha Guru'' dalam permainan psikologikal. Maka dari itu, rasanya Mourinho bukan hanya layak dijuluki sebagai ''The Special One'', namun ia juga sangat layak untuk disebut sebagai seorang ''Master Mind''.
(rus)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6860 seconds (0.1#10.140)