Ketika Lawan Menjadi Kawan

Rabu, 04 Maret 2015 - 10:46 WIB
Ketika Lawan Menjadi...
Ketika Lawan Menjadi Kawan
A A A
Pertandingan baru berjalan 15 menit, tapi pemain tunggal putra tim bulutangkis Adliswil, Zurich, itu sudah terlihat kekalahannya.

Teriakan sporadis “Hopp Hoggi, Hopp Hoggi ! dari tribun penonton tidak menyelamatkannya. Tidak juga nasihat dari pelatihnya, Titon Gustaman. Skor telak 12 - 21 dan 13 - 21 harus ditelan bulat-bulat Yohanes Hogianto di stadion bulutangkis Bruehl, Gebenstorf, Baden, Swiss Utara, pekan lalu. Jangan kaget, dua nama itu, Titon Gustaman dan Yohanes Hogianto, memang kelahiran Indonesia.

Di Swiss, khususnya di tim bulutangkis Adliswil, Zurich, keduanya memegang peranan penting. Spieltrainer, pemain sekaligus pelatih, begitulah jabatan keduanya. Kadang turun ke lapangan sebagaimana Hogianto yang kalah itu, kadang sebagai pelatih seperti yang dilakukan Titon, ketika rekan setimnya sedang bernasib malang. “Kadang juga sebaliknya, saya bertanding, Hogi menjadi pelatih pendamping, “ papar Titon.

Tak jarang pula, khususnya jika partai ganda putra, Titon dan Hogi tampil bersama. Tidak terkecuali pada playoff Liga Utama Bulutangkis Swiss pekan lalu. Setelah Hogianto kalah telak melawan Bernio Wong, warga Malaysia yang mewakili tim bulutangkis Argova, Aargau, Swiss Tengah, Titon dan Hogianto tampil di partai ketujuh di nomor ganda putra. Hasilnya terbalik, duo ini berhasil mengangkat moral tim Adliswil, yang semula tertinggal 0 - 3 menjadi 4 - 3.

Titon dan Hogianto menang atas pasangan Joel Koenig dan Bernio Wong dengan skor 21 - 18 dan 21 - 16. Uniknya, setahun silam Titon masih menjadi musuh Hogianto di lapangan karena saat itu Titon membela tim bulutangkis Soloturn, pinggiran Bern. “Sekarang jadi kawan,” ujar Titon. Tak sekadar kawan berlatih dan bertanding, tapi juga kawan dalam kehidupan sehari-hari. Titon, yang baru pindah dari Solothurn ke Adliswil, sering meminta bantuan Hogianto untuk urusan kehidupan barunya di pinggiran Zurich ini.

Apalagi Titon baru saja memboyong istrinya asal Indonesia yang memerlukan surat izin. Itu tidak sesederhana jika masih berpaspor burung garuda. Hasil akhir 5 - 3 untuk Adliswil melegakan pasangan ini. Itu artinya tim yang diasuhnya tetap bertahan di Liga Utama Bulutangkis Swiss. Itu artinya pula akan berhadapan di musim depan dengan Agung Ruhanda dan Kusuma Sandi Darma, dua orang Indonesia juga yang membela klub lain, Saint Gallen Appenzeler, Swiss Timur.

Duo Titon Hogianto dan duo Ruhanda Kusuma, sebagaimana pantauan KORAN SINDO, jika di lapangan akan membela mati-matian timnya. Tapi pada saat jeda, keempat orang Indonesia ini terlihat ngobrol akrab, seperti teman lama.
Laporan Koresponden Koran Sindo
Krisna Diantha Swiss
(ars)
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1267 seconds (0.1#10.24)