Pedrosa, Juara Tanpa Mahkota
A
A
A
JAKARTA - Sejak berkiprah di ajang MotoGP pada 2006 lalu sosok Dani Pedrosa langsung mencuri perhatian. Pria kebangsaan Spanyol itu dianggap memiliki keberanian dan talenta bagus saat berada di lintasan balap.
Nama Pedrosa mulai bersinar saat ia menjuarai GP 125cc tahun 2003 lalu. Saat itu ia tercatat sebagai pembalap dari tim Telefónica Movistar Honda.
Setahun kemudian Pedrosa naik ke kelas 250cc. Masih dengan tim yang sama, Pedrosa terus melanjutkan kegemilangannya. Dalam dua tahun beruntun ia sukses meraih gelar juara dunia. Padahal saat itu kelas 250cc diikuti oleh pembalap yang kini namanya melambung seperti Jorge Lorenzo, Andrea Dovizioso dan Casey Stoner (eks juara dunia MotoGP).
Melihat ada bakat besar dalam diri Pedrosa, tim Repsol Honda yang tampil di ajang MotoGP akhirnya merekrut sang pembalap di tahun 2005. Pada musim pertamanya, Pedrosa memang gagal juara. Tapi usahanya menembus posisi lima besar dihargai Repsol Honda yang saat itu juga mempekerjakan Nicky Hayden.
Di musim 2007 barulah Pedrosa menggebrak dunia balap. Ia mampu menyaingi Valentino Rossi yang dalam beberapa musim merajai ajang MotoGP.
Namun Pedrosa kurang beruntung dibanding Casey Stoner. Pada akhir musim ia hanya mampu menghuni posisi dua klasemen. Pedrosa memiliki 242 poin, tertinggal 125 angka dari Stoner yang keluar sebagai juara.
Meski gagal, Pedrosa tetap menyandang status unggulan. Saat itu banyak orang meprediksi kalau ia bakal menjadi juara MotoGP selanjutnya. (Baca juga: Inilah Motor Para Jagoan MotoGP)
Namun dugaan orang-orang meleset. Pedrosa tak pernah bisa menjadi juara dunia. Di musim 2008 dan 2009 Pedrosa hanya mampu meraih status juara ketiga. Lalu di musim 2010, ia kembali menyandang status runner up.
Pada 2011 Pedrosa keluar dari tiga besar. The Little Spaniard mengakiri musim dengan bertengger di posisi empat klasemen. Ia kalah saing dengan Casey Stoner, Jorge Lorenzo dan Andrea Dovizioso.
Pedrosa sempat memperbaiki kariernya di musim 2012. Namun prestasinya kian menurun dari tahun ke tahun. Pada 2013 ia hanya menyandang status peringkat ketiga. Setahun berikutnya Pedrosa lagi-lagi berada di urutan empat klasemen.
Pedrosa bahkan kalah bersaing dengan rekan setimnya sendiri, Marc Marquez yang masih berusia 22 tahun. Baru dua musim terjun ke arena MotoGP, Marquez sudah mendapatkan dua gelar juara. Sementara Pedrosa, selama sembilan tahun kariernya bersama Repsol Honda ia selalu gagal berdiri di singgasana.
Entah apa kesalahan Pedrosa hingga ia tak mampu merebut mahkota juara. Namun sepertinya tahun ini menjadi kesempatan terakhir bagi Pedrosa untuk membuktikan kualitasnya. Jika kembali gagal, Repsol Honda sangat mungkin mencari rider baru untuk menemani Marquez mengarungi musim 2016 mendatang. (Baca juga: Ini Daftar Masalah Seluruh Tim MotoGP 2015)
Nama Pedrosa mulai bersinar saat ia menjuarai GP 125cc tahun 2003 lalu. Saat itu ia tercatat sebagai pembalap dari tim Telefónica Movistar Honda.
Setahun kemudian Pedrosa naik ke kelas 250cc. Masih dengan tim yang sama, Pedrosa terus melanjutkan kegemilangannya. Dalam dua tahun beruntun ia sukses meraih gelar juara dunia. Padahal saat itu kelas 250cc diikuti oleh pembalap yang kini namanya melambung seperti Jorge Lorenzo, Andrea Dovizioso dan Casey Stoner (eks juara dunia MotoGP).
Melihat ada bakat besar dalam diri Pedrosa, tim Repsol Honda yang tampil di ajang MotoGP akhirnya merekrut sang pembalap di tahun 2005. Pada musim pertamanya, Pedrosa memang gagal juara. Tapi usahanya menembus posisi lima besar dihargai Repsol Honda yang saat itu juga mempekerjakan Nicky Hayden.
Di musim 2007 barulah Pedrosa menggebrak dunia balap. Ia mampu menyaingi Valentino Rossi yang dalam beberapa musim merajai ajang MotoGP.
Namun Pedrosa kurang beruntung dibanding Casey Stoner. Pada akhir musim ia hanya mampu menghuni posisi dua klasemen. Pedrosa memiliki 242 poin, tertinggal 125 angka dari Stoner yang keluar sebagai juara.
Meski gagal, Pedrosa tetap menyandang status unggulan. Saat itu banyak orang meprediksi kalau ia bakal menjadi juara MotoGP selanjutnya. (Baca juga: Inilah Motor Para Jagoan MotoGP)
Namun dugaan orang-orang meleset. Pedrosa tak pernah bisa menjadi juara dunia. Di musim 2008 dan 2009 Pedrosa hanya mampu meraih status juara ketiga. Lalu di musim 2010, ia kembali menyandang status runner up.
Pada 2011 Pedrosa keluar dari tiga besar. The Little Spaniard mengakiri musim dengan bertengger di posisi empat klasemen. Ia kalah saing dengan Casey Stoner, Jorge Lorenzo dan Andrea Dovizioso.
Pedrosa sempat memperbaiki kariernya di musim 2012. Namun prestasinya kian menurun dari tahun ke tahun. Pada 2013 ia hanya menyandang status peringkat ketiga. Setahun berikutnya Pedrosa lagi-lagi berada di urutan empat klasemen.
Pedrosa bahkan kalah bersaing dengan rekan setimnya sendiri, Marc Marquez yang masih berusia 22 tahun. Baru dua musim terjun ke arena MotoGP, Marquez sudah mendapatkan dua gelar juara. Sementara Pedrosa, selama sembilan tahun kariernya bersama Repsol Honda ia selalu gagal berdiri di singgasana.
Entah apa kesalahan Pedrosa hingga ia tak mampu merebut mahkota juara. Namun sepertinya tahun ini menjadi kesempatan terakhir bagi Pedrosa untuk membuktikan kualitasnya. Jika kembali gagal, Repsol Honda sangat mungkin mencari rider baru untuk menemani Marquez mengarungi musim 2016 mendatang. (Baca juga: Ini Daftar Masalah Seluruh Tim MotoGP 2015)
(bep)