PM Kanada Ucapkan Selamat Atas Karier Luar Biasanya
A
A
A
“I’m retiring from basketball. Thanks for all the love through the years,” — Ciutan akun @SteveNash milik Steve Nash di lini masa Twitter tersebut menjadi akhir dari kisah cintanya dengan dunia basket yang berlangsung selama 19 tahun.
Masalah punggung membuat Nash mundur dari hirukpikuk basket yang membesarkan namanya. Lahir di Johannesburg, Afrika Selatan, 41 tahun silam, Nash memulai karier profesional bersama Phoenix Suns pada musim 1996. Sebagai pemain, dia telah mendapatkan apa yang diimpikan para pebasket profesional.
Delapan kali masuk All-Star saat bersama Suns dan Dallas Mavericks, dua penghargaan MVP bersama Suns pada musim 2004-2005 dan 2005- 2006 adalah sederet prestasinya. Gemerlap prestasi tersebut membuat Nash dipinang Los Angeles Lakers pada 2012. Sayang, bersama Lakers, point guard dengan tinggi 191 cm tersebut justru mengalami kemunduran karena gagal lepas dari cedera punggung.
“Hadiah terbesar adalah ketika saya terlibat dengan penuh gairah untuk melakukan sesuatu yang sangat saya cintai,” kata Nash, seperti dipublikasikan The Players’ Tribune dan dikutip ESPN. Pebasket Kanada yang juga menyukai sepak bola tersebut mengakui tak mudah meninggalkan bola basket.
“Sekarang, semua sudah berakhir dan tidak mudah mengungkapkannya dengan kata-kata. Mungkin akan terasa aneh. Tapi, ini sebuah transisi karena setiap atlet pasti akan melalui proses ini,” ujar Nash, dalam wawancara dengan ESPN. Lakers memang menjadi titik akhir dari karier Nash.
Dalam dua musim, dia hanya 60 kali tampil sebagai starter. Rinciannya, 50 kali starterdi musim 2012/2013 dan 10 kali pada musim 2013/2014. Jumlah tersebut merupakan catatan terburuk sepanjang kariernya di basket profesional dalam satu musim. Nash dianggap sebagai salah satu pemain yang tidak egois. Ini terlihat dari catatan assistyang diciptakan sepanjang kariernya.
Pebasket yang semasa sekolah menggeluti basket, sepak bola, dan rugbi tersebut masuk jajaran tiga besar pemberi assistterbanyak di NBA. Dengan catatan 10,335 assist membuat Nash hanya kalah dari John Stockton (15,806) dan Jason Kidd (12,091). Saat bersama klub Universitas Santa Clara, Nash rata-rata mencatat 11,2 assistper game.
Tak berlebihan jika kemudian nomor punggung 11 yang dikenakannya di Clara dipensiunkan. “Saya bersyukur atas apa yang saya dapatkan di seluruh karier dan hidup saya. Tapi, dalam beberapa hal, saya lebih menghargai anak-anak saya dan keluarga daripada permainan ini (basket). Banyak pelajaran tentang kehidupan yang saya dapatkan. Tapi, sekarang, saya masih harus belajar banyak hal lain,” ujar Nash.
Keputusan pensiun Nash tidak hanya membuat pencinta basket kehilangannya. Perdana Menteri (PM) Kanada Stephen Harper pun tak kurang merasa kehilangan lewat akun Twitter-nya. ”Tidak pernah ada seorang pemain basket asal Kanada yang lebih baik dari Steve Nash. Selamat atas karier yang luar biasa,” tulis Harper di akun @pmharper.
Ma’ruf
Masalah punggung membuat Nash mundur dari hirukpikuk basket yang membesarkan namanya. Lahir di Johannesburg, Afrika Selatan, 41 tahun silam, Nash memulai karier profesional bersama Phoenix Suns pada musim 1996. Sebagai pemain, dia telah mendapatkan apa yang diimpikan para pebasket profesional.
Delapan kali masuk All-Star saat bersama Suns dan Dallas Mavericks, dua penghargaan MVP bersama Suns pada musim 2004-2005 dan 2005- 2006 adalah sederet prestasinya. Gemerlap prestasi tersebut membuat Nash dipinang Los Angeles Lakers pada 2012. Sayang, bersama Lakers, point guard dengan tinggi 191 cm tersebut justru mengalami kemunduran karena gagal lepas dari cedera punggung.
“Hadiah terbesar adalah ketika saya terlibat dengan penuh gairah untuk melakukan sesuatu yang sangat saya cintai,” kata Nash, seperti dipublikasikan The Players’ Tribune dan dikutip ESPN. Pebasket Kanada yang juga menyukai sepak bola tersebut mengakui tak mudah meninggalkan bola basket.
“Sekarang, semua sudah berakhir dan tidak mudah mengungkapkannya dengan kata-kata. Mungkin akan terasa aneh. Tapi, ini sebuah transisi karena setiap atlet pasti akan melalui proses ini,” ujar Nash, dalam wawancara dengan ESPN. Lakers memang menjadi titik akhir dari karier Nash.
Dalam dua musim, dia hanya 60 kali tampil sebagai starter. Rinciannya, 50 kali starterdi musim 2012/2013 dan 10 kali pada musim 2013/2014. Jumlah tersebut merupakan catatan terburuk sepanjang kariernya di basket profesional dalam satu musim. Nash dianggap sebagai salah satu pemain yang tidak egois. Ini terlihat dari catatan assistyang diciptakan sepanjang kariernya.
Pebasket yang semasa sekolah menggeluti basket, sepak bola, dan rugbi tersebut masuk jajaran tiga besar pemberi assistterbanyak di NBA. Dengan catatan 10,335 assist membuat Nash hanya kalah dari John Stockton (15,806) dan Jason Kidd (12,091). Saat bersama klub Universitas Santa Clara, Nash rata-rata mencatat 11,2 assistper game.
Tak berlebihan jika kemudian nomor punggung 11 yang dikenakannya di Clara dipensiunkan. “Saya bersyukur atas apa yang saya dapatkan di seluruh karier dan hidup saya. Tapi, dalam beberapa hal, saya lebih menghargai anak-anak saya dan keluarga daripada permainan ini (basket). Banyak pelajaran tentang kehidupan yang saya dapatkan. Tapi, sekarang, saya masih harus belajar banyak hal lain,” ujar Nash.
Keputusan pensiun Nash tidak hanya membuat pencinta basket kehilangannya. Perdana Menteri (PM) Kanada Stephen Harper pun tak kurang merasa kehilangan lewat akun Twitter-nya. ”Tidak pernah ada seorang pemain basket asal Kanada yang lebih baik dari Steve Nash. Selamat atas karier yang luar biasa,” tulis Harper di akun @pmharper.
Ma’ruf
(ftr)