Menanti Kehancuran Total Football Belanda
A
A
A
AMSTERDAM - Timnas Belanda yang dikenal dengan gaya bermain total football terancam tidak dapat melaju ke Piala Eropa 2016, usai terseok-seok di babak kualifikasi. Hasil imbang 1-1 melawan Turki, Sabtu (28/3) kemarin, membuat peluang De Oranje -julukan Belanda- untuk lolos ke Piala Eropa 2016 mengecil.
Meski begitu skuat besutan Guus Hiddink bukan tanpa peluang dengan jumlah 24 taim, juara dan posisi kedua dari sembilan grup di babak kualifikasi dipastikan lolos. Sementara lima posisi tersisa akan diperebutkan ketiga terbaik dan pemenang hasil play-off antara 8 tim peringkat ketiga lainnya.
Dengan kata lain, posisi ketiga seperti yang ditempati Belanda saat ini masih memiliki peluang untuk lolos. Meski lolos banyak yang meragukan performa De Oranje di bawah asuhan Hiddink. Dari lima pertandingan sejauh ini, Belanda hanya mampu menang dua kali, satu imbang dan dua kali dipermalukan.
Hasil ini membawa Belanda tertahan di peringkat ketiga Grup A Kualifikasi Piala Eropa 2016 dengan 7 poin, dan berselisih enam dan lima angka dari Republik Ceko dan Islandia, serta hanya unggul dua angka dari Turki. Pergantian pelatih dari Louis van Gaal menuju Guus Hiddink, usai mencuri juara ketiga dari tuan rumah di Piala Dunia 2014 jadi awal keterpurukan De Oranje
Performa Wesley Sneijder dan kawan-kawan merosot tajam, sepeninggal Van Gaal yang membesut Manchetser United. Di bawah asuhan Hiddink, Belanda kesulitan mengeluarkan performa terbaiknya. Mantan pelatih timnas Australia, Korea Selatan, dan Rusia itu mengawali petualangan keduanya bersama Belanda dengan hasil kurang memuaskan.
Belanda menelan kekalahan 1-2 dari Republik Ceko pada laga pembuka Grup A di Generali Arena, Praha, 9 Spetember lalu. Selanjutnya Belanda sempat bangkit dengan kemenangan 3-1 atas Kazakhstan. Namun, di laga ketiga, Belanda secara mengejutkan dikalahkan Islandia di Laugardalsvollur, Reykjavik, Senin (13/10).
Dengan hasil imbang melawan Turki dan kemenangan kontra Latvia, skuat besutan Hiddink jauh dari kata memuaskan. Performa buruk Belanda langsung menuai kritik dan Hiddink menjadi kambing hitam. Ronald de Boer bahkan menyebutkan Hiddink tidak mempunyai taktik dan rencana saat bermain.
Hiddink dinilai terjebak dengan hanya menurunkan Daley Blind sebagai bek kiri sepanjang ia membesut Belanda. Sementara Bruno Martins Indi yang dua kali membela Porto dalam delapan laga terakhir, justru dipercaya menggalang jantung pertahanan bersama Stefan de Vrij. Menurunkan De Vrij, Martins Indi dan Blind dalam satu pertandingan dinilai sangat menggelikan.
Akibat Belanda mengalami empat kekalahan sepanjang ditangani Hiddink. Beberapa perubahan kemudian dilakukan Hiddink saat menghadapi Turki, dengan mendorong Blind lebih menyerang. Tap hal itu justru kerap membuat lubang di pertahanan yang bisa dimanfaatkan lawan.
Belanda memang menguasai jalannya dan mendominasi Turki sepanjang pertandingan, tapi efektivitas tak dimiliki Nigel De Jong cs. Turki yang hanya mengandalkan skema serangan balik, justru mampu meraih keunggulan terlebih dahulu melalui Burak Yilmaz di menit ke-37, beruntung Belanda menyamakan lewat Klass Jan Huntelaar.
Mencadangkan salah satu pemain terbaik di Eredivise, Jetro Willems juga menjadi kesalahan Hiddink, meski ia kemudian bermain di paruh kedua. Kehadiran Willems terbukti mampu membuat permainan De Oranje lebih kreatif, sementara Ibrahim Afellay yang minim kontribusi justru tetap dipertahankan hingga laga bubar. Perubahan besar wajib dilakukan Hiddink, jika tidak ingin Total Football mengalami kehancuran total dengan gagal melanju ke putaran final Piala Eropa 2016. Patut ditunggu apakah pada laga selanjutnya Belanda mampu kembali bangkit.
Meski begitu skuat besutan Guus Hiddink bukan tanpa peluang dengan jumlah 24 taim, juara dan posisi kedua dari sembilan grup di babak kualifikasi dipastikan lolos. Sementara lima posisi tersisa akan diperebutkan ketiga terbaik dan pemenang hasil play-off antara 8 tim peringkat ketiga lainnya.
Dengan kata lain, posisi ketiga seperti yang ditempati Belanda saat ini masih memiliki peluang untuk lolos. Meski lolos banyak yang meragukan performa De Oranje di bawah asuhan Hiddink. Dari lima pertandingan sejauh ini, Belanda hanya mampu menang dua kali, satu imbang dan dua kali dipermalukan.
Hasil ini membawa Belanda tertahan di peringkat ketiga Grup A Kualifikasi Piala Eropa 2016 dengan 7 poin, dan berselisih enam dan lima angka dari Republik Ceko dan Islandia, serta hanya unggul dua angka dari Turki. Pergantian pelatih dari Louis van Gaal menuju Guus Hiddink, usai mencuri juara ketiga dari tuan rumah di Piala Dunia 2014 jadi awal keterpurukan De Oranje
Performa Wesley Sneijder dan kawan-kawan merosot tajam, sepeninggal Van Gaal yang membesut Manchetser United. Di bawah asuhan Hiddink, Belanda kesulitan mengeluarkan performa terbaiknya. Mantan pelatih timnas Australia, Korea Selatan, dan Rusia itu mengawali petualangan keduanya bersama Belanda dengan hasil kurang memuaskan.
Belanda menelan kekalahan 1-2 dari Republik Ceko pada laga pembuka Grup A di Generali Arena, Praha, 9 Spetember lalu. Selanjutnya Belanda sempat bangkit dengan kemenangan 3-1 atas Kazakhstan. Namun, di laga ketiga, Belanda secara mengejutkan dikalahkan Islandia di Laugardalsvollur, Reykjavik, Senin (13/10).
Dengan hasil imbang melawan Turki dan kemenangan kontra Latvia, skuat besutan Hiddink jauh dari kata memuaskan. Performa buruk Belanda langsung menuai kritik dan Hiddink menjadi kambing hitam. Ronald de Boer bahkan menyebutkan Hiddink tidak mempunyai taktik dan rencana saat bermain.
Hiddink dinilai terjebak dengan hanya menurunkan Daley Blind sebagai bek kiri sepanjang ia membesut Belanda. Sementara Bruno Martins Indi yang dua kali membela Porto dalam delapan laga terakhir, justru dipercaya menggalang jantung pertahanan bersama Stefan de Vrij. Menurunkan De Vrij, Martins Indi dan Blind dalam satu pertandingan dinilai sangat menggelikan.
Akibat Belanda mengalami empat kekalahan sepanjang ditangani Hiddink. Beberapa perubahan kemudian dilakukan Hiddink saat menghadapi Turki, dengan mendorong Blind lebih menyerang. Tap hal itu justru kerap membuat lubang di pertahanan yang bisa dimanfaatkan lawan.
Belanda memang menguasai jalannya dan mendominasi Turki sepanjang pertandingan, tapi efektivitas tak dimiliki Nigel De Jong cs. Turki yang hanya mengandalkan skema serangan balik, justru mampu meraih keunggulan terlebih dahulu melalui Burak Yilmaz di menit ke-37, beruntung Belanda menyamakan lewat Klass Jan Huntelaar.
Mencadangkan salah satu pemain terbaik di Eredivise, Jetro Willems juga menjadi kesalahan Hiddink, meski ia kemudian bermain di paruh kedua. Kehadiran Willems terbukti mampu membuat permainan De Oranje lebih kreatif, sementara Ibrahim Afellay yang minim kontribusi justru tetap dipertahankan hingga laga bubar. Perubahan besar wajib dilakukan Hiddink, jika tidak ingin Total Football mengalami kehancuran total dengan gagal melanju ke putaran final Piala Eropa 2016. Patut ditunggu apakah pada laga selanjutnya Belanda mampu kembali bangkit.
(akr)