Valentino Rossi, Pahlawan di Arena Balap
A
A
A
JAKARTA - Sejarah terulang di Sirkuit Losail Qatar, Senin (30/3/2015). Pembalap dari tim Yamaha, Valentino Rossi berhasil menginjakan kakinya di podium tertinggi usai memenangkan persaingan di seri pembuka MotoGP tahun ini.
Rossi yang memulai balapan dari urutan delapan secara mengejutkan bisa finis di posisi terdepan. Ia melewati pembalap unggulan lainnya seperti Marc Marquez, Dani Pedrosa, Andrea Iannone, Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo. Ia mengulang catatan positif yang pernah diukirnya di Losail, lima tahun lalu. (Baca juga: Jinakkan Ducati, Rossi Rajai MotoGP Qatar 2015)
Pada 11 April 2010, Rossi tak mampu merebut pole position. Di sesi kualifikasi ia kalah cepat dari Casey Stoner. Tapi Rossi membuktikan kualitasnya. Pembalap yang identik dengan nomor 46 itu sukses mengakhiri balapan di urutan paling depan.
"Sangat luar biasa dan saya pikir ini adalah salah satu balapan terbaik dalam karier saya. Kami sempat kehilangan terlalu banyak waktu di awal, mungkin saya sempat tertidur. Tapi setelah mendapat awal yang baik, saya menyalip Andrea [Iannone], kemudian tiga tikungan berikutnya saya sudah tidak tahu apa yang terjadi," ungkap Rossi seusai balapan. (Baca juga: Tampil 'Gila', Rossi Ngaku Lupa Daratan)
Kehebatan Rossi di arena balap tak lepas dari kontribusi pendahulunya. Sang ayah, Graziano Rossi adalah seorang pembalap di era 1970-an. Sejak kecil, Rossi sering dibawa ayahnya ke lintasan balap. Hal itulah yang membuatnya tertarik pada dunia kebut-kebutan.
Pada 1996, Rossi memulai kiprahnya di kelas 125cc. Awalnya Rossi dipandang sebelah mata karena hanya menempati posisi sembilan di akhir musim. Namun setahun berikutnya Rossi langsung melejit jadi yang terdepan. Gelar juara dunia kelas 125cc berhasil diraih olehnya.
Setelah itu gelar lainnya seakan membuntuti Rossi. Hingga usianya menginjak 36 tahun, Rossi sudah memiliki sembilan trofi juara dunia dan tujuh diantaranya berasal dari kelas MotoGP.
Sepanjang perjalanan kariernya, Rossi tercatat membela empat tim berbeda. Dari 1996 hingga 1999, ia berkendara untuk Aprilia. Di tahun berikutnya Rossi bergabung dengan Honda dan kedua belah pihak bekerja sama hingga akhir musim 2003.
Setelah itu Rossi pindah ke Yamaha. Di tim inilah nama Rossi kian berkibar dan ia dijuluki sebagai raja dunia MotoGP.
Namun awal 2011 Rossi pindah ke pangkuan Ducati. Bersama pabrikan asal Italia ini karier sang pembalap menurun drastis. Rossi selalu gagal bersaing dan puncaknya ia pulang ke pelukan Yamaha pada musim 2013 lalu.
Perlahan tapi pasti, karier Rossi kembali bangkit. Bagaikan pahlawan yang kalah lebih dulu dalam peperangan, Rossi kini kembali ke medan pertempuran dan membuktikan kalau dirinya belumlah habis.
Rossi yang memulai balapan dari urutan delapan secara mengejutkan bisa finis di posisi terdepan. Ia melewati pembalap unggulan lainnya seperti Marc Marquez, Dani Pedrosa, Andrea Iannone, Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo. Ia mengulang catatan positif yang pernah diukirnya di Losail, lima tahun lalu. (Baca juga: Jinakkan Ducati, Rossi Rajai MotoGP Qatar 2015)
Pada 11 April 2010, Rossi tak mampu merebut pole position. Di sesi kualifikasi ia kalah cepat dari Casey Stoner. Tapi Rossi membuktikan kualitasnya. Pembalap yang identik dengan nomor 46 itu sukses mengakhiri balapan di urutan paling depan.
"Sangat luar biasa dan saya pikir ini adalah salah satu balapan terbaik dalam karier saya. Kami sempat kehilangan terlalu banyak waktu di awal, mungkin saya sempat tertidur. Tapi setelah mendapat awal yang baik, saya menyalip Andrea [Iannone], kemudian tiga tikungan berikutnya saya sudah tidak tahu apa yang terjadi," ungkap Rossi seusai balapan. (Baca juga: Tampil 'Gila', Rossi Ngaku Lupa Daratan)
Kehebatan Rossi di arena balap tak lepas dari kontribusi pendahulunya. Sang ayah, Graziano Rossi adalah seorang pembalap di era 1970-an. Sejak kecil, Rossi sering dibawa ayahnya ke lintasan balap. Hal itulah yang membuatnya tertarik pada dunia kebut-kebutan.
Pada 1996, Rossi memulai kiprahnya di kelas 125cc. Awalnya Rossi dipandang sebelah mata karena hanya menempati posisi sembilan di akhir musim. Namun setahun berikutnya Rossi langsung melejit jadi yang terdepan. Gelar juara dunia kelas 125cc berhasil diraih olehnya.
Setelah itu gelar lainnya seakan membuntuti Rossi. Hingga usianya menginjak 36 tahun, Rossi sudah memiliki sembilan trofi juara dunia dan tujuh diantaranya berasal dari kelas MotoGP.
Sepanjang perjalanan kariernya, Rossi tercatat membela empat tim berbeda. Dari 1996 hingga 1999, ia berkendara untuk Aprilia. Di tahun berikutnya Rossi bergabung dengan Honda dan kedua belah pihak bekerja sama hingga akhir musim 2003.
Setelah itu Rossi pindah ke Yamaha. Di tim inilah nama Rossi kian berkibar dan ia dijuluki sebagai raja dunia MotoGP.
Namun awal 2011 Rossi pindah ke pangkuan Ducati. Bersama pabrikan asal Italia ini karier sang pembalap menurun drastis. Rossi selalu gagal bersaing dan puncaknya ia pulang ke pelukan Yamaha pada musim 2013 lalu.
Perlahan tapi pasti, karier Rossi kembali bangkit. Bagaikan pahlawan yang kalah lebih dulu dalam peperangan, Rossi kini kembali ke medan pertempuran dan membuktikan kalau dirinya belumlah habis.
(bep)