Arema Lebih Prospektif Dibanding Persebaya

Rabu, 08 April 2015 - 19:00 WIB
Arema Lebih Prospektif...
Arema Lebih Prospektif Dibanding Persebaya
A A A
MALANG - Tidak lolosnya Arema Cronus dalam verifikasi BOPI memunculkan kekecewaan di berbagai kalangan, terutama suporter Aremania. Walau pada akhirnya Arema tetap bertanding di ISL yang kini bernama QNB League, namun BOPI sudah dianggap sebagai aktor antagonis.

Namun siapa sangka justru keputusan tersebut sebenarnya inspiratif bagi Arema Cronus. Setidaknya keputusan badan yang dipimpin Noor Aman tersebut menggugah Arema dan Aremania bahwa masih ada karut yang menjadi celah bagi pihak lain menjadikan mereka pesakitan.

Pergerakan pun kemudian terjadi. Iwan Budianto, orang nomor satu di Arema Cronus, melakukan inisiatif membangun kepingan puzzle yang tercecer. Beberapa sosok yang menjadi figur teras semasa masih bernama Arema Indonesia didekati dan dirangkul.

Di sana ada M Nur, Andi Darussalam Tabusala, Gunadi Handoko, serta pihak ahli waris almarhum Lucky Adrianda Zaenal. Bahkan eks pengurus di era PT Bentoel Prima juga dilibatkan dalam rencana rekonsiliasi yang visinya mengembalikan format kepengurusan Arema Indonesia.

Saya pribadi beropini, langkah rekonsiliasi sudah seharusnya dilakukan Arema mumpung momentumnya tepat. Semua pihak yang pernah terlibat sengketa harus menyadari bahwa kisruh selama ini tidak benar-benar membawa keuntungan bagi salah satu pihak.

Coba kita pikir lebih dalam lagi, tidak ada yang benar-benar 'hidup tenang' dengan sengketa di Arema Cronus. Pihak Arema IPL yang dulu diwakili keluarga Lucky Zaenal dan M Nur, malah hancur lebur setelah kompetisi Indonesia Premier League (IPL) dibubarkan.

Ibarat seorang anak yang kalah dalam perkelahian, mereka hanya bisa melempari lawannya dari tempat tersembunyi. Sekarang kita lihat di sisi lain, Arema Cronus yang diakui Aremania juga tidak bisa ongkang-ongkang kaki. Verifikasi BOPI secara perlahan membuka semuanya soal legalitas mana yang dipakai Arema Cronus.

Di sinilah semangat rekonsiliasi harus diawali. Satu hal yang dicamkan adalah tak ada satu pihak pun yang diuntungkan atau benar-benar 'hidup tenang' sebelumnya persoalan selesai. Langkah Arema kelihatannya lapang, karena sejauh ini semua pihak memiliki visi sama.

Sekadar membalik buku sejarah, bagaimana dulu M Nur menjadi sosok yang angkuh ibarat karang ketika konflik Arema sedang panas-panasnya. Sosok dia seakan tidak bisa disentuh dengan kekuatan apa pun, termasuk kekuatan Aremania. Tapi sekarang ada perkembangan.

M Nur sudah bertemu dengan tokoh-tokoh Arema Indonesia lain dalam rangka melakukan rekonsiliasi. Layak diapresiasi juga eks pengurus Arema zaman PT Bentoel yang masih rela meluangkan waktunya untuk terlibat dalam 'proyek besar' bernama rekonsiliasi.

PT Bentoel Prima sudah melepas Arema Indonesia pada 2009 dan kontribusi materi terakhir mereka adalah nominal Rp7,5 miliar untuk musim 2010. Tapi ternyata kepedulian mereka terus berlanjut, dengan munculnya Satrija Budi Wibawa dan Darjoto Setiawan.

Saya pribadi masih terus menjalin kontak dengan Satrija, yang pekan lalu juga mampir ke kantor Arema Cronus. Sebagai bagian sejarah Arema dan masih berdomisili di Malang, dia merasa masih memiliki tanggungjawab pada masa depan Singo Edan.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2666 seconds (0.1#10.140)