10 Rivalitas Abadi di Jagat Sepakbola Dunia (Edisi 1)
A
A
A
RIO DE JANIERO - Kompetisi yang hanya menghadirkan satu pemenang membuat rivalitas tidak bisa dipisahkan dalam dunia sepak bola. Kedua pemain dari tim berlawanan yang selalu ingin saling mengalahkan terkadang menghadirkan rivalitas hebat yang selalu diingat dan dikenang sepanjang sejarah permainan si kulit bundar. Dari masa ke masa rivalitas antara pesepakbola menjadi bumbu menarik dalam menyedot perhatian penikmat dan pecinta sepak bola.
Skill hebat dengan kemampuan di atas rata-rata pemain lain serta sederet prestasi baik bersama klub maupun individu, membuat kedua pesepakbola dunia ini kerap diperbandingkan siapa jadi yang terbaik. Entah itu di era yang sama atau di klub yang berbeda, rivalitas selalu hadir dalam sepak bola. Dari sekian banyak kisah heroik dan spektakuler dari sebuah rivalitas, Sindonews coba merangkumnya jadi 10 Rivalitas Abadi di Jagat Sepak Bola Dunia:
1. Pele versus Maradona
Dalam urutan pertama rivalitas paling kesohor dalam dunia sepak bola yakni Pele dari Brazil dan wakil Argentina, Maradona yang seringkali diperdebatkan sebagai pemain sepakbola dunia terbaik sepanjang massa. Meski berasal dari era yang berbeda, namun keduanya berasal dari negara langganan juara dunia yang kerap diperbandingkan. Bukan rahasia lagi, jika dua orang ini memang selalu dikaitkan satu sama lain. Debat siapa yang pantas menyandang gelar terbaik di jagat sepakbola membuat keduanya sering terlibat saling serang pernyataan.
Kemampuan pemilik nama lengkap Edison Arantes do Nasicimento atau yang lebih dikenal dengan nama Pele memang tidak perlu diragukan lagi. Pemain yang dijuluki O Rey atau yang berarti Sang Raja itu, mencuri perhatian dunia bersama timnya Santos di era 60-an. Sepanjang karirnya di Santos, Pele telah mempersembahkan banyak trofi bergengsi. Tak hanya bersinar dalam level klub, Pele juga sukses menghantar timnas Brazil menjadi juara dunia 1958 dan 1962.
Sementara Maradona tetap bersikukuh dirinya lebih baik dari Pele. Maradona menilai kiprahnya di pentas sepakbola Eropa menjadi bukti keunggulan dirinya atas Pele. Maradona memang lebih dikenal setelah berhasil mempersembahkan gelar Seri A, Liga Italia buat Napoli pada 1987 dan 1990. Selama 10 tahun Maradona bersinar di kompetisi Eropa bersama Napoli dan Barcelona.
Ironinya, Maradona hanya sekali mengangkat trofi Piala Dunia. Sedangkan Pele telah tiga kali yakni 1958, 1962 dan 1970 dimana yang pertama diraih saat masih berusia 17 tahun. Hingga kini perdebatan siapa yang terbaik antara Pele dan Maradona masih jadi subyek yang selalu seru diperbincangkan.
2. Cristiano Ronaldo versus Lionel Messi
Bilang ada yang paling layak disebut sebagai rivalitas abadi, mungkin persaingan bintang Portugal, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi dari Argentina adalah jawabannya. Keduanya sudah terlibat dalam persaingan sejak mereka berada dalam lingkup yang sama yakni Liga Spanyol. Ketika Ronaldo membela Real Madrid dan Messi pada kubu berlawanan bersama Barcelona, kedua pemain ini langsung menjadi musuh abadi secara tidak sadar.
Sejak musim 2009-2010, kali pertama Ronaldo dan Messi bersaing langsung di Liga Spanyol. Keduanya mencatat lebih dari satu gol per pertandingan. Ronaldo dengan 1,11 gol per laga (197 gol dalam 176 laga) dan Messi dengan 1,10 gol per laga (199 gol dalam 180 laga). Sejak saat itu dalam lima tahun terakhir gelar pencetak gol terbanyak di Spanyol selalu bergantian jadi milik Ronaldo atau Messi. Messi melakukannya sebanyak tiga kali (2009-2010, 2011-2012, dan 2012-2013) dan Ronaldo dua kali (2011-2012 dan 2013-2014).
Dalam setiap kesempatan itu keduanya juga selalu memenangkan Sepatu Emas Eropa. Baik Messi dan Ronaldo juga bergantian menyandang status peraih gelar Ballon d'Or sejak tujuh tahun terakhir, dan bahkan performa keduanya selalu jadi tolak ukur prestasi klub masig-masing. Rivalitas yang tak berujung ini juga telah memungkinkan keduanya mematahkan sejumlah rekor. Tak hanya di dalam lapangan, persaingan keduanya juga meluas ke kehidupan peribadi.
Bila Ronaldo dikenal sebagai pemain flamboyan yang suka pamer mobil mewah, rumah besar, perhiasan, hingga pacar cantik. Sementara Messi memainkan peran sebagai pemain rendah hati yang ramah dan sederhana. Pertanyaan siapa yang terbaik antara keduanya, sepertinya bakal tidak akan terjawab selama kita masih menikmati sihir mereka berdua di sepak bola.
3. Steven Gerrard versus Frank Lampard
Status satu negara tidak menghalangi Gerrard dan Lampard bersaing secara sehat bersama klubnya masing-masing Chelsea dan Liverpool di kompetisi Liga Inggris. Dengan gaya dan karakter yang hampir sama yakni mengandalkan tendangan keras jarak jauh dengan akurasi umpan sempurna, membuat keduanya kerap diperbandingkan. Apalagi baik Gerrard dan Lampard juga memakai nomor punggung yang sama 8, yang kerap dianggap sebagai pemain kunci dalam skuatnya.
Bersama skuat berjuluk The Reds, Gerrard telah menjadi bagian yang hampir tidak terpisahkan dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan bak kapten Liverpool yaris tidak terlepas dari lengannya. Gerrard sepertinya punya kemampuan untuk memberikan ikatan yang sangat kuat untuk klub dan juga rekan setimnya. Segudang prestasi telah dipersembahkan Gerrard bersama Liverpool, dengan pencapaian terbaik meraih treble winner pada musim 2000-2001.
Gerrard digambarkan sebagai salah satu gelandang Inggris terbesar dalam sejarah, seorang pemimpin sejati, dan seorang pelari tak kenal lelah dengan visi yang luar biasa dengan tembakan dari jarak jauh yang ditakuti di seluruh dunia dan pencetak gol produktif untuk seorang gelandang. Tapi Gerrard tidak sendirian, masih ada sosok Lampard yang juga mempunyai kemampuan tidak lebih sama.
Bersama Chelsea, Lampard telah menghantar klub asal London itu sebagai salah satu klub papan atas Liga Inggris. Musim 2004-2005 merupakan musim tersukses dalam sejarah Chelsea, dan Lampard ikut andil di dalamnya. Ia bermain di seluruh pertandingan dalam Liga Inggris dan berhasil mencetak 13 gol. Kini kedua ikon Liga Inggris dan Timnas Inggris pada dekade 2000 itu akan pergi dari Inggris, namun bukan berarti rivalitas Gerrard dan Lampard berakhir.
Lampard sudah memutuskan untuk bergabung dengan New York City FC pada akhir musim lalu dan kemudian beberapa bulan kemudian Gerrard juga hengkang ke Los Angeles Galaxy. Dengan demikian rivalitas Lampard dan Gerrard bakal terus berlanjut, namun kali ini kompetisi Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat, yang bakal jadi panggung mereka untuk unjuk kemampuan.
4. Gerd Muller, Jupp Heynceks versus Klaus Fischer
Dalam urusan mencetak gol di ajang Bundesliga, Jerman kemampuan ketiga pemain ini yakni Gerd Muller, Jupp Heynceks versus Klaus Fischer tidak perlu diragukan lagi. Sosok Gerd Muller mungkin adalah sosok yang paling berjasa membuat Bayern Muenchen dikenal sebagai salah satu klub terbaik asal Jerman hingga saat ini. Pasalnya setelah beberapa tahun hanya mencicipi Regionalliga Sud, yaitu satu tingkat di bawah kompetisi utama Bundesliga.
Kehadiran Muller yang bergabung tahun 1964, sukses membawa The Bavarians -julukan Bayern- promosi ke kasta tertinggi satu musim kemudian. Bersama Muenchen, Muller memenangi Bundesliga empat kali, Piala Jerman empat kali, Piala Champions tiga kali, Piala Interkontinental sekali, dan Piala Winners sekali. Sosoknya dikenal sebagai pencetak gol yang oportunis, dengan menyandang tujuh kali pencetak gol terbanyak di Jerman dan dua kali di Eropa.
Sejauh ini Muller adalah pencetak gol sepanjang masa Bundesliga dengan 365 kali merobek gawang lawan dari 427 kali membela Bayern. Tapi Muller tidak sendirian, penyerang Schalke04, Klaus Fischer adalah sosok yang kerap dibandingkan dengan sang legenda. Pemain yang dikenal lewat bicycle kicks itu sudah mencetak 268 gol sepanjang periode 1968 hingga 1998, bersama empat klub asal Jerman, TSV 1860 Muenchen, Schalke 04, FC Köln dan VfL Bochum.
Selanjutnya ada Jupp Heynckes yang meramaikan persaingan tentang siapa yang layak disebut predator nomor satu di Bundesliga, Jerman. Heynckes memang hanya menempati peringkat ketiga dengan 268 gol saat membela Borussia Mönchengladbach di era keemasan tahun 1960-an dan 1970-an di mana dia memenangkan banyak kejuaraan nasional dan Piala UEFA. Hingga kini ketiganya kerap dijadikan acuan, ketika ada seorang penyerang haus gol yang menghiasai kompetisi Bundesliga.
5. Roy Keane versus Patrick Vieira
Persaingan antara Manchester United dan Arsenal pada akhir 1990-an dan awal 2000, membuat kompetisi Liga Inggris jadi salah satu liga terpanas di Eropa. Rivalitas antara kedua klub berimbas kepada kedua penggawa masing-masing klub yakni Keane pada kubu United dan Vieira di sisi skuat The Gunners -julukan Arsenal-. Tidak hanya soal skill dan prestasi, persaingan antara kedua kapten tersebut juga berujung perkelahian. Tidak jarang keduanya terlibat konfrontasi baik saat di dalam maupun luar lapangan.
Lorong pemain di Stadion Highbury, 1 Februari 2005, menjadi saksi rivalitas panas antara dua kapten serta gelandang jangkar kedua klub. Keane saat itu bertengkar hebat dengan Vieira, ketika menuju ke kamar ganti pemain. Keane ditengarai melontarkan ejekan kepada Vieira, hingga wasit Graham Poll harus turun tangan untuk melerai pertikaian antara keduanya. Membicarakan rivalitas United-Arsenal tanpa menyinggung perseteruan dua kapten Keane dan Vieira sepertinya tidak lengkap.
Sementara setelah sekian lama Viera pernah mengatakan kangen dengan rivalitas United dan Arsenal. "Saat aku di Arsenal, Manchester (United) adalah tim terbaik di Inggris, karena mereka menjuarai liga empat kali dalam lima tahun terakhir," kenang Vieira.
"Ada persaingan hebat antara keduanya dan setiap pertandingan yang kumainkan menghadapi Manchester selalu berlangsung ketat, sangat sulit. Banyak ketegangan, banyak perdebatan, banyak pertikaian. Tapi, itu semua fantastis. Aku sangat menyukainya," jelas Viera. Tunggu kelanjutan edisi 10 rivalitas abadi di jagat sepak bola dunia selanjutnya.
Skill hebat dengan kemampuan di atas rata-rata pemain lain serta sederet prestasi baik bersama klub maupun individu, membuat kedua pesepakbola dunia ini kerap diperbandingkan siapa jadi yang terbaik. Entah itu di era yang sama atau di klub yang berbeda, rivalitas selalu hadir dalam sepak bola. Dari sekian banyak kisah heroik dan spektakuler dari sebuah rivalitas, Sindonews coba merangkumnya jadi 10 Rivalitas Abadi di Jagat Sepak Bola Dunia:
1. Pele versus Maradona
Dalam urutan pertama rivalitas paling kesohor dalam dunia sepak bola yakni Pele dari Brazil dan wakil Argentina, Maradona yang seringkali diperdebatkan sebagai pemain sepakbola dunia terbaik sepanjang massa. Meski berasal dari era yang berbeda, namun keduanya berasal dari negara langganan juara dunia yang kerap diperbandingkan. Bukan rahasia lagi, jika dua orang ini memang selalu dikaitkan satu sama lain. Debat siapa yang pantas menyandang gelar terbaik di jagat sepakbola membuat keduanya sering terlibat saling serang pernyataan.
Kemampuan pemilik nama lengkap Edison Arantes do Nasicimento atau yang lebih dikenal dengan nama Pele memang tidak perlu diragukan lagi. Pemain yang dijuluki O Rey atau yang berarti Sang Raja itu, mencuri perhatian dunia bersama timnya Santos di era 60-an. Sepanjang karirnya di Santos, Pele telah mempersembahkan banyak trofi bergengsi. Tak hanya bersinar dalam level klub, Pele juga sukses menghantar timnas Brazil menjadi juara dunia 1958 dan 1962.
Sementara Maradona tetap bersikukuh dirinya lebih baik dari Pele. Maradona menilai kiprahnya di pentas sepakbola Eropa menjadi bukti keunggulan dirinya atas Pele. Maradona memang lebih dikenal setelah berhasil mempersembahkan gelar Seri A, Liga Italia buat Napoli pada 1987 dan 1990. Selama 10 tahun Maradona bersinar di kompetisi Eropa bersama Napoli dan Barcelona.
Ironinya, Maradona hanya sekali mengangkat trofi Piala Dunia. Sedangkan Pele telah tiga kali yakni 1958, 1962 dan 1970 dimana yang pertama diraih saat masih berusia 17 tahun. Hingga kini perdebatan siapa yang terbaik antara Pele dan Maradona masih jadi subyek yang selalu seru diperbincangkan.
2. Cristiano Ronaldo versus Lionel Messi
Bilang ada yang paling layak disebut sebagai rivalitas abadi, mungkin persaingan bintang Portugal, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi dari Argentina adalah jawabannya. Keduanya sudah terlibat dalam persaingan sejak mereka berada dalam lingkup yang sama yakni Liga Spanyol. Ketika Ronaldo membela Real Madrid dan Messi pada kubu berlawanan bersama Barcelona, kedua pemain ini langsung menjadi musuh abadi secara tidak sadar.
Sejak musim 2009-2010, kali pertama Ronaldo dan Messi bersaing langsung di Liga Spanyol. Keduanya mencatat lebih dari satu gol per pertandingan. Ronaldo dengan 1,11 gol per laga (197 gol dalam 176 laga) dan Messi dengan 1,10 gol per laga (199 gol dalam 180 laga). Sejak saat itu dalam lima tahun terakhir gelar pencetak gol terbanyak di Spanyol selalu bergantian jadi milik Ronaldo atau Messi. Messi melakukannya sebanyak tiga kali (2009-2010, 2011-2012, dan 2012-2013) dan Ronaldo dua kali (2011-2012 dan 2013-2014).
Dalam setiap kesempatan itu keduanya juga selalu memenangkan Sepatu Emas Eropa. Baik Messi dan Ronaldo juga bergantian menyandang status peraih gelar Ballon d'Or sejak tujuh tahun terakhir, dan bahkan performa keduanya selalu jadi tolak ukur prestasi klub masig-masing. Rivalitas yang tak berujung ini juga telah memungkinkan keduanya mematahkan sejumlah rekor. Tak hanya di dalam lapangan, persaingan keduanya juga meluas ke kehidupan peribadi.
Bila Ronaldo dikenal sebagai pemain flamboyan yang suka pamer mobil mewah, rumah besar, perhiasan, hingga pacar cantik. Sementara Messi memainkan peran sebagai pemain rendah hati yang ramah dan sederhana. Pertanyaan siapa yang terbaik antara keduanya, sepertinya bakal tidak akan terjawab selama kita masih menikmati sihir mereka berdua di sepak bola.
3. Steven Gerrard versus Frank Lampard
Status satu negara tidak menghalangi Gerrard dan Lampard bersaing secara sehat bersama klubnya masing-masing Chelsea dan Liverpool di kompetisi Liga Inggris. Dengan gaya dan karakter yang hampir sama yakni mengandalkan tendangan keras jarak jauh dengan akurasi umpan sempurna, membuat keduanya kerap diperbandingkan. Apalagi baik Gerrard dan Lampard juga memakai nomor punggung yang sama 8, yang kerap dianggap sebagai pemain kunci dalam skuatnya.
Bersama skuat berjuluk The Reds, Gerrard telah menjadi bagian yang hampir tidak terpisahkan dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan bak kapten Liverpool yaris tidak terlepas dari lengannya. Gerrard sepertinya punya kemampuan untuk memberikan ikatan yang sangat kuat untuk klub dan juga rekan setimnya. Segudang prestasi telah dipersembahkan Gerrard bersama Liverpool, dengan pencapaian terbaik meraih treble winner pada musim 2000-2001.
Gerrard digambarkan sebagai salah satu gelandang Inggris terbesar dalam sejarah, seorang pemimpin sejati, dan seorang pelari tak kenal lelah dengan visi yang luar biasa dengan tembakan dari jarak jauh yang ditakuti di seluruh dunia dan pencetak gol produktif untuk seorang gelandang. Tapi Gerrard tidak sendirian, masih ada sosok Lampard yang juga mempunyai kemampuan tidak lebih sama.
Bersama Chelsea, Lampard telah menghantar klub asal London itu sebagai salah satu klub papan atas Liga Inggris. Musim 2004-2005 merupakan musim tersukses dalam sejarah Chelsea, dan Lampard ikut andil di dalamnya. Ia bermain di seluruh pertandingan dalam Liga Inggris dan berhasil mencetak 13 gol. Kini kedua ikon Liga Inggris dan Timnas Inggris pada dekade 2000 itu akan pergi dari Inggris, namun bukan berarti rivalitas Gerrard dan Lampard berakhir.
Lampard sudah memutuskan untuk bergabung dengan New York City FC pada akhir musim lalu dan kemudian beberapa bulan kemudian Gerrard juga hengkang ke Los Angeles Galaxy. Dengan demikian rivalitas Lampard dan Gerrard bakal terus berlanjut, namun kali ini kompetisi Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat, yang bakal jadi panggung mereka untuk unjuk kemampuan.
4. Gerd Muller, Jupp Heynceks versus Klaus Fischer
Dalam urusan mencetak gol di ajang Bundesliga, Jerman kemampuan ketiga pemain ini yakni Gerd Muller, Jupp Heynceks versus Klaus Fischer tidak perlu diragukan lagi. Sosok Gerd Muller mungkin adalah sosok yang paling berjasa membuat Bayern Muenchen dikenal sebagai salah satu klub terbaik asal Jerman hingga saat ini. Pasalnya setelah beberapa tahun hanya mencicipi Regionalliga Sud, yaitu satu tingkat di bawah kompetisi utama Bundesliga.
Kehadiran Muller yang bergabung tahun 1964, sukses membawa The Bavarians -julukan Bayern- promosi ke kasta tertinggi satu musim kemudian. Bersama Muenchen, Muller memenangi Bundesliga empat kali, Piala Jerman empat kali, Piala Champions tiga kali, Piala Interkontinental sekali, dan Piala Winners sekali. Sosoknya dikenal sebagai pencetak gol yang oportunis, dengan menyandang tujuh kali pencetak gol terbanyak di Jerman dan dua kali di Eropa.
Sejauh ini Muller adalah pencetak gol sepanjang masa Bundesliga dengan 365 kali merobek gawang lawan dari 427 kali membela Bayern. Tapi Muller tidak sendirian, penyerang Schalke04, Klaus Fischer adalah sosok yang kerap dibandingkan dengan sang legenda. Pemain yang dikenal lewat bicycle kicks itu sudah mencetak 268 gol sepanjang periode 1968 hingga 1998, bersama empat klub asal Jerman, TSV 1860 Muenchen, Schalke 04, FC Köln dan VfL Bochum.
Selanjutnya ada Jupp Heynckes yang meramaikan persaingan tentang siapa yang layak disebut predator nomor satu di Bundesliga, Jerman. Heynckes memang hanya menempati peringkat ketiga dengan 268 gol saat membela Borussia Mönchengladbach di era keemasan tahun 1960-an dan 1970-an di mana dia memenangkan banyak kejuaraan nasional dan Piala UEFA. Hingga kini ketiganya kerap dijadikan acuan, ketika ada seorang penyerang haus gol yang menghiasai kompetisi Bundesliga.
5. Roy Keane versus Patrick Vieira
Persaingan antara Manchester United dan Arsenal pada akhir 1990-an dan awal 2000, membuat kompetisi Liga Inggris jadi salah satu liga terpanas di Eropa. Rivalitas antara kedua klub berimbas kepada kedua penggawa masing-masing klub yakni Keane pada kubu United dan Vieira di sisi skuat The Gunners -julukan Arsenal-. Tidak hanya soal skill dan prestasi, persaingan antara kedua kapten tersebut juga berujung perkelahian. Tidak jarang keduanya terlibat konfrontasi baik saat di dalam maupun luar lapangan.
Lorong pemain di Stadion Highbury, 1 Februari 2005, menjadi saksi rivalitas panas antara dua kapten serta gelandang jangkar kedua klub. Keane saat itu bertengkar hebat dengan Vieira, ketika menuju ke kamar ganti pemain. Keane ditengarai melontarkan ejekan kepada Vieira, hingga wasit Graham Poll harus turun tangan untuk melerai pertikaian antara keduanya. Membicarakan rivalitas United-Arsenal tanpa menyinggung perseteruan dua kapten Keane dan Vieira sepertinya tidak lengkap.
Sementara setelah sekian lama Viera pernah mengatakan kangen dengan rivalitas United dan Arsenal. "Saat aku di Arsenal, Manchester (United) adalah tim terbaik di Inggris, karena mereka menjuarai liga empat kali dalam lima tahun terakhir," kenang Vieira.
"Ada persaingan hebat antara keduanya dan setiap pertandingan yang kumainkan menghadapi Manchester selalu berlangsung ketat, sangat sulit. Banyak ketegangan, banyak perdebatan, banyak pertikaian. Tapi, itu semua fantastis. Aku sangat menyukainya," jelas Viera. Tunggu kelanjutan edisi 10 rivalitas abadi di jagat sepak bola dunia selanjutnya.
(akr)