10 Rivalitas Paling Kesohor di Jagat Sepakbola Dunia (Edisi 2)
A
A
A
MADRID - Menyambung edisi pertama 10 rivalitas abadi di jagat sepakbola dunia, dimana Sindonews membahas lima persaingan sengit antar pemain. Kali ini dengan tema yang sama, akan dibahas lima persaingan lanjutan yang selalu menjadi bumbu menarik dalam menyedot perhatian penikmat dan pecinta sepak bola. Bila sebelumnya persaingan antara pemain kelas dunia didominasi posisi penyerang, kini posisi penjaga gawang juga tidak luput dari rivalitas sengit.
Kompetisi yang hanya menghadirkan satu pemenang membuat rivalitas tidak bisa dipisahkan dalam dunia sepak bola. Mulai dari posisi penyerang, bek, gelandang, hingga penjaga gawang tidak lepas dari persaingan sengit. Dari sekian banyak kisah heroik dan spektakuler dari sebuah rivalitas, Sindonews coba merangkumnya jadi 10 Rivalitas Paling Kesohor di Jagat Sepak Bola Dunia, Edisi 2:
(Baca Juga: 10 Rivalitas Abadi di Jagat Sepakbola Dunia (Edisi 1)
6. Gialuigi Buffon v Iker Casillas
Sejak usia muda sosok Iker Casillas dan Gialuigi Buffon sudah menjadi perhatian dunia, lewat bakat dan talentanya di dunia sepakbola. Posisi penjaga gawang yang menjadi pilihan keduanya, tidak membuat Casillas serta Buffon kehilangan sorotan. Justru sebagai benteng terakhir sebuah tim, mereka berdua membuktikan sebagai salah satu pemain terbaik di olahraga olah kulit bundar. Dalam perjalanannya baik Casillas dan Buffon adalah penjaga gawang legendaris dalam sepuluh tahun terakhir baik dalam level klub maupun di tim nasional masing-masing.
Casillas bersama Spanyol serta Buffon yang mewakili Italia, mambuat keduanya sering diperbandingkan. Buffon sukses mengantar Gli Azzuri -julukan Italia- merengkuh trofi Piala Dunia 2006 sementara Casillas sukses mengantar La Furia Roja -julukan Spanyol- merajai Eropa (Piala Eropa 2008), Juara Dunia 2010 dan terakhir Piala Eropa 2012. Keduanya pun sering berduel satu lapangan baik di level klub maupun di level tim nasional. Terakhir, Buffon dan Casillas beradu kuat di Final Piala Eropa 2012 yang dimenangkan Spanyol.
Penampilan Casillas tidak hanya gemilang bersama Spanyol, tapi juga dengan timnya, Real Madrid. Memulai karir hanya di satu klub, Casillas sukses membawa Madrid merajai Eropa dan Liga Spanyol dalam beberapa tahun terakhir. Musim 2007-2008 adalah musim yang manis bagi Casillas saat ia membantu Real Madrid merebut kembali gelar ke-31 La Liga dan hanya kebobolan 32 gol dalam 36 pertandingan untuk mengklaim Trophy Zamora. Terakhir kali Casillas sukses membawa Madrid meraih gelar La Decima (Kesepuluh) di Liga Champions, musim lalu.
Tak jauh beda dengan rivalnya, sinar Buffon juga gemilang di Liga Italia, menarik perhatian sejak membela Parma untuk kemudian membela Juventus hingga saat ini. Buffon telah menjelma jadi salah satu legenda klub raksasa asal Italia berjuluk La Vegnia Signora tersebut. Pada tiga musim terakhir, Buffon membuat dominasi Juve tidak terbantahkan di Italia dengan menyabet Scudetto secara beruntun. Atmosfer persaingan dua kiper top Eropa ini sepertinya tak memengaruhi persahabatan di antara keduanya. Kedua kapten di Tim Nasional ini memang dikenal dekat di luar lapangan. Persahabatan keduanya pun sering terlihat sebelum dan seusai laga.
7. Ronaldinho v Zinedine Zidane
Keduanya memang tidak pernah terlibat persaingan secara langsung, meski masing-masing membela klub berlawanan yang punya sejarah persaingan sengit di ajang Liga Spanyol. Ronaldinho mampu menyihir penggila sepak bola sewaktu berseragam Barcelona, sedangkan Zidane mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pemain terbaik dunia sewaktu membela Real Madrid. Ketika sepak bola adalah sebagian besar tentang kecerdasan, kecerdikan penempatan posisi dan kemampuan skill hebat, maka dua nama Ronaldinho dan Zidane pas untuk mewakili pemain cerdas dalam sepak bola.
Zidane yang berpaspor Prancis dikenal sebagai pengatur serangan yang tidak ada duanya. Bersama Madrid dan timnas Prancis, pemain keturunan Aljazair itu mempersembahkan banyak trofi bergengsi. Sebelumnya mengangkat performa Madrid, Zidane yang piawai dalam menggocek bola, punya umpan terukur serta handal dalam eksekutor bola mati, lebih dulu menjadi ikon raksasa Italia, Juventus. Setelah penampilan yang sangat fantastis di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, publik sepak bola menganggapnya sebagai pemain terbaik di dunia.
Ia dikenal punya keahlian melakukan dribbling dan penguasaan bola sering membuat pemain lawan merasa frustasi karena sulitnya merebut bola darinya. Tak beda jauh dengan Zidane, pemain asal Brazil, Ronaldinho juga punya kemampuan yang tidak kalah hebatnya. Keduanya punya cara unik untuk menyihir penikmat sepak bola lewat skill mengagumkan. Gaya permainannya yang suka mempertontonkan “freestyle soccer” selalu mengundang decak kagum. Ronaldinho seringkali pemain lawan dilewati dengan menggunakan trik-trik yang fantastik.
Bahkan pernah suatu kali, penonton dari seteru abadi timnya, Real Madrid, melakukan standing ovation kepada pemain satu ini, karena berhasil melewati beberapa pemain sekaligus hingga mencetak gol akhirnya. Bukan sesuatu yang sering dilakukan oleh penonton Real Madrid tentunya apalagi rivalitas kedua tim sangat tajam. Meski Zidane dan Ronaldinho tidak pernah terlibat persaingan langsung, namun keduanya kerap diperbandingkan ketika membicarakan playmaker terbaik dalam dunia sepak bola.
8. Ruud Van Nistelrooy v Thierry Henry
Persaingan sengit antara Manchester United dan Arsenal, kembali menjalar ke penggawa masing-masing klub. Setelah sebelumnya Keane dan Vieira terlibat rivalitas hebat yang tidak hanya melulu soal skill dan prestasi, hingga berujung perkelahian dan tidak jarang keduanya terlibat konfrontasi baik saat di dalam maupun luar lapangan. Tidak hanya melibatkan kedua kapten, penyerang dari kedua kubu yakni Thierry Henry dan Ruud Van Nistelrooy juga tidak kalah terlibat persaingan. Selama lima tahun bermain di Liga Inggris, Henry dan Nistelrooy kerap bersaing dalam urusan mencetak gol untuk mengukuhkan posisinya sebagai penyerang nomor wahid di Inggris.
Didatangkan United dari PSV Eindhoven pada 25 April 2000, Nistelrooy langsung tampil trengginas. Tidak tanggung-tanggung, penyerang asal Belanda itu langsung mencetak 23 gol dari 32 penampilan di Liga Inggris, plus 10 gol di ajang Liga Champions, yang kemudian membuatnya menjadi debutan terbaik. Namun sayang Henry masih menjadi raja dalam urusan menjebol gawang lawan dengan menyandang top skor lewat rentetan 24 gol dimusim 2001-2002.
Pada musim berikutnya, Nistelrooy membalas dengan mencetak 25 gol dan menjadi penyerang paling subur di Liga Inggris sekaligus membawa Manchester United merebut gelar Liga Inggris ke-15. Performa Nistelrooy masih terus melesat, meski tiga musim selanjutnya Henry selalu jadi langganan top skor. Meski keduanya tidak lagi bermain di Liga Inggris, namun kemampuan Nistelrooy di dalam kotak terlarang serta Henry yang identik dengan kecepatan, selalu jadi ikon Liga Inggris dalam urusan penyerang terbaik di Inggris.
9. Alessandro Del Piero v Francesco Totti
Keduanya sempat menjadi duta sepak bola Italia, bersama timnya masing-masing AS Roma dan Juventus lewat kemampuan fantastis. Menyandang gelar dua legenda besar Italia, Alessandro Del Piero dan Francesco Totti kerap menghadirkan rivalitas dalam duel menarik saat Roma dan Juve saling jegal. Tidak hanya bersaing dalam level klub, keduanya juga berebut pemilik jersey no. 10 tim nasional Italia dan mereka tidak pernah ingin bermain bersama sebagai satu tim nasional untuk menentukan siapa yang terbaik. Pertanyaan siapa yang terhebat antara keduanya, masih jadi perdebatan hingga kini.
Apabila melihat pencapaian di Eropa, maka Del Piero lebih unggul karena menjadi salah satu dari 10 top skor Liga Champions sepanjang masa. Sementara Totti bahkan tidak masuk dalam 50 besar. Sementara untuk urusan kompetisi domestik, Totti menjadi raja karena jadi top skor kedua Seri A, Liga Italia sepanjang masa. Saat Del Piero sudah tidak lagi membela Juve, Totti yang kini berusia 38 tahun masih setia membela klub berjuluk Serigala Ibukota itu.
Dari segi kemampuan, keduanya punya gaya bermain serupa. Tapi Totti diberkati bakat yang unik seperti kemampuannya melakukan back-heels, panenka, through passess dan lainnya. Hal ini membawa Totti meraih gelar pemain terbaik Seri A dua kali, sedangkan Del Piero belum sekalipun meraihnya. Namun dalam urusan mempersembahkan gelar buat klub, Del Piero lebih unggul dengan delapan gelar Liga Italia, dan Totti hanya sukses membawa Roma satu kali jadi juara dimusim 2000-2001.
Namun jika kombinasi antara kedua pemain digabungkan, hasilnya adalah Italia yang menjadi juara Piala Dunia 2006. Kalau Totti berperan penting dalam mengatur serangan, Del Piero berjasa atas gol-golnya seperti saat mengalahkan Jerman lewat gol di perpanjangan waktu atau saat adu penalti di final. Disaat perbandingan keduanya masih terus bergulir, tidak bisa dipungkiri bila keduanya lebih baik jika bersatu.
10. Oliver Kahn v Jens Lehman
Dibuka lewat persaingan sengit di posisi penjaga gawang, deretan 10 rivalitas paling kesohor di jagat sepak bola dunia, edisi kedua kali ini juga ditutup oleh pertarungan pada posisi yang sama antara Oliver Kahn versus Jens Lehman. Perebutan siapa yang layak menjadi nomor satu di timnas Jerman, jadi awal persaingan dua legenda Der Panzer -julukan Jerman- tersebut. Kahn yang selalu mendominasi dalam urusan menjaga gawang timnas Jerman selama delapan tahun, membuat dirinya mengaku lebih hebat dari Lehmann. Mengumpulkan 66 caps bersama Jerman, membuat dirinya selalu berada di bawah bayang-bayang Kahn.
Kahn memang lebih unggul bila ukurannya adalah jumlah penampilan bersama Jerman dengan 86 caps. Khan kerap menganggap dirinya sebagai yang terbaik dan legendaris, sementara Lehmann tentu saja tidak mau diremehkan. Bahkan Kahn dengan congkak menyebut dirinya sejajar dengan penjaga gawang legendaris seperti Sepp Maier, Toni Schumacher, dan Bodo Illgner. Dia bahkan meletakkan namanya sendiri di daftar ''era emas dari pemain kelas dunia dengan kaos nomor satu'' Jerman. Sementara itu Lehmann kerap membalas pernyataan Khan yang berbuntut persaingan sengit antara keduanya.
Persaingan antara keduanya semakin memanas ketika Lehman mendapatkan giliran mengenakan jersey nomor satu Jerman pada Piala Dunia 2006. Setelahnya Kahn dan Lehmann sering saling ejek, meski begitu tidak diragukan lagi bila keduanya adalah penjaga gawang terbaik yang pernah dimiliki timnas Jerman.
Kompetisi yang hanya menghadirkan satu pemenang membuat rivalitas tidak bisa dipisahkan dalam dunia sepak bola. Mulai dari posisi penyerang, bek, gelandang, hingga penjaga gawang tidak lepas dari persaingan sengit. Dari sekian banyak kisah heroik dan spektakuler dari sebuah rivalitas, Sindonews coba merangkumnya jadi 10 Rivalitas Paling Kesohor di Jagat Sepak Bola Dunia, Edisi 2:
(Baca Juga: 10 Rivalitas Abadi di Jagat Sepakbola Dunia (Edisi 1)
6. Gialuigi Buffon v Iker Casillas
Sejak usia muda sosok Iker Casillas dan Gialuigi Buffon sudah menjadi perhatian dunia, lewat bakat dan talentanya di dunia sepakbola. Posisi penjaga gawang yang menjadi pilihan keduanya, tidak membuat Casillas serta Buffon kehilangan sorotan. Justru sebagai benteng terakhir sebuah tim, mereka berdua membuktikan sebagai salah satu pemain terbaik di olahraga olah kulit bundar. Dalam perjalanannya baik Casillas dan Buffon adalah penjaga gawang legendaris dalam sepuluh tahun terakhir baik dalam level klub maupun di tim nasional masing-masing.
Casillas bersama Spanyol serta Buffon yang mewakili Italia, mambuat keduanya sering diperbandingkan. Buffon sukses mengantar Gli Azzuri -julukan Italia- merengkuh trofi Piala Dunia 2006 sementara Casillas sukses mengantar La Furia Roja -julukan Spanyol- merajai Eropa (Piala Eropa 2008), Juara Dunia 2010 dan terakhir Piala Eropa 2012. Keduanya pun sering berduel satu lapangan baik di level klub maupun di level tim nasional. Terakhir, Buffon dan Casillas beradu kuat di Final Piala Eropa 2012 yang dimenangkan Spanyol.
Penampilan Casillas tidak hanya gemilang bersama Spanyol, tapi juga dengan timnya, Real Madrid. Memulai karir hanya di satu klub, Casillas sukses membawa Madrid merajai Eropa dan Liga Spanyol dalam beberapa tahun terakhir. Musim 2007-2008 adalah musim yang manis bagi Casillas saat ia membantu Real Madrid merebut kembali gelar ke-31 La Liga dan hanya kebobolan 32 gol dalam 36 pertandingan untuk mengklaim Trophy Zamora. Terakhir kali Casillas sukses membawa Madrid meraih gelar La Decima (Kesepuluh) di Liga Champions, musim lalu.
Tak jauh beda dengan rivalnya, sinar Buffon juga gemilang di Liga Italia, menarik perhatian sejak membela Parma untuk kemudian membela Juventus hingga saat ini. Buffon telah menjelma jadi salah satu legenda klub raksasa asal Italia berjuluk La Vegnia Signora tersebut. Pada tiga musim terakhir, Buffon membuat dominasi Juve tidak terbantahkan di Italia dengan menyabet Scudetto secara beruntun. Atmosfer persaingan dua kiper top Eropa ini sepertinya tak memengaruhi persahabatan di antara keduanya. Kedua kapten di Tim Nasional ini memang dikenal dekat di luar lapangan. Persahabatan keduanya pun sering terlihat sebelum dan seusai laga.
7. Ronaldinho v Zinedine Zidane
Keduanya memang tidak pernah terlibat persaingan secara langsung, meski masing-masing membela klub berlawanan yang punya sejarah persaingan sengit di ajang Liga Spanyol. Ronaldinho mampu menyihir penggila sepak bola sewaktu berseragam Barcelona, sedangkan Zidane mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pemain terbaik dunia sewaktu membela Real Madrid. Ketika sepak bola adalah sebagian besar tentang kecerdasan, kecerdikan penempatan posisi dan kemampuan skill hebat, maka dua nama Ronaldinho dan Zidane pas untuk mewakili pemain cerdas dalam sepak bola.
Zidane yang berpaspor Prancis dikenal sebagai pengatur serangan yang tidak ada duanya. Bersama Madrid dan timnas Prancis, pemain keturunan Aljazair itu mempersembahkan banyak trofi bergengsi. Sebelumnya mengangkat performa Madrid, Zidane yang piawai dalam menggocek bola, punya umpan terukur serta handal dalam eksekutor bola mati, lebih dulu menjadi ikon raksasa Italia, Juventus. Setelah penampilan yang sangat fantastis di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, publik sepak bola menganggapnya sebagai pemain terbaik di dunia.
Ia dikenal punya keahlian melakukan dribbling dan penguasaan bola sering membuat pemain lawan merasa frustasi karena sulitnya merebut bola darinya. Tak beda jauh dengan Zidane, pemain asal Brazil, Ronaldinho juga punya kemampuan yang tidak kalah hebatnya. Keduanya punya cara unik untuk menyihir penikmat sepak bola lewat skill mengagumkan. Gaya permainannya yang suka mempertontonkan “freestyle soccer” selalu mengundang decak kagum. Ronaldinho seringkali pemain lawan dilewati dengan menggunakan trik-trik yang fantastik.
Bahkan pernah suatu kali, penonton dari seteru abadi timnya, Real Madrid, melakukan standing ovation kepada pemain satu ini, karena berhasil melewati beberapa pemain sekaligus hingga mencetak gol akhirnya. Bukan sesuatu yang sering dilakukan oleh penonton Real Madrid tentunya apalagi rivalitas kedua tim sangat tajam. Meski Zidane dan Ronaldinho tidak pernah terlibat persaingan langsung, namun keduanya kerap diperbandingkan ketika membicarakan playmaker terbaik dalam dunia sepak bola.
8. Ruud Van Nistelrooy v Thierry Henry
Persaingan sengit antara Manchester United dan Arsenal, kembali menjalar ke penggawa masing-masing klub. Setelah sebelumnya Keane dan Vieira terlibat rivalitas hebat yang tidak hanya melulu soal skill dan prestasi, hingga berujung perkelahian dan tidak jarang keduanya terlibat konfrontasi baik saat di dalam maupun luar lapangan. Tidak hanya melibatkan kedua kapten, penyerang dari kedua kubu yakni Thierry Henry dan Ruud Van Nistelrooy juga tidak kalah terlibat persaingan. Selama lima tahun bermain di Liga Inggris, Henry dan Nistelrooy kerap bersaing dalam urusan mencetak gol untuk mengukuhkan posisinya sebagai penyerang nomor wahid di Inggris.
Didatangkan United dari PSV Eindhoven pada 25 April 2000, Nistelrooy langsung tampil trengginas. Tidak tanggung-tanggung, penyerang asal Belanda itu langsung mencetak 23 gol dari 32 penampilan di Liga Inggris, plus 10 gol di ajang Liga Champions, yang kemudian membuatnya menjadi debutan terbaik. Namun sayang Henry masih menjadi raja dalam urusan menjebol gawang lawan dengan menyandang top skor lewat rentetan 24 gol dimusim 2001-2002.
Pada musim berikutnya, Nistelrooy membalas dengan mencetak 25 gol dan menjadi penyerang paling subur di Liga Inggris sekaligus membawa Manchester United merebut gelar Liga Inggris ke-15. Performa Nistelrooy masih terus melesat, meski tiga musim selanjutnya Henry selalu jadi langganan top skor. Meski keduanya tidak lagi bermain di Liga Inggris, namun kemampuan Nistelrooy di dalam kotak terlarang serta Henry yang identik dengan kecepatan, selalu jadi ikon Liga Inggris dalam urusan penyerang terbaik di Inggris.
9. Alessandro Del Piero v Francesco Totti
Keduanya sempat menjadi duta sepak bola Italia, bersama timnya masing-masing AS Roma dan Juventus lewat kemampuan fantastis. Menyandang gelar dua legenda besar Italia, Alessandro Del Piero dan Francesco Totti kerap menghadirkan rivalitas dalam duel menarik saat Roma dan Juve saling jegal. Tidak hanya bersaing dalam level klub, keduanya juga berebut pemilik jersey no. 10 tim nasional Italia dan mereka tidak pernah ingin bermain bersama sebagai satu tim nasional untuk menentukan siapa yang terbaik. Pertanyaan siapa yang terhebat antara keduanya, masih jadi perdebatan hingga kini.
Apabila melihat pencapaian di Eropa, maka Del Piero lebih unggul karena menjadi salah satu dari 10 top skor Liga Champions sepanjang masa. Sementara Totti bahkan tidak masuk dalam 50 besar. Sementara untuk urusan kompetisi domestik, Totti menjadi raja karena jadi top skor kedua Seri A, Liga Italia sepanjang masa. Saat Del Piero sudah tidak lagi membela Juve, Totti yang kini berusia 38 tahun masih setia membela klub berjuluk Serigala Ibukota itu.
Dari segi kemampuan, keduanya punya gaya bermain serupa. Tapi Totti diberkati bakat yang unik seperti kemampuannya melakukan back-heels, panenka, through passess dan lainnya. Hal ini membawa Totti meraih gelar pemain terbaik Seri A dua kali, sedangkan Del Piero belum sekalipun meraihnya. Namun dalam urusan mempersembahkan gelar buat klub, Del Piero lebih unggul dengan delapan gelar Liga Italia, dan Totti hanya sukses membawa Roma satu kali jadi juara dimusim 2000-2001.
Namun jika kombinasi antara kedua pemain digabungkan, hasilnya adalah Italia yang menjadi juara Piala Dunia 2006. Kalau Totti berperan penting dalam mengatur serangan, Del Piero berjasa atas gol-golnya seperti saat mengalahkan Jerman lewat gol di perpanjangan waktu atau saat adu penalti di final. Disaat perbandingan keduanya masih terus bergulir, tidak bisa dipungkiri bila keduanya lebih baik jika bersatu.
10. Oliver Kahn v Jens Lehman
Dibuka lewat persaingan sengit di posisi penjaga gawang, deretan 10 rivalitas paling kesohor di jagat sepak bola dunia, edisi kedua kali ini juga ditutup oleh pertarungan pada posisi yang sama antara Oliver Kahn versus Jens Lehman. Perebutan siapa yang layak menjadi nomor satu di timnas Jerman, jadi awal persaingan dua legenda Der Panzer -julukan Jerman- tersebut. Kahn yang selalu mendominasi dalam urusan menjaga gawang timnas Jerman selama delapan tahun, membuat dirinya mengaku lebih hebat dari Lehmann. Mengumpulkan 66 caps bersama Jerman, membuat dirinya selalu berada di bawah bayang-bayang Kahn.
Kahn memang lebih unggul bila ukurannya adalah jumlah penampilan bersama Jerman dengan 86 caps. Khan kerap menganggap dirinya sebagai yang terbaik dan legendaris, sementara Lehmann tentu saja tidak mau diremehkan. Bahkan Kahn dengan congkak menyebut dirinya sejajar dengan penjaga gawang legendaris seperti Sepp Maier, Toni Schumacher, dan Bodo Illgner. Dia bahkan meletakkan namanya sendiri di daftar ''era emas dari pemain kelas dunia dengan kaos nomor satu'' Jerman. Sementara itu Lehmann kerap membalas pernyataan Khan yang berbuntut persaingan sengit antara keduanya.
Persaingan antara keduanya semakin memanas ketika Lehman mendapatkan giliran mengenakan jersey nomor satu Jerman pada Piala Dunia 2006. Setelahnya Kahn dan Lehmann sering saling ejek, meski begitu tidak diragukan lagi bila keduanya adalah penjaga gawang terbaik yang pernah dimiliki timnas Jerman.
(akr)