Sejarah Langsung Terpampang di Depan Mata

Rabu, 06 Mei 2015 - 09:20 WIB
Sejarah Langsung Terpampang...
Sejarah Langsung Terpampang di Depan Mata
A A A
Merinding. Kira-kira reaksi itulah yang KORAN SINDO rasakan ketika pertama kali memasuki arena All England Lawn Tennis and Croquet Club atau lebih dikenal dengan nama Wimbledon.

Nama besar dan sejarah panjang kejuaraan yang dihelat sudah begitu terkenal sehingga Wimbledon oleh banyak orang ditahbiskan rumah olahraga tenis. Nama Wimbledon merujuk pada nama Kejuaraan Tenis Wimbledon Championships yang digelar di sana sejak tahun 1877dan merupakan kejuaraan tenis paling tua di dunia. Karena itu, ketika menjejakkan kaki di sana tidak hanya bicara olahraga, tapi juga bicara sejarah panjang yang gemilang.

Kesempatan “berziarah” ke Wimbledon terjadi pada 15 Februari 2015 atas undangan Visit Britain. Karena tidak ada kejuaraan dan klub itu adalah klub privat maka cara terbaik meresapi sejarah panjang olahraga tenis di Wimbledon adalah mengikuti guided tour. Datang paling pagi, 10 menit sebelum gerbang dibuka, pada pukul 9 pagi . Setelah membayar tiket tur seharga 22 pounds (sekitar Rp435 ribu) maka semua sejarah itu langsung terpampang di depan mata.

Pemandangan yang sudah cukup mewakili bagaimana rasanya menjadi bagian dari penonton yang bisa menyaksikan langsung pertarungan para petenis terbaik. Sebab, untuk menonton langsung partai demi partai di Wimbledon pada 29 Juni–12 Juli, kita harus mendaftarkan diri di ballot secara online.

Itu pun dengan catatan, keberuntungan. Jika beruntung tiket didapat, kalau tidak dan tetap ingin menonton, tentu harus datang mengantre tiket dan menjadi bagian dari antrean Wimbledon yang sangat kesohor. “Para pengantre bahkan bermalam di depan Wimbledon untuk mendapat queue card. Antrean dimulai sejak pukul 8 pagi H-1 sebelum pertandingan dimulai.

Keramaian antrean membuat Wimbledon memiliki code of conduct antrean tersendiri. Tak jarang, antrean tersebut melahirkan cinta lokasi,” kata Veronica, tour guide. Tujuan tur pertama adalah court#1, salah satu tempat utama untuk pertandingan- pertandingan penting dari 19 lapangan rumput di Wimbledon. Kemegahan lapangan tersebut sangat terasa. KORAN SINDObisa merasakan aura rivalitas sekaligus semangat olahraga yang tinggi di lapangan itu.

Rupanya lapangan tersebut hanya dipakai ketika kompetisi, Veronica mengingatkan jika ingin ke toilet, jangan menggunakan yang ada di gedung selama tur, karena fasilitas hanya digunakan ketika ada kejuaraan dan tidak dirawat di saat tidak ada kejuaraan. Tur berlanjut ke courtnomor 18 dan lapangan serta bukit kecil yang ada di dekatnya. Di bukit itulah penonton yang tidak punya tiket ke centre court dan courtnomor 1 menonton pertandingan dari layar lebar yang tersedia.

Tur berlanjut ke beberapa tempat seperti lorong di seberang ruang ganti, media centre, press conference room, dan tujuan utama dari tur ini, yaitu centre court. Memasuki centre courtbagaikan mimpi yang akhirnya terwujud. Sekalipun tidak ada kejuaraan, atmosfer kompetisi terasa benar di lapangan bersejarah tempat lahirnya juara-juara Wimbledon itu.

Saat itu papan skor masih dibiarkan menampilkan hasil pertandingan terakhir antara Novak Djokovic versusRoger Federer yang dimenangkan Djokovic dengan angka ketat 6-7, 6-4, 7-6, 5-7, 6-4. Semua skor tersebut masih terpampang dan kita bisa membayangkan ketatnya pertandingan.

Rumput perennial rye grassyang sedang ditumbuhkan untuk menyambut kejuaraan pada akhir Juni seakan memanggil peserta tur untuk datang kembali. Sebelum akhirnya, tur diakhiri dan sepertinya semua pengunjung memiliki mimpi sekaligus keinginan yang sama; bisa kembali ke sacred grounduntuk menyaksikan langsung Wimbledon Championships. Menonton langsung Wimbledon Championships harus masuk to do listsemua pencinta tenis.

Laporan Wartawan KORANSINDO
PANGERAN AHMAD NURDIN
LONDON
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1869 seconds (0.1#10.140)