Pembatasan Gaji F1 Terbentur Regulasi
Jum'at, 06 November 2020 - 14:33 WIB
MILTON KEYNES - Kepala tim Red Bull Racing Christian Horner mengungkapkan bahwa penerapan batas gaji pembalap di masa depan balap F1 sulit menemui kata sepakat. Pasalnya ada konsekuensi hukum yang terlibat dalam masalah tersebut.
Pada pertemuan Komisi F1 sebelum GP Emilia Romagna baru-baru ini, semua tim memberikan suara mendukung pembatasan gaji pembalap mulai musim 2023. Saat ini yang dipahami adalah sebesar USD 30 juta per tahun untuk sepasang pembalap. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Menjadi Pembuka Berkah)
Berita itu mengejutkan pembalap dengan bayaran paling tinggi di grid F1 2020, Lewis Hamilton, yang dikabarkan menghasilkan sekitar USD30 juta setiap musim untuk sendiri. Ini menyebabkan juara F1 6 kali itu menyerukan Asosiasi Pembalap Grand Prix (GPDA) untuk bekerja sama dengan F1 dan terlibat dalam diskusi tersebut.
Adapun pembalap Red Bull Max Verstappen ditaksir memperoleh gaji sebesar USD20 juta per tahun. Horner pun tak menampik bahwa pembahasan dalam pertemuan itu mengenai batasan gaji yang dinilai belum memiliki regulasi yang baku.
“Tidak ada aturan atau regulasi, ini bukan bagian dari olahraga, keuangan atau peraturan lainnya. Tapi ini biaya sensitif untuk semua orang saat ini. Itu telah diajukan, mendapat tanggapan, jadi kita akan lihat ke mana perginya,” kata Horner seperti dilansir gpfans.
“Tapi ini jauh dari seperangkat regulasi karena ada segala macam konsekuensi hukum yang perlu dilihat sebelum kami tahu apakah itu bisa diterapkan,” lanjutnya. (Baca juga: Mendikbud Sosialsiasaikan Perubahan Skema Dana Bos)
Selain itu Horner telah menjelaskan bahwa ada solusi yang melibatkan batas anggaran yang akan diberlakukan mulai tahun depan yang ditetapkan sebesar USD145 juta per tim. Adapun mulai dari 2023, potensi pengenalan batas gaji pembalap akan turun menjadi USD 135 juta.
“Tentu saja, jika sebuah tim memilih untuk membelanjakan lebih dari batas itu (gaji pembalap), hal tersebut keluar dari batas (anggaran) karena membatasi jumlah yang dapat diperoleh pengemudi. Ini hanya mendiktekan kepada tim bahwa akan ada tunjangan maksimum untuk pembalap dan apa pun di luar itu harus dikeluarkan dari pengeluaran sasis,” imbuhnya.
Sementara itu Hamilton yang belum memperpanjang kontrak baru bersama Mercedes dinilai masih menunggu kepastian dari masalah pembatasan gaji tersebut. Sebab wacana dua pembalap dalam satu tim tidak boleh melewati angka USD30 juta akan merugikannya. Namun Hamilton membantahnya dan mengaku baru mengetahui pekan lalu. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)
“Gaji tidak ada hubungannya dengan ini semua. Saya bahkan tidak tahu apa yang sedang didiskusikan. Dari sudut pandang pembalap, ide (pembatasan gaji) tersebut mengejutkan. Kami sempat mengetahui wacana itu tahun lalu, tetapi ini pertama kalinya para pembalap mendengarnya pada akhir pekan ini,” ungkap Hamilton. (Raikhul Amar)
Pada pertemuan Komisi F1 sebelum GP Emilia Romagna baru-baru ini, semua tim memberikan suara mendukung pembatasan gaji pembalap mulai musim 2023. Saat ini yang dipahami adalah sebesar USD 30 juta per tahun untuk sepasang pembalap. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Menjadi Pembuka Berkah)
Berita itu mengejutkan pembalap dengan bayaran paling tinggi di grid F1 2020, Lewis Hamilton, yang dikabarkan menghasilkan sekitar USD30 juta setiap musim untuk sendiri. Ini menyebabkan juara F1 6 kali itu menyerukan Asosiasi Pembalap Grand Prix (GPDA) untuk bekerja sama dengan F1 dan terlibat dalam diskusi tersebut.
Adapun pembalap Red Bull Max Verstappen ditaksir memperoleh gaji sebesar USD20 juta per tahun. Horner pun tak menampik bahwa pembahasan dalam pertemuan itu mengenai batasan gaji yang dinilai belum memiliki regulasi yang baku.
“Tidak ada aturan atau regulasi, ini bukan bagian dari olahraga, keuangan atau peraturan lainnya. Tapi ini biaya sensitif untuk semua orang saat ini. Itu telah diajukan, mendapat tanggapan, jadi kita akan lihat ke mana perginya,” kata Horner seperti dilansir gpfans.
“Tapi ini jauh dari seperangkat regulasi karena ada segala macam konsekuensi hukum yang perlu dilihat sebelum kami tahu apakah itu bisa diterapkan,” lanjutnya. (Baca juga: Mendikbud Sosialsiasaikan Perubahan Skema Dana Bos)
Selain itu Horner telah menjelaskan bahwa ada solusi yang melibatkan batas anggaran yang akan diberlakukan mulai tahun depan yang ditetapkan sebesar USD145 juta per tim. Adapun mulai dari 2023, potensi pengenalan batas gaji pembalap akan turun menjadi USD 135 juta.
“Tentu saja, jika sebuah tim memilih untuk membelanjakan lebih dari batas itu (gaji pembalap), hal tersebut keluar dari batas (anggaran) karena membatasi jumlah yang dapat diperoleh pengemudi. Ini hanya mendiktekan kepada tim bahwa akan ada tunjangan maksimum untuk pembalap dan apa pun di luar itu harus dikeluarkan dari pengeluaran sasis,” imbuhnya.
Sementara itu Hamilton yang belum memperpanjang kontrak baru bersama Mercedes dinilai masih menunggu kepastian dari masalah pembatasan gaji tersebut. Sebab wacana dua pembalap dalam satu tim tidak boleh melewati angka USD30 juta akan merugikannya. Namun Hamilton membantahnya dan mengaku baru mengetahui pekan lalu. (Lihat videonya: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga)
“Gaji tidak ada hubungannya dengan ini semua. Saya bahkan tidak tahu apa yang sedang didiskusikan. Dari sudut pandang pembalap, ide (pembatasan gaji) tersebut mengejutkan. Kami sempat mengetahui wacana itu tahun lalu, tetapi ini pertama kalinya para pembalap mendengarnya pada akhir pekan ini,” ungkap Hamilton. (Raikhul Amar)
(ysw)
tulis komentar anda