Dejan Lovren Pernah Merasakan Tertindas Seperti George Floyd

Jum'at, 05 Juni 2020 - 14:08 WIB
Dejan Lovren mengaku pernah merasakan sakitnya sebagai orang tertindas seperti George Floyd. Foto : Sky Sports
LIVERPOOL - Kematian George Floyd memberikan kesadaran semua orang di dunia betapa belum adanya ketidakadilan terhadap warga negara. Pengawa Liverpool, Dejan Lovren pun pernah merasakan betapa sakitnya sebagai orang yang tersisih.

Berbicara dengan Sky Sports, Jumat (5/6/2020), Lovren mengatakan bahwa rekan-rekannya pantas memberikan penghormatn pada Floyd. Liverpool menang jadi klub pertama di Inggris yang memberikan simpati pada Floyd dengan cara duduk berlutut di tengah lapangan sepak bola.

"Saya merasa kami perlu melakukannya. Apa yang terjadi di Amerika tidak dapat diterima. Kita semua sama dan kami ingin membagikannya kepada dunia. Kami melakukannya dan sungguh luar biasa orang-orang mendapatkan pesan ini. Semua orang harus diperlakukan sama," ungkapnya.

Selama ini pesepak bola dunia enggan atau menghindari tentang masalah sosial. Tetapi, kejadian di Amerika Serikat telah menyatukan para seniman lapangan hijau untuk bersikap.

Di Jerman, Jadon Sancho pun memulainya dengan memberikan penghormatan untuk Floyd ketika mencetak pertama Borussia Dortmund ketika melawan Paderborn. Usai mencetak gol, Sancho membuka jersey untuk menunjukkan tulisan di kaus dalamnya, "Keadilan untuk George Floyd."



Lovren, yang tumbuh sebagai pengungsi setelah keluarganya dipaksa melarikan diri dari Yugoslavia setelah dilanda perang ketika saat berusia tiga tahun pada 1990, berbesar hati dengan apa yang tampaknya menjadi kesadaran sosial yang berkembang di antara para pemain saat ini. "Ini bukan hanya tentang bagaimana Anda melakukan dan mencetak gol. Saya pikir Anda harus menggunakan platform Anda, terutama ketika Anda memiliki jutaan orang yang mengikuti Anda."

"Saya ingin diakui juga sebagai pria yang menyebarkan cinta dan kepositifan. Saya memandang diri sendiri dan sepertinya saya punya tugas. Kadang-kadang itu positif, kadang-kadang negatif, tapi saya tidak akan berhenti dengan itu."

"Ini bukan tentang memamerkan apa yang Anda miliki atau semacamnya. Ini tentang melakukan hal-hal baik di seluruh dunia. Saya tahu ketika Anda melakukan sesuatu, beberapa orang akan menghakimi Anda dan mengatakan 'tetap sepak bola' atau hal-hal seperti itu, tetapi saya tidak setuju dengan itu."

"Kita semua adalah manusia dan kita semua memiliki minat pada beberapa hal lain. Fokus utama selalu sepak bola, tentu saja. Namun jika Anda dapat mengatakan sesuatu yang positif dan mendorong orang lain untuk memikirkan sesuatu yang berbeda, untuk membantu orang lain dan untuk mengeluarkan pesan bahwa kita semua sama, maka sesuatu yang baik akan datang darinya, terutama di saat krisis ini," ungkapnya.
(bbk)
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More