Livio Suppo: Sprint Race Bisa Bikin Tim Pabrikan Jepang Meninggalkan MotoGP
loading...

Livio Suppo: Sprint Race Bisa Bikin Tim Pabrikan Jepang Meninggalkan MotoGP
A
A
A
JAKARTA - Mantan Manajer Suzuki Ecstar, Livio Suppo , memberikan komentar mengenai dampak negatif dari format balap baru di MotoGP 2023. Menurutnya, sprint race bisa menyebabkan pabrikan Jepang meninggalkan MotoGP.
Musim 2023 di MotoGP telah mengalami perubahan dengan menentukan pembalap yang lolos kualifikasi pertama (Q1) dan kualifikasi kedua (Q2) hanya ditentukan dari gabungan catatan waktu sesi latihan pertama (P1) dan kedua (P2). Hal ini membuat para pembalap harus mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya.
Pada hari Sabtu, setiap tim juga harus melakukan pengecekan usai menjalani latihan bebas (FP). Hal ini dilakukan untuk bisa mendapatkan poin di sprint race. Namun, menurut Livio Suppo, sprint race seperti menawarkan mainan berbahaya kepada anak-anak di bawah umur. Para pembalap tidak bisa memahami dampak negatif dari sprint race, karena akan mengalami kelelahan di akhir musim.
"Ini seperti menawarkan mainan yang berbahaya kepada anak-anak. Mereka merasa sulit untuk memahaminya, apakah ada cedera lain atau tidak, mereka akan kelelahan di akhir musim," kata Livio Suppo seperti yang dikutip dari Paddock GP, Jumat (31/3/2023).
Livio Suppo menjelaskan bahwa sprint race terlalu berat, karena Minggu adalah jadwal penting di MotoGP di mana balapan utama digelar untuk memperebutkan banyak poin. Dia menilai format pada hari Sabtu adalah yang terberat di MotoGP, karena para pembalap memiliki beban psikologis dan fisik sehingga mengalami kelelahan sebelum tampil di acara utama.
"Sepertinya terlalu berat, apalagi mengingat hari Minggu adalah acara terpenting di akhir pekan yang memberikan poin terbanyak. Sabtu adalah hari dengan format yang berlebihan dari segi psikologis dan fisik para pembalap, coba pikirkan dari sudut pandang psikologis dan fisik seperti apa dua bulan terakhir ini," ucapnya.
Livio Suppo juga menyatakan bahwa pabrikan Jepang bisa meninggalkan MotoGP jika tidak ada perubahan dalam tiga musim ke depan. Dia menjelaskan bahwa pabrikan Jepang akan mempertanyakan mengenai banyaknya uang yang sudah dikeluarkan dan apakah itu masih layak untuk bersaing memenangkan kejuaraan.
"Risikonya untuk tiga tahun ke depan bisa lebih parah lagi. Jika minat pada kejuaraan dunia tidak mengalami perubahan, pabrikan tertentu, khususnya Jepang, bisa saja memutuskan untuk hengkang. Mengapa mereka harus menghabiskan uang dan juga terlihat seperti orang bodoh?" pungkasnya.
Musim 2023 di MotoGP telah mengalami perubahan dengan menentukan pembalap yang lolos kualifikasi pertama (Q1) dan kualifikasi kedua (Q2) hanya ditentukan dari gabungan catatan waktu sesi latihan pertama (P1) dan kedua (P2). Hal ini membuat para pembalap harus mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya.
Pada hari Sabtu, setiap tim juga harus melakukan pengecekan usai menjalani latihan bebas (FP). Hal ini dilakukan untuk bisa mendapatkan poin di sprint race. Namun, menurut Livio Suppo, sprint race seperti menawarkan mainan berbahaya kepada anak-anak di bawah umur. Para pembalap tidak bisa memahami dampak negatif dari sprint race, karena akan mengalami kelelahan di akhir musim.
"Ini seperti menawarkan mainan yang berbahaya kepada anak-anak. Mereka merasa sulit untuk memahaminya, apakah ada cedera lain atau tidak, mereka akan kelelahan di akhir musim," kata Livio Suppo seperti yang dikutip dari Paddock GP, Jumat (31/3/2023).
Livio Suppo menjelaskan bahwa sprint race terlalu berat, karena Minggu adalah jadwal penting di MotoGP di mana balapan utama digelar untuk memperebutkan banyak poin. Dia menilai format pada hari Sabtu adalah yang terberat di MotoGP, karena para pembalap memiliki beban psikologis dan fisik sehingga mengalami kelelahan sebelum tampil di acara utama.
"Sepertinya terlalu berat, apalagi mengingat hari Minggu adalah acara terpenting di akhir pekan yang memberikan poin terbanyak. Sabtu adalah hari dengan format yang berlebihan dari segi psikologis dan fisik para pembalap, coba pikirkan dari sudut pandang psikologis dan fisik seperti apa dua bulan terakhir ini," ucapnya.
Livio Suppo juga menyatakan bahwa pabrikan Jepang bisa meninggalkan MotoGP jika tidak ada perubahan dalam tiga musim ke depan. Dia menjelaskan bahwa pabrikan Jepang akan mempertanyakan mengenai banyaknya uang yang sudah dikeluarkan dan apakah itu masih layak untuk bersaing memenangkan kejuaraan.
"Risikonya untuk tiga tahun ke depan bisa lebih parah lagi. Jika minat pada kejuaraan dunia tidak mengalami perubahan, pabrikan tertentu, khususnya Jepang, bisa saja memutuskan untuk hengkang. Mengapa mereka harus menghabiskan uang dan juga terlihat seperti orang bodoh?" pungkasnya.
(sto)