Komisi Medis FIFA Sarankan Semua Liga di Dunia Dibatalkan
loading...
A
A
A
LYON - Kepala Medis FIFA Michel D'Hooghe menyarankan semua kompetisi liga di dunia ini dibatalkan. Tak ada alasan untuk tidak membatalkan semua agenda sepak bola secara global karena belum meredanya pandemi virus corona serta dikhawatirkan bakal adanya serangan kedua virus mematikan tersebut.
Setelah Belanda, teranyar Ligue 1 dan 2 Prancis diputuskan terhenti. Itu terjadi setelah Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe mengumumkan bahwa sepak bola profesional tidak akan dapat dilanjutkan hingga September.
Di Eropa memang baru Belanda dan Prancis yang memutuskan menghentikan kompetisi. Sama halnya dengan kompetisi di Argentina. Namun, Inggris, Spanyol, Jerman dan Italia dikabarkan ngotot untuk terus meneruskan kompetisi.
Inilah yang jadi keprihatinan D'Hooghe. Para operator liga lebih mementingkan keuangan dibandingkan dengan kesehatan.
"Kita semua tunduk pada keputusan di tingkat nasional dari otoritas publik. Ini sangat sederhana. Sepak bola tiba-tiba menjadi bukan hal yang paling penting dalam hidup. Saya akan senang jika kita bisa memulai, dengan cara yang mudah, kejuaraan berikutnya dan tidak memiliki apa pun sebelum awal musim depan," kata D'Hooghe kapada Daily Telegraph, Rabu (29/4).
“Jika mereka bisa memulai musim 2020-21 pada akhir Agustus atau awal September saya akan senang. Kemudian mereka akhirnya bisa menghindari serangan kedua dari virus, yang bukan tidak mungkin itu akan terjadi. Semua orang harus sangat berhati-hati untuk saat ini. Saya telah mendengar di banyak negara mereka berpikir tentang bermain sepak bola lagi dengan atau tanpa penonton."
"Dalam karier panjang saya, saya telah melihat banyak situasi di mana ada keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan. Sebagian besar ekonomi menang, apakah itu tentang jetlag atau sepak bola di ketinggian atau dalam kondisi ekstrem seperti situasi polusi."
"Jika ada satu keadaan di mana argumen medis harus menang melawan argumen ekonomi, itu sekarang. Itu bukan masalah uang, itu masalah hidup dan mati. Ini sangat sederhana," pungkasnya.
Setelah Belanda, teranyar Ligue 1 dan 2 Prancis diputuskan terhenti. Itu terjadi setelah Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe mengumumkan bahwa sepak bola profesional tidak akan dapat dilanjutkan hingga September.
Di Eropa memang baru Belanda dan Prancis yang memutuskan menghentikan kompetisi. Sama halnya dengan kompetisi di Argentina. Namun, Inggris, Spanyol, Jerman dan Italia dikabarkan ngotot untuk terus meneruskan kompetisi.
Inilah yang jadi keprihatinan D'Hooghe. Para operator liga lebih mementingkan keuangan dibandingkan dengan kesehatan.
"Kita semua tunduk pada keputusan di tingkat nasional dari otoritas publik. Ini sangat sederhana. Sepak bola tiba-tiba menjadi bukan hal yang paling penting dalam hidup. Saya akan senang jika kita bisa memulai, dengan cara yang mudah, kejuaraan berikutnya dan tidak memiliki apa pun sebelum awal musim depan," kata D'Hooghe kapada Daily Telegraph, Rabu (29/4).
“Jika mereka bisa memulai musim 2020-21 pada akhir Agustus atau awal September saya akan senang. Kemudian mereka akhirnya bisa menghindari serangan kedua dari virus, yang bukan tidak mungkin itu akan terjadi. Semua orang harus sangat berhati-hati untuk saat ini. Saya telah mendengar di banyak negara mereka berpikir tentang bermain sepak bola lagi dengan atau tanpa penonton."
"Dalam karier panjang saya, saya telah melihat banyak situasi di mana ada keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan. Sebagian besar ekonomi menang, apakah itu tentang jetlag atau sepak bola di ketinggian atau dalam kondisi ekstrem seperti situasi polusi."
"Jika ada satu keadaan di mana argumen medis harus menang melawan argumen ekonomi, itu sekarang. Itu bukan masalah uang, itu masalah hidup dan mati. Ini sangat sederhana," pungkasnya.
(bbk)