Drama Penutup Liga Primer, Ironi Leicester City Tergusur 'Raja Penalti'

Selasa, 28 Juli 2020 - 11:34 WIB
loading...
Drama Penutup Liga Primer,...
Gelandang serang Manchester United Bruno Fernandes merayakan gol pembukaSetan Merahsaatpertandingan melawan Leicester City di King Power Stadium, Leicester, (26/7). MU menang 2-0 dan menempatkan mereka di posisi ketiga klasemen akhir Liga Primer musim 201
A A A
LEICESTER - Manchester United (MU) dan Chelsea menyegel dua tiket sisa ke Liga Champions mendampingi Liverpool dan Manchester City (Man City). Sementara Leicester City harus terlempar ke Liga Europa. Inilah akhir drama dari Liga Primer musim 2019/2020.

Kisah Leicester mungkin paling menyita perhatian, di luar drama lolosnya Aston Villa dari jerat degradasi. Tim berjuluk The Foxes tersebut kehilangan tiket ke Liga Champions di pertandingan pamungkasnya karena takluk 0-2 dari MU di King Power Stadium, Minggu (26/7/2020).

Terasa antiklimaks lantaran Leicester sejatinya berada dalam posisi yang sangat baik lolos ke Liga Champions keduanya sepanjang sejarah setelah melaju hingga perempat final di musim 2016/2017. Sebelumnya, Jamie Vardy dkk sempat bertahan di posisi empat besar klasemen selama 325 hari. (Baca: Lolos ke Liga Champion, Machester United Diguyur Rp1,3 Juta)

Kenyataannya, kini, Leicester harus puas menempati urutan kelima klasemen akhir Liga Primer musim ini dengan 62 poin. “Kami menyelesaikan musim ini di posisi tertinggi kedua dalam sejarah klub di Liga Primer. Saya tidak bisa menyalahkan upaya dan semangat mereka. Tahun depan adalah tentang ambisi, meningkatkan kualitas, dan pengalaman ini akan sangat membantu kami," kata Brendan Rodgers, dilansir Daily Mail.

Rodgers senang karena Vardy didaulat sebagai pencetak gol terbanyak Liga Primer musim ini dengan 23 gol. Dengan penambahan pemain berkualitas di bursa transfer, pelatih Irlandia Utara tersebut yakin The Foxes semakin kompetitif musim depan.

“Vardy adalah pemain brilian. Dia adalah roh permainan Leicester. Dia pantas mendapatkan yang terbaik. Mencetak 23 gol dan mengungguli penyerang-penyerang kelas dunia lainnya menggambarkan kerja keras yang dilakukannya sepanjang musim ini,” ujar Rodgers. (Baca juga: 9 Pemimpin Militer Paling Berdarah Sepanjang Sejarah)

Kekalahan Leicester jelas menguntungkan MU. Eksekusi penalti Bruno Fernandes (71) dan gol Jesse Lingard (90+8) memastikan The Red Devils finis di urutan ketiga klasemen akhir dengan 66 poin, unggul selisih gol dari Chelsea yang berada di urutan keempat.

Sukses MU bukan tanpa kritik. Salah satunya terkait banyaknya penalti yang didapat The Red Devils. Sepanjang musim ini, MU telah mendapatkan 14 penalti di Liga Primer. Angka ini merupakan terbanyak untuk tim dalam satu musim tunggal dalam sejarah Liga Primer. Wajar jika banyak yang mencibir Harry Maguire dkk sebagai raja penalti karena sering diuntungkan keputusan-keputusan wasit.

Namun, Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer tak mau ambil pusing. Dia gembira karena MU memperpanjang rekor tak terkalahkan mereka menjadi 14 pertandingan di Liga Primer, rekor terpanjang tanpa kekalahan mereka dalam kompetisi sejak April 2017. (Baca juga: Keajaiban Kayangan Api, Tempat Semedi Pembuat Keris Majapahit)

Selain itu, MU mencatatkan finis empat besar di Liga Primer untuk kedua kali dalam lima musim dan ketiga kali dalam tujuh musim sejak Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013. “Kami harus belajar memenangkan pertandingan seperti ini. Tenaga kami memang terkuras. Kami tidak sama seperti beberapa pertandingan sebelumnya, tapi kami berhasil meraih banyak poin dan gol. Para pemain telah bekerja sangat keras,” ujar Solskjaer.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1060 seconds (0.1#10.140)