KONI DIY Telusuri Dugaan Doping di PON XIX 2016

Kamis, 01 Desember 2016 - 17:09 WIB
KONI DIY Telusuri Dugaan Doping di PON XIX 2016
KONI DIY Telusuri Dugaan Doping di PON XIX 2016
A A A
YOGYAKARTA - Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KONI DIY) akan segera menelusuri adanya dugaan pengunaan doping terhadap dua atletnya di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 Jawa Barat. Ini dilakukan seiring terungkapnya hasil pemeriksaan National Dope Testing Laboratory di New Delhi India terhadap 12 atlet.

"Pasti kita telusuri, sejauh ini belum melakukan panggilan (terhadap atlet peraih medali). Kami juga belum mendapatkan surat secara resmi dari KONI Pusat tentang (kasus doping) itu. Tapi memang kemarin informasinya ada beberapa cabor seperti menembak, binaraga, angkat besi, angkat berat, dan berkuda yang ditengarai kena doping," ujar Anggota Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) KONI DIY Andi Hirawan kepada Koran Sindo Yogya di kantor KONI DIY, Kamis (1/12/2016).

Dalam kesempatan itu, Andi pun meminta agar KONI Pusat dan National Dope Testing Laboratory untuk mengumumkan hasil tersebut secara terbuka, sehingga dapat diketahui secara jelas provinsi dan atlet yang terkena kasus tersebut. Tidak bisa dipungkiri nantinya hal ini dapat berdampak pada hasil perolehan medali PON XIX 2016 Jawa Barat di masing-masing daerah sekaligus pemberian tali asih atau bonus yang diberikan kepada atlet peraih medali.

"Kita di binaraga mendapatkan satu medali perak, bukan tidak mungkin peringkat bisa naik kalau di kelas yang kita ikuti ada yang terkena doping," jelasnya.

Sementara itu Anggota Binpres KONI DIY Prawendro menambahkan, pernah sekali atlet DIY terkena kasus doping sekitar tiga tahun lalu dalam single event yang digelar di Jawa Timur. Dia adalah pembalap sepeda Matnur yang saat itu terbukti kena kasus yang mencoreng DIY ini.

Atlet asal Jawa Timur dan berdomisili di Kota Yogyakarta sempat meraih medali emas di nomor road race beregu PON XVIII 2012 Riau ini pun mau tidak mau harus merelakan berbagai medali dan penghargaan yang pernah diraih, serta menjalani sanksi hukuman tidak boleh mengikuti event selama empat tahun.

"Karena kasus doping itu, Matnur tidak bisa mengikuti Pra-PON dan PON terakhir kemarin. Dia terkena hukuman empat tahun, dan semua medalinya dicabut. Dari tahun 2004 dia selalu berprestasi sebenarnya," kata Prawendro.

Tak hanya terkena kasus doping, atlet DIY juga tercatat pernah mendapat limpahan medali dua kali karena kasus yang menimpa pesaingnya. Seperti atlet binaraga Yudhistira yang semula mendapat peringkat empat di PON XVII 2008 Kalimantan Timur (Kaltim), jadi naik ke peringkat tiga dan mendapatkan medali perunggu. Begitu pula dengan atlet wushu Ivana Ardelia Irmanto yang mendapat peringkat empat di Asian Games 2014 jadi naik peringkat tiga, usai pesaingnya dari Malaysia terjerat kasus tersebut.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5537 seconds (0.1#10.140)