Cannavaro: Saya Terus Berkerja agar Bisa Latih Real Madrid
loading...
A
A
A
MADRID - Mantan pemain yang menyatakan ingin melatih Real Madrid terus bermunculan. Kali ini disampaikan Fabio Cannavaro. Bekas bek tengah Timnas Italia itu menyatakan ingin kembali lagi ke Santiago Bernabeu suatu saat nanti.
Cannavaro pernah bertugas selama tiga musim menjaga pertahanan Madrid, yaitu mulai 2006-2009. Sosok berusia 46 tahun itu telah tampil lebih dari 100 kali dan berhasil menjuarai La Liga dua kali secara beruntun (2006/2007, 2007/2008).
Setelah itu Cannavaro pindah lagi ke Juventus, kemudian hijrah ke Al-Ahli sebelum gantung sepatu pada 2011. Setelah pensiun, pria yang juga pernah membela Napoli, Parma dan Inter Milan itu banting setir menjadi pelatih, dimana banyak menghabiskan waktunya di China.
Dia memulai karier barunya sebagai asisten pelatih Al-Ahli, lalu menukangi Guangzhou Evergrande (2014-2015), Al-Nassr (2015-2016) dan Tianjin Quanjian (2016-2017). Setelah itu mengasuh lagi Evergrande, dan sejak 2019 membesut Timnas China.
Selama bertugas di sisi lapangan, Cannavaro berhasil meraih sejumlah gelar, diantaranya League One atau Divisi 2 China bersama Quanjian pada 2016. Selanjutnya membantu Evergrande memenangi Piala FA China (2018) dan Liga Super China (2019).
Cannavaro juga sempat dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik di China pada 2017. Semua itu membuatnya berani bermimpi untuk melatih Madrid suatu saat nanti. “Jika ingin melatih, Anda harus berpikir untuk menjadi yang terbaik,” ucapnya, dilansir marca.
“Harapan terbesar saya adalah melatih Real Madrid, kemudian Timnas Italia atau klub besar lainnya di Eropa. Saya terus bekerja keras agar suatu saat nanti bisa melatih Madrid,” lanjut pemenang Piala Dunia 2006 itu.
Cannavaro merasa punya filosofi yang sesuai dengan karakter Madrid. “Saya adalah pelatih yang selalu meminta pemain untuk bermain. Pelatih yang selalu meminta intensitas dan pergerakan tanpa bola. Sebab, sepak bola adalah mengenai timing,” tandasnya.
Cannavaro pernah bertugas selama tiga musim menjaga pertahanan Madrid, yaitu mulai 2006-2009. Sosok berusia 46 tahun itu telah tampil lebih dari 100 kali dan berhasil menjuarai La Liga dua kali secara beruntun (2006/2007, 2007/2008).
Setelah itu Cannavaro pindah lagi ke Juventus, kemudian hijrah ke Al-Ahli sebelum gantung sepatu pada 2011. Setelah pensiun, pria yang juga pernah membela Napoli, Parma dan Inter Milan itu banting setir menjadi pelatih, dimana banyak menghabiskan waktunya di China.
Dia memulai karier barunya sebagai asisten pelatih Al-Ahli, lalu menukangi Guangzhou Evergrande (2014-2015), Al-Nassr (2015-2016) dan Tianjin Quanjian (2016-2017). Setelah itu mengasuh lagi Evergrande, dan sejak 2019 membesut Timnas China.
Selama bertugas di sisi lapangan, Cannavaro berhasil meraih sejumlah gelar, diantaranya League One atau Divisi 2 China bersama Quanjian pada 2016. Selanjutnya membantu Evergrande memenangi Piala FA China (2018) dan Liga Super China (2019).
Cannavaro juga sempat dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik di China pada 2017. Semua itu membuatnya berani bermimpi untuk melatih Madrid suatu saat nanti. “Jika ingin melatih, Anda harus berpikir untuk menjadi yang terbaik,” ucapnya, dilansir marca.
“Harapan terbesar saya adalah melatih Real Madrid, kemudian Timnas Italia atau klub besar lainnya di Eropa. Saya terus bekerja keras agar suatu saat nanti bisa melatih Madrid,” lanjut pemenang Piala Dunia 2006 itu.
Cannavaro merasa punya filosofi yang sesuai dengan karakter Madrid. “Saya adalah pelatih yang selalu meminta pemain untuk bermain. Pelatih yang selalu meminta intensitas dan pergerakan tanpa bola. Sebab, sepak bola adalah mengenai timing,” tandasnya.
(mirz)