Hati adalah Sumber Kebaikan dan Keburukan Amal Perbuatan, Begini Penjelasannya

Rabu, 27 September 2023 - 14:25 WIB
loading...
Hati adalah Sumber Kebaikan dan Keburukan Amal Perbuatan, Begini Penjelasannya
Sumber kebaikan dan keburukan amal perbuatan adalah pada hati. Ilustrasi: Ist
A A A
Salah satu pelajaran yang dapat dipetik dari hadis dari Abi Abdullah Nu'man bin Basyir ra adalah, bahwa sumber kebaikan dan keburukan amal perbuatan adalah pada hati. Hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Dari Abi Abdullah Nu'man bin Basyir ra, beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas, dan antara keduanya ada beberapa perkara syubhat (kurang jelas) yang tidak diketahui oleh banyak orang.

Siapa yang menghindari perkara syubhat, maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Adapun siapa yang menerjang syubhat, niscaya dia akan terjerumus kepada yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar area terlarang, niscaya lambat laun (gembalaannya) akan makan rumput di area terlarang itu.

Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki area larangan, sedangkan area larangan Allah adalah keharaman-keharaman-Nya. Ketahuilah bahwa pada setiap jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka se luruh jasad menjadi baik juga, sebaliknya jika ia rusak maka seluruh jasad rusak juga. Ketahuilah ia adalah kalbu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim )



Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam bukunya berjudul "Syarah 10 Landasan Agama dari Kalimat Nubuwwah" menjelaskan sumber kebaikan dan keburukan amal perbuatan adalah pada hati. Jika hati baik maka seluruh jasad akan baik dan sebaliknya jika hati rusak maka seluruh jasadnya rusak.

Dalam Jami‘ al-‘Ulum wa-al-Hikam karya Ibnu Rajab disebutkan bahwa dahulu dikatakan: “Hati ibarat raja, sedangkan anggota tubuh lainnya ibarat prajuritnya yang sangat taat pada titah sang raja. Jika rajanya baik maka prajuritnya akan baik, sebaliknya jika raja nya rusak maka prajuritnya rusak.”

Oleh karena itu, hendaknya setiap orang memperhatikan kebaikan hatinya lebih daripada perhatiannya kepada badan dan penampilan luarnya. "Maka, jernihkanlah hatimu, wahai saudara ku, dari noda-noda hati seperti penyakit riya’, hasad, sombong, dan lain-lain. Jangan biarkan hatimu keras seperti batu. Lembut kanlah dengan dzikir dan selalu istighfar kepada Allah," ujar Abu Ubaidah Yusuf.

Allah SWT berfirman: "(Yaitu) pada hari ketika tidak berguna (lagi) harta dan anak-anak. Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." ( QS Asy-Syu‘ara’ [26] : 88–89)



Adh-Dhahak berkata: “Yakni selamat dan bersih.” Imam Al-Qurthubi berkomentar: “Penafsiran ini bagus dan menghimpun semua pendapat yaitu bersih dari sifat-sifat yang tercela dan berhias dengan sifat-sifat yang indah.”105

Lantas, bagaimana caranya meraih hati yang bersih? Ada beberapa kiat jitu untuk meraihnya yang seandainya kita melaksanakannya maka kita akan segera meraihnya dengan izin Allah. Dalam risalah Wasa’il Tazkiyah Nufus karya Shadiq bin Muhammad Shadiq al-Baidhani disebutkan di antaranya adalah:

1. Doa dan memohon kepada Allah.

Tak dipungkiri bahwa hamba memiliki peran dalam penyucian hatinya. Namun, perlu disadari bahwa yang memberikan taufik kesucian dan kebeningan hati semata-mata hanya Allah. Maka, seorang hamba, dalam setiap detiknya selalu membutuhkan Allah dan memohon kepada-Nya agar Allah menganugerahkan kepadanya kebeningan hati. Oleh karena itulah, Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk berdoa:

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا
وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

Allahumma aati nafsii taqwaahaa wa zakkihaa anta khoiru man zakkaahaa anta waliyyuhaa wa maulaahaa

Artinya: “Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketakwaan dan sucikanlah jiwa karena Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang menyucikannya.” (HR Muslim)



2. Berilmu

Ilmu merupakan kunci jitu untuk meraih kesucian hati. Sebab, kesucian hati itu diraih dengan melaksanakan ketaatan serta menjauhi larangan secara ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Dan hal itu tidak mungkin terwujudkan kecuali dengan ilmu. Oleh karenanya, Nabi SAW bersabda: “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan ia dalam agama-Nya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Maka, Nabi SAW menjadikan ilmu agama sebagai faktor semua kebaikan, karena dengan ilmu dia mampu beribadah kepada Allah secara benar.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3401 seconds (0.1#10.140)