Gagal Jadi PNS, Sempat Jadi Petugas Kebersihan hingga Berjualan Sayur

Jum'at, 07 Juli 2017 - 22:39 WIB
Gagal Jadi PNS, Sempat Jadi Petugas Kebersihan hingga Berjualan Sayur
Gagal Jadi PNS, Sempat Jadi Petugas Kebersihan hingga Berjualan Sayur
A A A
UNGARAN -
Sebelum berjualan mainan anak, Subandi sebelumnya pernah menjadi petugas kebersihan di sebuah bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Klaten.

"Namun saya tidak betah dan akhirnya memilih keluar. Saya pingginnya masuk menjadi PNS Pemda. Sebab teman seangkatannya di Salatiga banyak yang ditampung oleh Pemkot Salatiga PDAM, PNS dan sebagainya. Namun nasib saya kurang mujur," kata lelaki lulusan SMP ini, Jumat (7/7/2017).

Menurut Subandi, bertambahnya umur dan menurunnya prestasi, pada tahun 1996 Subandi memutuskan untuk gantung sepatu. Prestasi terakhir yang diraih sebelum pensiun yaitu juara III kejuaraan marathon nasional yang diadakan oleh PAMI (Persatuan Atlet Marathon Indonesia) di Wonogiri, Jawa Tengah, pada tahun 1996. Selepas itu ia kemudian merantau ke Jakarta.

Di ibu kota, Subandi berjualan sayur keliling. Menurut dia, penghasilannya dari berjualan sayur di Jakarta itu cukup lumayan. Namun lama kelamaan, usaha yang dirintisnya di Jakarta itu bukannnya berkembang tapi justru merosot.

"Akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke Salatiga," ucapnya.

Karena tidak punya keahlian atau keterampilan khusus di Salatiga, Subandi kembali mencoba berjualan sayur seperti yang pernah ditekuni di Jakarta. Dia berjualan sayur di Pasar Pagi Peterongan, Semarang. "Saya jualan di Petorongan kurang lebih selama dua tahun," ujarnya.

Selama berjualan sayuran, perekonomian Subandi tidak berkembang. Dia pun memutuskan untuk berhenti. Subandi lantas berpikir supaya tetap dapat menghidupi anak dan istrinya.

"Saya dulu tidak berpikir sampai ke situ fokus untuk mencari pekerjaan. Yang saya pikirkan hanya berlatih dan berprestasi, tetapi sekarang tidak ada hasil yang bisa saya petik," paparnya.

Selepas berjualan sayur, Subandi kemudian memutuskan untuk berjualan balon dan mainan anak-anak dengan berkeliling di Pasar Raya. Pekerjaannya itu dimulai tahun 2003 lalu hingga sekarang.

"Ini pilihan terakhir. Sebab cari pekerjaan susah. Saya terpaksa jualan balon dan mainan anak-anak. Saya harus fokus untuk menekuni pekerjaan saya ini (jualan balon)," katanya.

Dia tidak mau menyebutkan berapa penghasilannya setiap hari, karena selalu tidak menentu. Meski demikian, dia mengaku bersyukur masih bisa diberi umur panjang dan bisa setiap saat bersama keluarganya.

"Saya berpesan kepada para atlet muda yang kini masih berlatih dan hendak menggapai prestasi, jangan hanya berpikir untuk mencapai itu saja. Namun juga harus memikirkan masa depan," ucapnya.
(Baca juga: Demi Hidupi Anak Istri, Subandi Rela Jadi Penjual Mainan )
(kas)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8168 seconds (0.1#10.140)