Kisah Masa Kecil Francis Ngannou: Dulu Berebut Sisa Makanan dengan Tikus, Kini Moncer di UFC
loading...
A
A
A
JAKARTA - Francis Ngannou, yang kini dikenal sebagai "Predator" dalam dunia MMA dan bintang UFC , menghadapi perjuangan berat dalam awal karier profesionalnya. Kisah hidupnya yang penuh tantangan telah membentuknya menjadi juara kelas berat UFC.
Dilahirkan dan dibesarkan di Kota Batie, Kamerun, Ngannou menghadapi masa kecil yang penuh dengan kemiskinan. Dia bahkan harus mencari makan di tumpukan sampah dan terlibat dalam pertarungan dengan tikus lokal untuk bersaing mendapatkan makanan.
"Kami harus pergi ke tempat pembuangan sampah di malam hari untuk mencari makanan," kata Ngannou ketika berbicara di Joe Rogan Experience. "Terkadang kami harus berdebat dengan tikus, 'Tinggalkan tomat ini, ini milikku. Tomat yang sudah busuk itu adalah milikku, bukan milikmu.'"
Ngannou, sejak usia 10 tahun, bekerja di penambangan pasir untuk memberi nafkah kepada ibu dan bibinya yang tinggal bersamanya. Dia juga bekerja sebagai sopir ojek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tanpa kesempatan untuk bersekolah.
Namun, meskipun menghadapi kemiskinan dan kesulitan, Ngannou adalah sosok yang penuh ambisi dengan mimpi besar. Keluarganya mungkin meragukan potensinya, mengatakan bahwa dia harus mengikuti jejak petani ayah dan kakeknya, namun dia tetap bertekad untuk meraih cita-citanya.
Mengatasi berbagai rintangan, Ngannou meninggalkan Kamerun dan melakukan perjalanan ke Prancis demi mengejar mimpinya sebagai petarung. Perjalanan sulit ini mencakup hidup ilegal selama satu tahun, melintasi perbatasan, hidup di hutan, dan mencari makanan di tempat sampah.
Saat tiba di Prancis pada tahun 2013, Ngannou baru pertama kali menginjakkan kaki di gym dan mulai melatih sebagai petarung MMA, walaupun sebelumnya dia ingin menjadi petinju. Setelah bergabung dengan UFC pada tahun 2015, dia melalui berbagai pertarungan dan rintangan hingga akhirnya meraih gelar juara kelas berat.
Kisah hidup inspiratif Ngannou menjadi motivasi bagi banyak anak-anak di Kamerun, memberikan mereka harapan bahwa impian mereka juga dapat terwujud, meskipun mereka menghadapi kemiskinan. Ngannou sendiri berbicara tentang dampak positif yang dia ciptakan,
"Sekarang banyak anak di Kamerun, karena saya, mereka punya mimpi. Mereka berkata, 'Saya akan menjadi juara di MMA. Saya akan bertinju seperti Francis,' karena mereka melihat saya ketika saya masih muda. Saya tidak punya apa-apa. Saya tidak punya peluang apa pun. Dan hari ini, mereka melihatku dan mereka sedang bermimpi. Mereka berpikir bahwa sesuatu mungkin terjadi. Bahkan ketika mereka sangat miskin, ada sesuatu yang mungkin terjadi dalam hidup... Itu tidak mudah. Ini sangat sulit, tapi itu mungkin."
Dilahirkan dan dibesarkan di Kota Batie, Kamerun, Ngannou menghadapi masa kecil yang penuh dengan kemiskinan. Dia bahkan harus mencari makan di tumpukan sampah dan terlibat dalam pertarungan dengan tikus lokal untuk bersaing mendapatkan makanan.
"Kami harus pergi ke tempat pembuangan sampah di malam hari untuk mencari makanan," kata Ngannou ketika berbicara di Joe Rogan Experience. "Terkadang kami harus berdebat dengan tikus, 'Tinggalkan tomat ini, ini milikku. Tomat yang sudah busuk itu adalah milikku, bukan milikmu.'"
Kisah Masa Kecil Francis Ngannou
Ngannou, sejak usia 10 tahun, bekerja di penambangan pasir untuk memberi nafkah kepada ibu dan bibinya yang tinggal bersamanya. Dia juga bekerja sebagai sopir ojek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tanpa kesempatan untuk bersekolah.
Namun, meskipun menghadapi kemiskinan dan kesulitan, Ngannou adalah sosok yang penuh ambisi dengan mimpi besar. Keluarganya mungkin meragukan potensinya, mengatakan bahwa dia harus mengikuti jejak petani ayah dan kakeknya, namun dia tetap bertekad untuk meraih cita-citanya.
Mengatasi berbagai rintangan, Ngannou meninggalkan Kamerun dan melakukan perjalanan ke Prancis demi mengejar mimpinya sebagai petarung. Perjalanan sulit ini mencakup hidup ilegal selama satu tahun, melintasi perbatasan, hidup di hutan, dan mencari makanan di tempat sampah.
Saat tiba di Prancis pada tahun 2013, Ngannou baru pertama kali menginjakkan kaki di gym dan mulai melatih sebagai petarung MMA, walaupun sebelumnya dia ingin menjadi petinju. Setelah bergabung dengan UFC pada tahun 2015, dia melalui berbagai pertarungan dan rintangan hingga akhirnya meraih gelar juara kelas berat.
Kisah hidup inspiratif Ngannou menjadi motivasi bagi banyak anak-anak di Kamerun, memberikan mereka harapan bahwa impian mereka juga dapat terwujud, meskipun mereka menghadapi kemiskinan. Ngannou sendiri berbicara tentang dampak positif yang dia ciptakan,
"Sekarang banyak anak di Kamerun, karena saya, mereka punya mimpi. Mereka berkata, 'Saya akan menjadi juara di MMA. Saya akan bertinju seperti Francis,' karena mereka melihat saya ketika saya masih muda. Saya tidak punya apa-apa. Saya tidak punya peluang apa pun. Dan hari ini, mereka melihatku dan mereka sedang bermimpi. Mereka berpikir bahwa sesuatu mungkin terjadi. Bahkan ketika mereka sangat miskin, ada sesuatu yang mungkin terjadi dalam hidup... Itu tidak mudah. Ini sangat sulit, tapi itu mungkin."
(sto)