LeBron James, Raja di Dalam dan di Luar Lapangan

Kamis, 30 November 2017 - 12:55 WIB
LeBron James, Raja di Dalam dan di Luar Lapangan
LeBron James, Raja di Dalam dan di Luar Lapangan
A A A
PEBASKET LeBron James memiliki rencana panjang dan matang saat pertama kali memutuskan sebagai pebasket profesional. Langkah ini jadi momen yang krusial bagi karier James. Apa itu?

Setahun bergabung dengan klub basket NBA Cleveland Cavaliers, pebasket James tiba-tiba saja memutuskan untuk bertemu dengan seseorang yang tidak berhubungan dengan basket. Orang itu adalah Warren Buffet, pengusaha yang sempat jadi orang nomor satu terkaya di dunia pada era 2000-an.

Jude Wilson dari Wilson Group Financial kepada Entrepreneur.com mengisahkan waktu itu James benar-benar ngotot bertemu dengan Warren Buffet. Pengusaha Amerika kelahiran 30 Agustus 1930 itu awalnya terkejut. Dia tidak pernah menyangka ada atlet basket yang antusias bertemu dengannya. Permintaan itu akhirnya diterima. Keduanya bertemu di rumah pribadi Warren Buffet. "LeBron meminta banyak petunjuk waktu itu. Malahan setelah pertemuan itu, keduanya jadi sahabat baik," ucap Jude.

Dalam pertemuan itu James tentu tidak meminta petunjuk bagaimana caranya melakukan slam dunk atau menembak tiga angka. Dia sudah diberkahi kemampuan atlet yang sangat dominan untuk menaklukkan tantangan tersebut. Adapun yang dia butuhkan dari Warren Buffet adalah bagaimana menaklukkan dunia bisnis yang nantinya bisa menjaga kekuatan finansialnya.

"Yang saya dengar waktu itu Warren Buffet meminta dia melakukan tiga hal, berinvestasi setiap bulan, mencoba usaha di luar basket, dan yakin kalau saham adalah pasar yang harus dia coba tanpa keraguan," kata Jude Wilson.

Tidak diketahui apa yang diucapkan oleh James usai pertemuan tersebut. Melihat apa yang telah dicapai James saat ini, sepertinya pebasket kelahiran 30 Desember 1984 tersebut menaati betul petuah yang diberikan Warren Buffet.

Setelah pertemuan tersebut, James langsung mendirikan sebuah perusahaan bernama LRMR. Perusahaan tersebut tidak hanya mengurusi masalah kontrak dan branding yang didapat oleh James selama berkarier sebagai pebasket profesional. LRMR juga melakukan berbagai usaha investasi, pengembangan usaha, hingga aktif di pasar saham.

Persis dengan apa yang disarankan Warren Buffet. Sebagai pebasket dengan status rookie, langkah James tergolong unik. Tidak ada yang mengira jika pebasket yang juga pernah bergabung dengan Miami Heat tersebut sudah berpikir jauh untuk berbisnis. Apalagi saat itu pendapatan yang dibayar oleh Cleveland Cavaliers ke James saat berstatus rookie pada 2003 sudah tergolong besar. Untuk tiga tahun pertama di Cleveland Cavaliers, James mendapatkan gaji sebesar USD12 juta atau sekitar Rp96 miliar (kurs dolar saat 2003: Rp8.000).

Belum lagi uang dari Nike yang sudah buru-buru mengontrak James dengan nilai yang fantastis USD100 juta atau saat itu setara Rp800 miliar. Seharusnya dengan uang miliaran rupiah yang berdatangan saat itu bisa membuat James berpuas diri. "Selama gaji kita diberikan atau masih ditandatangani orang lain, jangan pernah jadikan uang itu sebagai pegangan. Bisa jadi mereka yang memberikan tanda tangan itu berhenti menggaji saya," ucap James kepada ESPN.

Saat ini kontrak yang diterima James membengkak hampir 80 kali lipat dari kontrak pertama yang dia peroleh. Dia menandatangani kontrak baru dengan Cleveland Cavaliers dengan nilai USD100 juta atau sekitar Rp1,33 triliun. Jadi, setiap tahunnya dia memperoleh gaji sekitar USD33 juta, setara Rp400 miliar. Angka ini membuat dia setara dengan dua pebasket legendaris lainnya yang pernah mendapatkan gaji setahun di angka USD30 juta, yakni Michael Jordan dan Kobe Bryant.

Tidak hanya kontrak yang membengkak, nilai endorsement James juga menggila. Dalam catatan Forbes, setiap tahun James mendapat kucuran USD55 juta, sekitar Rp731 miliar dari berbagai produk yang menggunakan wajahnya untuk berjualan.

LRMR tidak sembarangan menerima kontrak endorsement buat James. Merek-merek yang dipilih rata-rata adalah merek premium dan berpengaruh. Sebut saja KIA, Coca-Cola, Nike, Upper Deck, Samsung, Audemars Piguet, dan Dunkin Donut. Dengan pendapatan tersebut, James hanya kalah dari Cristiano Ronaldo sebagai atlet terkaya.

Memang James mengumpulkan kekayaan ini dalam waktu yang sangat panjang. Saat ini sudah 14 tahun dia berkarier sebagai pebasket dan pengusaha. Namun, dengan popularitas basket yang tidak terlalu mendunia layaknya sepak bola, apa yang dilakukan James merupakan sebuah prestasi yang mengesankan. "Dia telah menunjukkan bahwa kesabaran jadi hal yang penting dalam meniti karier dan bisnis," ujar Anthony M Montenegro, financial advisor dari Orange County.

Di NBA, James memang sudah berada di puncak kariernya. Tiga kali ia menjadi kampiun NBA, namun lima kali ia gagal di partai final. Dengan usianya, James mungkin masih bisa merasakan sisa-sisa dari puncak kariernya itu. Mungkin masih bisa merasakan gelar juara, atau mungkin sekadar partai final lagi. Mungkin juga, era emas itu akan segera berakhir. Namun, di dunia bisnis, James mungkin tidak akan pernah mau memutuskan berhenti.

Bersama Teman Menuju Pentas Dunia
Kisah hidup James sebelum menjadi pebasket profesional benar-benar seperti sebuah film tragedi. James dibesarkan oleh ibunya seorang diri di Akron, Ohio. Dan konon, kabarnya ayah James mendekam di penjara.

James lahir pada 1984 silam saat ibunya, Gloria, berumur 16 tahun. Pada awalnya mereka hidup di sebuah rumah besar yang sudah ditempati empat generasi keluarganya. Ketika Gloria pergi bersekolah, dititipkan ke buyut dan neneknya. Tapi beberapa bulan setelah kelahiran James, buyutnya meninggal dunia, dan neneknya pun wafat pada 1987.

Pascakematian orang tuanya, kehidupan Gloria dan James makin berantakan. Mereka pun dikabarkan hidup menumpang di apartemen milik orang lain. Selama tinggal di Akron, Ohio, James kecil menjalin persahabatan dengan Maverick Carter dan Randy Mims. Ketiganya selalu pergi dan bermain bersama-sama karena memiliki satu hobi yang sama, main basket. Ketiganya sempat terpisah setelah lulus sekolah menengah atas.

James sibuk dengan kontrak Cleveland Cavaliers, sedangkan Maverick Carter dan Randy Mims melanjutkan studi dengan masuk universitas. Saat di Cleveland, James bertemu dengan Rich Paul, sosok yang menurut James mirip dengan kedua temannya di Akron itu. Persahabatannya dengan Rich Paul semakin kuat seiring waktu.

Pada 2005 James melakukan sebuah keputusan besar dengan memecat agen yang mewakili dirinya. Keputusan tergesa-gesa tersebut membuat James kehilangan arah. "Ada ribuan artikel mengatakan apa yang saya lakukan salah," kenang James.

Pada saat krusial itulah teman-teman James kembali datang. Maverick Carter yang semula bekerja di Nike datang menemani James. Begitu juga dengan Randy Mims dan Rich Paul. Uniknya pertemuan tersebut justru membuat mereka bersepakat untuk membantu satu sama lain dengan mendirikan sebuah perusahaan LRMR.

Nama perusahaan itu merupakan singkatan dari keempat nama depan mereka, Lebron, Rich, Maverick, dan Randy. Di Amerika beberapa selebriti dan atlet terkenal memang kerap memiliki entourage atau rombongan. Mereka biasanya adalah teman-teman baik atlet atau seleb tersebut yang selalu menemani ke mana saja.

Namun, pertemanan Rich, Maverick, dan Randy berbeda. Mereka memang selalu bersama-sama menemani. Mereka tetap sibuk mengembangkan bisnis LRMR. "Saya tidak ingin teman yang menemani saya tertawa di taman hiburan. Saya ingin teman yang sama-sama menemukan atau membangun sebuah taman hiburan," katanya.

Hingga kini LRMR terbukti berhasil membawa ke era keemasan. Mereka yang dulunya yang sama-sama tinggal di daerah kumuh, kini beranjak menjadi sosok pengusaha yang patut diperhitungkan.

Dosen Harvard Business School, Profesor Anita Elberse, malah mengapresiasi pola bisnis yang dikembangkan James dan kawan-kawannya. Dia mengatakan cara kerja LRMR dalam sport marketing merupakan cara kerja pada masa depan. "Ini merupakan langkah besar yang bisa ditiru dalam sport marketing," pungkasnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4558 seconds (0.1#10.140)