Garbine Muguruza, Keberhasilan Sejak Muda

Minggu, 04 Maret 2018 - 09:00 WIB
Garbine Muguruza, Keberhasilan Sejak Muda
Garbine Muguruza, Keberhasilan Sejak Muda
A A A
DENGAN usianya yang muda, 25 tahun, Garbine Muguruza berhasil meraih banyak kemenangan. Salah satunya juara Grand Slam Wimbledon.

Perempuan bernama lengkap Garbine Muguruza Blanco ini lahir pada 8 Oktober 1993 di Caracas, Venezuela. Dia adalah putri pasangan Scarlet Blanco dari Venezuela dan Jose Antonio Muguruza dari Spanyol. Hal ini membuatnya memiliki kewarganegaraan ganda, Spanyol dan Venezuela. Dia memiliki dua kakak laki-laki bernama Asier dan Igor.

Sejak kecil, Garbine sudah tertarik dengan tenis. Dia mulai bermain tenis pada usia tiga tahun. Setelah pindah ke Spanyol bersama keluarganya saat usianya enam tahun, dia mulai berlatih di akademi tenis Bruguera, dekat Barcelona. Garbine memulai karier profesionalnya sebagai petenis pada tahun 2012.

Dia berpartisipasi dalam ajang Women’s Tennis Association (WTA) Terbuka 2012. Saat itu ia mengalahkan pemain terbaik kedua dunia, Vera Zvonareva, di babak kedua. Dia juga menang melawan petenis peringkat 10 besar, Flavia Pennetta. Pada tahun yang sama dia lolos ke undian utama Grand Slam untuk pertama kalinya di AS Terbuka 2012.

Pada 2013 tepatnya di BNP Paribas Terbuka, Garbine berhasil lolos ke undian utama dan kemudian melaju ke babak 16 besar. Namun, dia mengalami cedera sehingga tidak bisa bermain lebih lama. Setelah proses pemulihan, dia bertanding pada musim 2014 dan berhasil memenangi gelar WTA pertamanya di Hobart International.

Selanjutnya, Garbine tampil di Australia Terbuka 2014 saat ia mencapai perempat final dengan mengalahkan petenis nomor satu dunia, Serena Williams, secara langsung. Pada tahun 2015 di kejuaraan Wimbledon, Garbine berhasil masuk ke final Grand Slam pertamanya. Ironisnya dia kalah dari Serena Williams.

“Saya hanya bermain melawan Williams Sisters. Ini adalah final terbaik yang bisa didapat,” kata Garbine, seperti dilansir dari WTAtennis.com . Menariknya pada tahun 2015 dia memenangi mahkota tingkat Premier pertamanya di pertandingan China Terbuka. Pada tahun yang sama, dia juga memenuhi syarat untuk final WTA pertamanya di tunggal dengan mencetak rekor kemenangan sempurna di babak penyisihan.

Di semifinal dia berhasil mengalahkan Agnieszka Radwanska. “Sangat eksplosif, terutama dari setiap tembakan. Forehand, backhand, serve, return , semuanya akan segera datang kepada Anda,” ujar Radwanska. Pada tahun 2015 dia berhasil mempertahankan gelar Hobart International-nya.

Selanjutnya di pertandingan Prancis Terbuka 2016, dia akhirnya memenangi Grand Slam pertamanya. Pada pertandingan tersebut dia berhasil mengalahkan Serena Williams di final. Tahun 2017 menjadi masa-masa keemasan Garbine. Dia berhasil meraih gelar Wimbledon 2017 setelah mengalahkan Venus Williams, dua set langsung 7-5 dan 6-0 pada final yang berlangsung pada Juli 2017.

Gelar ini menjadi yang pertama diraihnya di ajang Wimbledon atau yang kedua sepanjang kariernya setelah meraih Prancis Terbuka 2016. Sepanjang sejarah, hanya ada dua petenis putri kelahiran tahun 1990 yang bisa memenangi Grand Slam. Sebelum Garbine, Petra Kvitova sudah melakukannya lebih dulu ketika menang di Wimbledon pada 2011.

Kemenangan di Wimbledon 2017 membuat Garbine melesat dari peringkat 15 ke peringkat 5 WTA. Meski begitu, dia lebih bertekad meraih gelar lain ketimbang mengejar peringkat WTA. “Motivasi saya selanjutnya adalah tetap menjadi petenis yang bagus, mengikuti Grand Slam dan menjadi ancaman untuk yang lainnya.

Peringkat itu hanya sementara, akan tetapi menjadi petenis hebat akan selalu memiliki kesempatan untuk meraih gelar,” ucap Garbine. Sejak karier profesionalnya pada tahun 2012, dia telah memenangi lima gelar ganda WTA dan satu gelar International Tennis Federation (ITF) ganda, ditambah dua gelar Grand Slam.

Saat ini dia berada di peringkat 3 WTA sebagai petenis putri tunggal di bawah Simona Halep dan Caroline Wozniacki. Sebenarnya Garbine pernah menjadi petenis tunggal putri nomor satu dunia meski hanya bertahan selama 4 minggu (11 September - 8 Oktober 2017). Garbine pun berambisi untuk kembali menempati peringkat puncak klasemen tenis tunggal putri dunia.

“Saya yakin mampu bersaing untuk meraihnya. Menyenangkan bisa menjadi nomor satu meskipun itu adalah hal yang sulit,” kata Garbine. Tahun 2018 menjadi tahun yang sangat menantang bagi gadis 25 tahun ini. Persaingan yang ketat membuatnya harus tersingkir dari Australia Terbuka 2018 dan Dubai Tennis Championship 2018.

Meski demikian, dia yakin memiliki peluang kembali menjadi petenis terbaik di dunia. Apalagi dengan persaingan di sektor tunggal putri yang sangat terbuka saat ini. “Tahun lalu saya sudah pernah menjadi nomor satu. Saya tahu bahwa selalu ada kemungkinan untuk kembali.” ujar Garbine. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6324 seconds (0.1#10.140)